Milenianews.com – Pada umumnya, manusia diajarkan untuk makan tiga kali sehari—pagi, siang, dan malam—sebagai kebiasaan yang sudah tertanam dalam pola hidup. Namun, beberapa ahli kesehatan menyatakan bahwa tubuh manusia sebenarnya tidak didesain untuk makan sebanyak itu. Pola makan tiga kali sehari mungkin lebih terkait dengan tradisi budaya dan sejarah ketimbang kebutuhan biologis tubuh kita.
Kebiasaan makan tiga kali sehari mulai berkembang pada zaman Yunani kuno dan kemudian budaya Eropa mempopulerkannya setelah Revolusi Industri. Pada masa itu, orang-orang semakin terstruktur dalam waktu makan, dengan makan pagi, siang, dan malam dianggap sebagai rutinitas yang mendukung produktivitas kerja. Namun, apakah tubuh benar-benar membutuhkan pola makan seperti ini?
Baca juga: Makanan Ultra-Proses dan Risiko Gangguan Mental, Ini Faktanya!
Menurut sebuah artikel dari Kompas, pola makan yang lebih teratur tidak selalu lebih baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten, yang hanya melibatkan dua hingga tiga waktu makan sehari, mungkin lebih bermanfaat bagi tubuh dalam mengatur berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan (kompas.id).
Puasa Intermiten Dapat Memberikan Manfaat Metabolisme dan Kesehatan Jangka Panjang
Lebih lanjut, sebuah studi dari Johns Hopkins Medicine menjelaskan bahwa puasa intermiten melibatkan periode puasa dan makan yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh, mengurangi peradangan, dan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa tubuh kita sebenarnya dapat berfungsi lebih baik dengan waktu makan yang lebih terfokus, bukan terbiasa dengan makan setiap 6–8 jam sekali.
Bahkan, pola makan yang lebih sering belum tentu memberikan manfaat optimal. Artikel dari BBC Indonesia mencatat bahwa banyak orang mengadopsi kebiasaan makan tiga kali sehari karena pengaruh gaya hidup dan revolusi industri. Kebiasaan ini terkadang berujung pada konsumsi makanan berlebih yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Studi yang diterbitkan dalam PubMed Central menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat mengurangi risiko beberapa penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Oleh karena itu, mengubah pola makan untuk memberi jeda lebih panjang antara waktu makan mungkin lebih baik, sehingga tubuh dapat mencerna makanan dengan lebih efisien.
Baca juga: Makanan Ultra-Proses dan Risiko Gangguan Mental, Ini Faktanya!
Meskipun kebiasaan makan tiga kali sehari sudah menjadi norma, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa tubuh manusia memerlukan tiga kali makan penuh setiap hari. Yang terpenting adalah mendengarkan tubuh dan menyesuaikan pola makan dengan kebutuhan dan gaya hidup individu.
Sebagai kesimpulan, makan dua atau tiga kali sehari, seperti yang diterapkan dalam pola puasa intermiten, dapat memberi manfaat kesehatan yang lebih baik bagi tubuh daripada makan tiga kali penuh dengan jarak yang sangat pendek antara waktu makan. Oleh karena itu, cobalah untuk lebih fleksibel dalam pola makan, sesuaikan dengan tubuh, dan prioritaskan kualitas makanan daripada frekuensi makan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.