Milenianews.com, Mata Akademisi – Imam Al-Ghazali merupakan salah satu pemikir besar dalam tradisi intelektual Islam, dan gagasannya terus dipelajari hingga hari ini. Karya-karyanya tidak hanya membahas persoalan akidah dan tasawuf, tetapi juga menyentuh struktur dasar pengetahuan manusia. Dalam pemikirannya, ontologi, epistemologi, dan aksiologi saling terkait secara kuat, membentuk kerangka filsafat yang koheren, mendalam, dan bernuansa spiritual.
Dalam aspek ontologi, Al-Ghazali menegaskan bahwa Allah adalah wujud utama dan absolut, sumber seluruh keberadaan. Segala sesuatu selain Allah bersifat bergantung (kontingen), tidak kekal, dan tidak memiliki keberadaan mandiri. Realitas dunia bersifat sementara, selalu berubah, dan tidak sempurna.
Baca juga: Epistemologi Ilmu Imam Al-Ghazali: Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah sebagai Fondasi Keilmuan Islam
Dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin, Al-Ghazali menggambarkan Tuhan sebagai satu-satunya wujud sejati. Apa pun yang ada di alam semesta hanyalah “dipinjamkan” oleh Tuhan. Ia menolak gagasan bahwa alam memiliki kekuatan sebab-akibat yang independen, menekankan bahwa semua peristiwa terjadi karena kehendak Allah.
Dalam kerangka ontologi manusia, Al-Ghazali melihat manusia terdiri dari jasad dan ruh. Jasad bersifat material dan sementara, sedangkan ruh memiliki kedudukan lebih tinggi sebagai pusat kesadaran, moralitas, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Kualitas ruhani inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain dan memungkinkan pengetahuan ilahi. Dunia bersifat fana dan berubah, sehingga hakikat realitas tertinggi hanya dapat ditemukan dalam dimensi ilahi, bukan materi.
Pengetahuan sebagai Perjalanan Spiritual
Aspek epistemologi Al-Ghazali menekankan bahwa pengetahuan tertinggi adalah intuitif, diperoleh melalui penyucian hati, dzikir, ibadah, dan kedalaman spiritual, yang disebut ilmu laduni. Hati yang bersih menjadi cermin yang memantulkan cahaya ilahi, memungkinkan pemahaman kebenaran yang tidak dijangkau oleh akal atau indera.
Pengetahuan berawal dari indera, namun persepsi indera sering keliru dan perlu ditimbang oleh akal. Akal berfungsi menimbang, mengolah, dan menyimpulkan informasi, tetapi tetap memiliki batas. Wilayah metafisika tidak bisa dicapai hanya melalui logika. Wahyu menempati posisi penting sebagai sumber pengetahuan paling benar, karena berasal dari Tuhan dan tidak mungkin salah, berfungsi sebagai cahaya yang membimbing akal.
Dengan demikian, epistemologi Al-Ghazali memadukan akal, indera, wahyu, dan intuisi spiritual sebagai jalur memperoleh pengetahuan tertinggi, menekankan pentingnya keseimbangan antara rasionalitas dan spiritualitas.
Terakhir, dalam aksiologi, Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu harus bermuara pada amal dan moralitas. Tujuan utama ilmu adalah mengenal Tuhan dan memahami perintah-Nya. Ilmu menjadi sarana memperbaiki diri, bukan sekadar mengumpulkan informasi. Ilmu yang mengarah pada kesombongan atau kerusakan tidak dianggap bermanfaat; yang layak disebut ilmu adalah yang menuntun pada kebijaksanaan, ketenangan, dan perilaku mulia.
Ilmu juga memiliki fungsi sosial. Pengetahuan harus digunakan untuk kemaslahatan, menjaga keadilan, dan memberi manfaat bagi orang lain. Dengan demikian, aksiologi Al-Ghazali bersifat etis sekaligus praktis. Ilmu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Baca juga: Konsep Mekanisme Pasar Dalam Islam Menurut Imam Al-Ghazali
Relevansi Pemikiran Al-Ghazali
Pemikiran Al-Ghazali mengenai ontologi, epistemologi, dan aksiologi membentuk sistem filsafat terpadu yang menggabungkan akal dan spiritualitas. Tuhan adalah realitas tertinggi, dunia bersifat sementara, akal dan indera penting tetapi dibimbing oleh wahyu dan intuisi spiritual, dan ilmu harus bermuara pada amal serta moralitas.
Al-Ghazali mengajarkan bahwa ilmu bukan sekadar usaha intelektual, melainkan perjalanan eksistensi yang membentuk karakter, memperkuat spiritualitas, dan menghadirkan manfaat bagi kehidupan manusia secara luas. Pemikirannya tetap relevan di era modern, yang sering memisahkan akal dan nilai-nilai moral.
Penulis: Shofi Ika Churiyah, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













