Milenianews.com, Mata Akademisi — Konsep pengetahuan dan keilmuan Islam dalam realitas kehidupan dapat dilihat dari bagaimana ajaran Islam diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Dalam Islam, belajar dipandang sebagai hal yang sangat penting dan bernilai ibadah. Mempelajari agama juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang memberikan banyak pelajaran moral, seperti kejujuran, kesabaran, serta kedekatan kepada Allah. Nilai kebaikan dari ilmu tersebut dikenal sebagai hikmah, yang menjadi unsur penting dalam ajaran Islam.
Ilmu dalam pandangan Islam tidak hanya berfungsi untuk menambah pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana untuk mengenal dan memahami ciptaan Allah. Segala sesuatu di alam semesta, mulai dari langit, tumbuhan, hewan, hingga pola kehidupan manusia, mengandung pelajaran tentang kebesaran-Nya. Oleh karena itu, Islam mendorong umatnya untuk terus belajar, meneliti, dan mengembangkan ilmu agar pemahaman terhadap dunia semakin dalam dan hubungan dengan Allah semakin dekat.
Ilmu sebagai Tujuan Hidup Manusia
Ilmu sering dikaitkan dengan tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Pengetahuan tidak hanya membantu manusia membedakan antara benar dan salah, tetapi juga membimbing manusia untuk menjalani hidup secara jujur dan bermoral. Dengan demikian, ilmu tidak dipahami semata-mata sebagai hasil kerja akal, melainkan sebagai petunjuk yang bersumber dari Allah.
Dalam praktik sehari-hari, nilai ini dapat terlihat ketika seseorang belajar kejujuran di sekolah dan menyadari bahwa menyontek adalah perbuatan yang salah. Kesadaran tersebut tidak hanya bersifat etis, tetapi juga spiritual karena mendekatkan diri kepada Allah. Begitu pula saat mempelajari fenomena alam, seperti hujan atau pertumbuhan tumbuhan, manusia diajak untuk menyadari kebesaran Allah sebagai pencipta.
Ilmu dalam Perspektif Filsafat Islam
Dalam filsafat Islam, pengetahuan tidak dipahami sebagai kumpulan informasi semata, melainkan sebagai bagian dari perjalanan manusia menuju kesempurnaan diri dan kedekatan dengan Allah. Para filsuf Muslim memandang ilmu sebagai sarana utama dalam mencari kebenaran dan membentuk pribadi yang lebih baik.
Secara umum, ilmu dalam Islam dibagi menjadi dua. Pertama, ilmu yang diperoleh melalui akal, yaitu pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir, belajar, dan pengamatan, seperti matematika dan sains. Kedua, ilmu yang bersumber dari wahyu, yakni pengetahuan yang diberikan Allah melalui Al-Qur’an dan Hadis, seperti tata cara ibadah dan ajaran moral. Kedua jenis ilmu ini dipandang saling melengkapi dan sama-sama penting.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Akal, Wahyu, dan Akhlak dalam Ilmu
Para filsuf Muslim menekankan pentingnya keseimbangan antara akal dan wahyu. Akal membantu manusia memahami realitas dunia, sementara wahyu berfungsi sebagai penuntun agar manusia tetap berada di jalan yang benar. Tanpa wahyu, akal manusia yang terbatas berpotensi salah arah.
Tokoh-tokoh filsafat Islam seperti Al-Farabi menegaskan bahwa ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan tertinggi, yang menjadi tujuan utama hidup manusia. Mempelajari alam, akhlak, dan ilmu pengetahuan tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran spiritual akan kebesaran Allah.
Ibnu Sina dan Al-Ghazali juga menekankan bahwa ilmu harus disertai dengan niat dan akhlak yang baik. Ilmu tanpa moral dipandang tidak membawa manfaat, bahkan dapat menyesatkan. Seseorang yang cerdas tetapi sombong dianggap gagal memaknai ilmu, sedangkan orang berilmu yang menggunakan pengetahuannya untuk menolong sesama dipandang sebagai pemilik ilmu yang bermanfaat.
Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan
Selain akal dan wahyu, filsafat Islam juga mengenal intuisi sebagai sumber pengetahuan. Al-Ghazali menjelaskan bahwa intuisi atau ilham merupakan pengetahuan yang diberikan langsung oleh Allah kepada hati yang bersih. Intuisi ini sering muncul sebagai dorongan batin untuk melakukan kebaikan, seperti membantu orang lain tanpa diminta.
Dalam kehidupan sehari-hari, intuisi dapat dirasakan sebagai suara hati yang mendorong manusia untuk bersikap empatik dan bermoral. Ilham ini dipahami sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar selalu berada dalam kebaikan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dalam Islam mencakup keseimbangan antara akal, wahyu, dan akhlak. Akal berperan memahami dunia, wahyu membimbing manusia dalam menentukan kebenaran, dan akhlak memastikan ilmu digunakan untuk kebaikan.
Dengan memadukan ketiganya, manusia dapat menjalani hidup secara lebih bermakna, lurus, dan dekat dengan Allah. Oleh karena itu, belajar dalam Islam tidak hanya bernilai intelektual, tetapi juga spiritual, moral, dan sosial, serta menjadi bagian penting dari ibadah dan tujuan hidup manusia.
Penulis: Nayla Handini
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.











