Milenianews.com, Jakarta – Platform pengelolaan sampah untuk perusahaan, individu, dan instansi pemerintah yang berbasis di Indonesia, Waste4Change berhasil meraih pendanaan Seri A senilai US$5 juta.
Putaran pendanaan ini dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama, serta sederet investor lain. Diantaranya Basra Corporation, Paloma Capital, PT Delapan Satu Investa, Living Lab Ventures, SMDV, dan Urban Gateway Fund.
Berdiri sejak November 2014, perusahaan ini membawa misi untuk memecahkan masalah sampah terhadap lingkungan. Juga mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
Baca Juga : Uni Eropa Indonesa Bersama WCDI dan Plustik, Bebaskan Indonesia dari Sampah dengan Aksi ‘Plogging’
Waste4Change akan menggunakan modal baru untuk memperluas jangkauan mereka. Selain itu, mereka juga akan meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah hingga 100 ton per hari dalam 18 bulan ke depan, serta mencapai lebih dari 2.000 ton per hari dalam lima tahun ke depan.
Hal ini akan melibatkan pengintegrasian lebih banyak teknologi digital dalam pengelolaannya. Terutama dalam proses pemantauan dan perekaman aliran pengelolaan limbah dan otomatisasi fasilitas pemulihan material.
Waste4Change juga akan memperkuat kemitraan dengan sektor persampahan informal di Indonesia. Kemitraan tersebut mereka jalin dengan pemulung, bank sampah, kios sampah, dan pengumpul sampah.
Dengan populasi lebih dari 270 juta penduduk, Indonesia menghadapi masalah pengelolaan sampah terbesar di Asia Tenggara. Sementara tingkat daur ulang berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih sangat rendah, yaitu 11-12%.
Program baru pemerintah terhadap pengelolaan sampah
Namun, tidak menutup kemungkinan jika hal ini akan segera berubah pasca regulasi atau kebijakan baru dari pemerintah.
Baru-baru ini, pemerintah meluncurkan program Indonesia Bersih Sampah 2025 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia 97/2017.
Aturan ini mewajibkan semua pihak untuk mendukung realisasi pengurangan sampah 30% dari sumbernya. Termasuk pemilahan sampah ke tempat sampah terpisah sehingga sampah tertentu bisa menjadi produk daur ulang yang berbeda sebanyak 70% nya. Target agresif pemerintah perlu dicapai sebelum akhir tahun 2025.
Program ini juga telah memicu peraturan pengelolaan sampah baru dari pemerintah daerah dan inisiatif pengelolaan sampah dari sektor komersial.
Waste4Change hadir di 21 kota di Indonesia, mengelola lebih dari 8.000 ton sampah per tahun. Perusahaan telah mengumpulkan sampah dari 100+ klien B2B dan 3.450+ klien rumah tangga. Sejak 2017, telah memperoleh skor CAGR 55,1%.
Founder dan CEO Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano menjelaskan, sektor pengelolaan sampah Indonesia masih terus berkembang. Ia ingin membantu dalam prosesnya, melalui Waste4Change.
“Dengan tingkat daur ulang rendah, 11-12% berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kita tahu bahwa masih banyak bahan berharga yang siap untuk diputar kembali,” katanya kepada media.
“Masyarakat mulai mengedukasi diri tentang sampah dan lingkungan. Saat ini telah bermunculan startup dan bisnis baru terkait pengelolaan sampah, dan pemerintah menyambut baik seluruh pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam memajukan Indonesia.”
“Dibandingkan dengan apa yang kami alami di tahun 2014, pasar saat ini semakin matang. Kami akan melakukan apapun yang kami bisa untuk memberikan solusi dalam setiap kebutuhan pengelolaan sampah,” jelasnya.
Wast4Change hadirkan solusi pengelolaan sampah end-to-end
Ia menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan pemodal ventura terbaik di sektor teknologi.
Semua investor menanggapi ESG dengan serius dan bersedia berbagi wawasan dalam menciptakan solusi pengelolaan limbah terbaik.
“Kami lebih dari siap untuk mewujudkan misi bersama kami untuk memberikan dampak positif yang lebih cepat dan lebih besar terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi,” sambung Bijaksana.
Baca Juga : Green Talk Summit 2021: Ajak Anak Muda Berkontribusi Dalam Pengelolaan Sampah
Sementara itu, Pandu Sjahrir, Founding Partner AC Ventures, mengatakan, Waste4Change menjadi pionir yang menyediakan solusi pengelolaan sampah end-to-end.
“Keberlanjutan adalah fokus utama tim, dengan komitmen yang ditunjukkan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Perusahaan ini telah mencapai kecocokkan pasar produk dan memiliki potensi untuk berkembang di seluruh negeri. Waktu perusahaan juga ideal, karena pemerintah Indonesia menginginkan setidaknya pengurangan 30% di sumbernya, dengan 70% sisanya ditangani pada tahun 2025,” kata Pandu.(Rifqi Firdaus)
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.