Milenianews.com, Jakarta- Panggung gelap, suara hening, lalu terdengar suara detak jantung perlahan layar terbuka. Tampak di layar besar animasi plasenta proses kelahiran manusia. Di kiri kanan panggung dua kain bercahaya kemerahan tampak manusia menggeliat di dalamnya ingin keluar, bagai kelahiran manusia ke dunia. Sedangkan di pentas kain terhampar di dalamnya muncul pula orang-orang seperti plasenta kehidupan yang baru saja mengeluarkan manusia kedunia fana. Begitulah opening Konser Puisi Multimedia Kataraga karya Pelopor Penyair Multimedia, Asrizal Nur.
Sesaat kemudian muncul penyair Asrizal Nur membacakan puisi membaca raga sebagai pembuka pergelaran di segmen 1 , dengan latar belakarng film tubuh manusia yang memiliki segala kandungan alam dalam tubuhnya, air, api, tanah, laut dan sekalian alam ada dalam tubuh manusia. Begitu sempurna Allah menciptakan manusia — tidak saja dari bentuknya tetapi dari kandungan sekalian alam.

Lampu panggung meredup, lalu muncul seorang Ibu menidurkan anaknya dalam buaian dengan senandung menidurkan anak khas Melayu dibawakan oleh Winda Harniat, maestro syair dari Siak Riau. Suasana yang semula mistis berubah syahdu — di layar besar terlihat tayangan seorang ibu menidurkan anaknya.
Suasana berubah jadi padang pasir luas terhampar, perumpamaan kehidupan luas yang akan dilalui anak manusia. Manusia umpama musfir di padang pasir yang luas yang senantiasa mengharapkan pertolongan dari Allah agar sampai di rumah tujuan, lepas dari lapar dan dahaga. Begitulah disampaikan Asrizal Nur dalam puisi berikutnya Janji Musafir berkolabarasi dengan film dan gerakan teaterikal oleh Seniman Teater Jimmu S Johansyah, A.Badri AQ.T dan Eddy Daring.
Musik yang tadi menegangkan dan memilukan tiba-tiba menghentak-hentak, dengan pukulan perkusi dinamis mengantarkan seorang narator yang menyampaikan tentang perjalanan segmen 1. Dialah Paramitha Rusady, ratu sinetron, bintang film kawakan dan seniman sejati. Dengan akting mumpuni ia memaparkan alkisah dalam puisi itu dan mengantarkan ke segmen 2 yakni pembacaan Gurindam Kataraga secara deklamasi oleh Asrizal Nur dan dengan pembacaan kelasik oleh Winda Harniati:
Gurindam Kataraga :
Kepala
Apa tanda berkepala lapang,
terbuka menerima pikiran orang.
Apa tanda kepala sempit,
mudah bicara berfikir sulit.
Bila kepala berpikiran sempit,
masalah mudah menjadi rumit.
Mata
Bila mata banyak tidur,
dunia terang menjadi kabur.
Bila mata suka tidur,
habis usia setengah umur
Mulut
Bila pandai menggunakan mulut,
banyak orang akan menurut.
Bila bijak menggunakan mulut,
kemana pergi banyak pengikut.
Telinga
Telinga itu letaknya di samping,
agar menimbang suara sekeliling.
Apa tanda telinga pekak
diajak baik suka mengelak
Hidung
Hidung itu lubangnya kecil,
agar sadar dirimu kerdil.
Bila hidung sudah berkapas,
segala pinta tidak dibalas.
Tangan
Bila tangan kanan memberi,
janganlah tahu sitangan kiri.
Bila tangan suka di atas,
rezeki mudah tiada batas.
Bila tangan suka di bawah,
harga diri senantiasa rendah.
Gurindam hakekat raga manusia dari kepala hingga kaki dari sumber buku Kumpulan Gurindam Kataraga karya Asrizal Nur disampiakan dengan khusuk dengan suara berat dan intonasi yang jelas sehingga sampai ke penonton yang memenuhi gedung ditambah dengan alunan suara kelasik Winda yang menyejukkan.
Suasana kemudian berubah gembira ketika artis muda Glow Rossa muncul menyanyikan lagu Gurindam Raga diciptakan langsung Asrizal Nur, membawa penonton menggerakkan tangan dan tubuhnya ikut bergoyang dengan iringan musik tari yang cukup menghibur.
Konser Gurindam terus berlanjut dengan suasana yang renungan yang cukup mencemaskan tentang akhir hayat hidup manusia kelak bila di pusara nanti tak mampu membela diri seperti yang disampaikan Paramitha Rusady:
“Allah tidak sembarangan menciptakan raga, ia tidak sekedar tubuh yang melanglang buana menjalani waktu fana tetapi raga adalah titian yang membawa kita ke alam akhir. Perbuatan kitalah yang memilih apakah titian itu membawa ke tempat yang membahagiakan atau ke tempat yang memilukan. Oleh karena itu senantiasa gunakanlah ia menuju hakekat tempat tujuan sebab setelah kita tak bisa lagi kembali dan raga menjadi saksi tanpa ada pengacara, pembela”
Baru saja narasi selesai dibacakan, Tuti Tarwiyah Adi seorang akademisi musik perempuan Betawi pertama bergelar doktor di bidang musik menyanyikan lagu: Kesaksikan Raga, lirik ciptaan Asrizal Nur dan melody lagu diciptakan Tuti. Penampilan yang kharismatik dengan alunan suara indah membawa penonton pada perenungan dalam tentang hakekat menggunakan tubuh dan kelak haru dipertanggung jawabkan, mulut terkunci raga lain menjadi saksi.
Konser ditutup dengan Puisi Perkapan Raga, di mana seluruh raga demontrasi, protes kepada manusia atas apa-apa yang tidak baik selama ini dilakukan. Di panggung tampak Asrizal Nur berperan dalang dan raga-raga seperti tangan tangan, kaki, mulut wayang, protes dan menyerang dalang untuk minta pertanggung jawaban ia dikejar-kejar di panggung lalu masuk ke layar film, tangan-kaki, mata dan semua raga menjadi film animasi dan akhirnya dalang (Asrizal Nur) terkepung, ia ditendang hingga menghantam tembok tembok hancur, terakhir di injak kaki raksasa sehingga dalam tenggelam dalam tanah dalam himpitan kaki raksasa itu.
Cukup Spektakuler
Konser Gurindam Kataraga ini cukup spektakuler dengan durasi 1 jam lebih dengan menggabungkan berbagai media seni. Pembacaan puisi, tari, gerak teaterikal. Lagu, musik , video mapping berhasil membuat penonton berjumlah 300 orang lebih memenuhi sesak teater kecil hanya kapasita 260 orang.
Tekhnik Video mapping pertama kali di dunia digunakan untuk puisi berhasil ditampilkan. Video digarap oleh Yudhi Elwahyu. Kendatipun sempat mengalami kendala tekhnis dalam penayangannya tapi akhrnya dapat diatasi, musik puisi yang mistis diringi Epi Martison dan kawan-kawan cukup menghidupkan suasana begitu sentuhan musik digital oleh Andhika Montong dan gerak tari dan teaterikal garapan koreografer Eeng Koti berhasil menghdupkan Konser Malam itu.
Penampilan Asrizal Nur dengan vokal dan gerak tubuh prima dan munculnya Artis terkemuka Paramitha Rusady menjadikan Konser Gurindam Kataraga 17 Desember 2022 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, tidak saja sekedar tontonan tetapi sekaligus tuntunan.