Milenianews.com – Sebagian orang terjebak dalam pencarian hari-hari yang “spesial”, melupakan bahwa sebagian besar hidup kita diisi dengan hari-hari yang tenang, monoton, dan biasa. Tidak selalu terdapat momen yang mengejutkan. Tidak selalu ada pencapaian luar biasa atau peristiwa yang mengagumkan. Ada keahlian dalam merasakan ketenangan tanpa perlu merayakan.
Baca juga: Apakah Overthinking Bisa Dikendalikan? Disini ada Jawabannya
Sikap yang dapat menumbuhkan kebahagiaan
Ada kedamaian yang hanya dapat dipahami oleh jiwa yang telah belajar untuk menerima kesederhanaan. Bukan dengan motivasi yang tidak nyata, tetapi dengan sikap internal yang tulus dan dapat dibentuk.
1. Menghargai aktivitas
Kebanyakan orang terfokus pada pencapaian besar dan melupakan bahwa ritme sehari-hari juga memiliki makna. Sarapan yang sama, jalan pulang yang sama, hingga percakapan singkat dengan keluarga—semuanya sering kali dilewatkan tanpa disadari. Namun, di situlah letak kehangatan yang tersembunyi, jika kita cukup peka untuk merasakannya.
Menghargai rutinitas bukanlah tanda bahwa kita tidak berkembang. Sebaliknya, dari situ muncul disiplin emosional—kemampuan untuk merasa utuh meskipun tidak dalam keadaan bersinar. Hati yang penuh rasa syukur dalam situasi yang “biasa” lebih tangguh saat menghadapi masalah hidup. Dan ketika keberuntungan datang, ia menyambutnya dengan pikiran yang jernih, bukan dengan kegembiraan yang berlebihan.
Kebahagiaan sering kali terhambat bukan karena hidup tidak indah, melainkan karena kita menilai keindahan dengan standar yang tidak realistis. Ketika kita mulai menghargai hal-hal kecil—sebuah cangkir kopi panas, momen tenang sebelum tidur—kebahagiaan tidak lagi tergantung pada hal-hal yang besar. Ia berada di sana, di momen-momen biasa namun berarti.
2. Membedakan nyaman dan bosan
Ada pandangan yang beredar bahwa jika hidup kita tidak diisi dengan kesibukan, ada sesuatu yang tidak beres. Jika keadaan terasa tenang, dianggap membosankan. Padahal, tenang dan bosan adalah dua hal yang sangat berbeda. Tenang adalah kemampuan hati untuk tetap tidak terganggu oleh kekacauan di luar. Sementara itu, bosan menandakan bahwa kita telah kehilangan hubungan emosional dengan momen yang sedang berlangsung.
Perasaan bahagia dalam keseharian yang damai justru timbul dari keberanian untuk tidak takut akan keheningan. Ketika tidak ada drama atau kejutan, kita malah mendapatkan kesempatan untuk lebih memahami diri kita sendiri. Di saat seperti itulah muncul ide-ide baru, refleksi yang tulus, bahkan rasa syukur yang tulus tanpa rekayasa.
Seseorang yang dapat merasakan cukup dalam keadaan tenang umumnya telah menyelesaikan ambisi yang membutuhkan pengakuan orang lain. Ia tidak bergantung pada tanggapan orang lain untuk merasakan kehidupan. Bagi orang seperti ini, keheningan bukanlah sesuatu yang kosong, melainkan ruang—ruang untuk mengenal diri sendiri, memperbaiki, dan mengisi jiwa.
3. Berhenti membandingkan hidup
Berhenti membandingkan hidup orang lain menjadi langkah penting berikutnya. Media sosial memberikan gambaran langsung tentang kehidupan orang lain yang tampak selalu menarik, glamor, dan cepat. Sementara itu, hari-hari kita terasa biasa dibandingkan dengan yang kita lihat. Namun, yang kita saksikan hanyalah cuplikan, bukan keseluruhan kenyataan.
Kebahagiaan yang dibangun melalui perbandingan tidak akan bertahan lama. Menghilangkan ilusi ini akan mempermudah kita untuk lebih fokus menjalani kehidupan yang nyata, bukan yang hanya ada di pikiran.
Baca juga: Kenapa Perempuan Lebih Moody Saat PMS?
Kita tidak akan merasa bahagia jika terus-menerus menganggap hidup orang lain lebih menarik. Namun, kebahagiaan dapat dicapai jika kita menyadari bahwa keunikan hidup kita sendiri berhak untuk dicintai, dihargai, dan dijalani tanpa rasa malu.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.