Guru-guru SD Bosowa Bina Insani  Ikuti Workshop Dongeng

Para guru SD Bosowa Bina Insani (BBI), Bogor, melaksanakan workshop dongeng yang disampaikan oleh Kak Heru dari Rumah Dongeng, Senin (30/10/2023).  (Foto: Dok SBBI)  

Milenianews.com, Bogor—Para guru SD Bosowa Bina Insani mengikuti workshop dongeng. Kegiatan  bertajuk “The Power Story Telling” itu diadakan di SD Bosowa Bina Insani (BBI), Bogor, Senin (30/10/2023).

Workshop itu dibuka oleh PIC (Penanggung Jawab) Bosowa School Eko Arianto. “Sejatinya pekerjaan kita setiap hari mendongeng. Hanya medianya berbeda,” kata Eko Arianto seperti dikutip dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Ia menambahkan, dongeng itu seru. “Ada pendekatan tertentu sehingga audiens bisa membayangkan dan paham,” ujarnya.

Narasumber worksop dongeng tersebut adalah Kak Heru  dari Rumah Dongeng. “Pada dasarnya, guru tiap hari mendongeng,” kata Kak Heru.

Guru setiap hari pasti bisa mengajar. Bernyanyi menyampaikan pesan. Bernyanyi  juga menguatkan pesan. “Cerita dongeng  bisa disampaikan antara lain dengan cara dinyanyikan,” tuturnya.

Untuk itu, dia menambahkan, guru harus pintar memilih cerita Untuk siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta kelas 1 dan 2 SD, lebih tepat  fabel. “Usia 5-8 tahun, cerita-cerita lucu. Usia sembilan  tahun ke atas , pilihlah legenda kepahlawanan,” paparnya.

Kak Heru juga menyinggung durasi (lama) menyampaikan dongeng kepada para siswa.  “Untuk siswa PAUD serta SD kelas 1 dan 2, durasi dongeng 5-10 menit. Maksimal 15 menit. Sedangkan usia Sembilan tahun ke atas, boleh di atas 15 menit,” katanya.

Bagaimana agar guru sukses menyampaikan materi Pelajaran dalam bentuk dongeng kepada murid-muridnya? Kak Heru memberikan kiatnya. Pertama, memahami cerita yang disampaikan.  “Sebagai contoh, di Alquran ada 25 fabel. Silakan pelajari dengan baik, sehingga guru paham betul fanel tersebut,” ujarnya.

Kedua, tokoh dalam dongeng tersebut diberi nama. Sehingga, siswa akan lebih mudah memahami dan mengingatnya.

Ketiga, tidak kalah pentingnya mengolah vocal. “Vocal pendongeng untuk tokoh utama cerita tersebut. Selain itu, ada pula vocal  untuk tokoh-tokoh  lainnya lainnya dalam dongeng tersebut,” tuturnya.

Kak Heru juga mengingatkan, bahwa yang dipakai adalah pernafasan perut, bukan pernafasan dada.

“Intinya, pendongeng itu jangan jaim. Harus bisa berekspresi dengan sebaik mungkin,” kata Kak Heru.

Di akhir pemaparannya, Kak Heru menegaskan bahwa  yang penting dalam mendongeng adaah latihan. Sering diulang-ulang.  Kunci sukses mendongen adalah: praktik, praktik, praktik,”  tuturnya.

Ia juga menyarankan, ambil cerita-cerita  dari kearifan lokal kita Indonesia. “Seorang guru, paling tidak ada satu  sesi bercerita tentang dongeng,” kata Kak Heru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *