Milenianews.com, Mata Akademisi– Informasi bahwa Allah membentangkan bumi dapat ditelusuri pada ayat, “Dan Allah telah membentangkan bumi untuk makhluk-Nya.” (QS. al-Rahman/55: 10). Kata kerja “wadha’a” dalam bahasa kita berarti meletakkan, meratakan, membentangkan, dan menghamparkan. Pengarang Tafsir Jalalain menyamakannya dengan kata kerja “atsbata” atau memantapkan dalam bahasa kita.
Sementara kata benda “al-Anaam”, bagi pengarang Tafsir Jalalain, bukan hanya berarti manusia. Tapi makhluk Allah lainnya seperti jin dan yang lainnya. Menurut Ibnu Katsir, bumi yang Allah buat rata itu tujuannya agar layak huni. Dapat dibayangkan andai kata seisi permukaan bumi itu terjal.
Yang dimaksud layak huni, bagi al-Maraghi, bukan hanya untuk manusia tapi juga hewan dalam berbagai rupa, warna dan cirinya. Misalnya, bumi layak huni bagi hewan berkaki pelekat seperti yang dimilik cecak, berkemampuan ekolokasi seperti yang dimiliki kelelawar, kaki berselaput sebagaimana yang dipunyai bebek. Begitu juga binatang berlidah panjang pada bunglon, hewan berpenglihatan dan berpendengaran tajam seperti pada burung hantu. Begitu juga hewan yang memiliki organ pembau pada ular.
Permukaan bumi yang terjal dan meninggi seperti bukit dan gunung tak lepas dari perhatian Allah. Gunung, misalnya, diciptakan sebagai pancangan atau paku bumi. Tujuannya, tulis Ibnu Katsir, agar bumi stabil dan tidak mengguncang seisinya.
Perhatian Allah ini menunjukkan Maha Pemurah hingga pada soal yang kecil-kecil. Jadi Allah Maha Mengetahui kebutuhan semua makhluk-Nya secara global dan rinci sekaligus. Seekor semut, misalnya, yang bernapas dan berada di benua terjauh di dalam goa yang tak terjamah manusia tak lepas dari kasih-Nya.
Terkait ayat ini terdapat informasi yang disampaikan Syaikh Nawawi bahwa bumi itu dihamparkan di atas air. Semua itu Allah anugerahkan untuk semua makhluk. Bumi yang Syaikh Nawawi maksud ini adalah tanah atau daratan. Dalam sains modern diketahui bahwa berat bumi secara keseluruhan adalah 5,9722×1024 kilogram atau setara dengan 6,585 miliar triliun ton.
Kandungan perut bumi terdiri dari berbagai mineral dan logam yang membentuk batuan dan endapan mineral. Dari jenis logam seperti emas, perak, tembaga, besi. Dari jenis batu, bumi mengandung berlian (diamond), ruby (batu merah delima) safir (sapphire), zamrud (emerald) dan lainnya. Dari jenis mineral ada minyak bumi, gas alam, batu bara, timah, tembaga, belerang, dan lainnya.
Belum lagi anugerah biota laut seperti jutaan jenis hewan, tumbuhan., dan karang yang dapat dipastikan berguna bagi manusia. Bagi orang berakal, seisi bumi tidak ada yang sia-sia.
Dalam terminologi al-Qur’an, orang berakal adalah, “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia” (QS. Ali Imran/3: 191).
Inilah nikmat Allah yang kian lengkap di samping Allah meninggikan langit. Tentu akan susul-menyusul nikmat di alam bawah ini. Semuanya tentu akan dibicarakan pada ayat berikutnya yang kian menarik, informatif, dan rekreatif.*
Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA., Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.