Gerakan Wenanam Jerhemy Owen: Aksiologi dan Dampak Penanaman Pohon di Sumatera

Wenamam Jerhemy Owen

Milenianews.com, Mata Akademisi – Bencana banjir bandang baru-baru ini yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatera, memberikan dampak besar bagi warga dan lingkungan. Tidak lama setelah itu, viral sosok sosial media Jerhemy Owen yang membuka donasi untuk menanam pohon di Sumatera. Gerakan sederhana ini memiliki dampak signifikan terhadap antisipasi bencana dan pelestarian lingkungan. Pohon berperan penting dalam menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, menjaga keseimbangan ekosistem, serta membantu melambatkan perubahan iklim dan mencegah bencana alam.

Gerakan Wenanam: Ide dan Kolaborasi

Jerhemy Owen meluncurkan gerakan penanaman pohon bernama Wenamam, untuk merayakan Hari Bumi yang bertepatan dengan ulang tahunnya pada bulan April. Gerakan ini bekerja sama dengan WWF Indonesia dan KTH Cibulao, pengelola lahan hutan seluas 40 hektar di hulu Sungai Ciliwung.

Owen menekankan pentingnya konservasi sungai, khususnya area hulu sebagai daerah resapan air yang berfungsi penting bagi aliran hilir. Di area ini, beragam spesies biota dilindungi, sementara pohon yang ditanam meliputi pinus, nangka, kopi, damar, dan mangga.

Target awal 5.000 pohon berhasil berkembang menjadi 10.000 pohon berkat kolaborasi dengan WWF Indonesia, Kementerian Kehutanan, TikTok, dan sejumlah brand produk outdoor. Gerakan ini tidak hanya mitigasi bencana, tetapi juga edukasi sosial dan lingkungan bagi masyarakat.

Nilai Filosofis: Aksiologi dalam Penanaman Pohon

Secara filosofis, proyek ini memiliki dimensi aksiologis, cabang filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi menanyakan apa yang menjadikan suatu tindakan bernilai, baik dalam konteks moral, sosial, maupun intrinsik. Kata aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axosi (nilai) dan logos (ilmu), yang berarti “ilmu tentang nilai”.

Nilai-nilai ini bukan subjektif semata, tetapi memiliki hierarki universal: kebaikan, kebenaran, dan keindahan. Gerakan Wenanam mencerminkan nilai perhatian lingkungan, karena menanam pohon di hulu Sungai Ciliwung mencegah banjir, melindungi ekosistem, dan meningkatkan kualitas hidup jutaan warga. Nilai objektif ini dapat diukur secara nyata melalui pengurangan emisi karbon, pelestarian mangrove, dan peningkatan keberlanjutan ekologis.

Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi

Nilai Sosial dan Tanggung Jawab Kolektif

Selain aspek ekologis, Wenanam menunjukkan nilai tanggung jawab kolektif. Owen tidak hanya menanam pohon, tetapi membentuk komunitas untuk merawatnya. Melalui kolaborasi dengan WWF Indonesia, Kementerian Kehutanan, dan masyarakat, gerakan ini menumbuhkan solidaritas sosial. Bibit diberikan secara gratis untuk mengajak masyarakat terlibat aktif, menciptakan nilai estetika aksiologis: harmoni antara manusia dan alam.

Aksiologi Kontemporer: Biologis, Sosial, dan Spiritual

Dari sudut pandang aksiologi modern, nilai gerakan Wenanam dapat dibagi menjadi:

  1. Biologis – menjaga kelangsungan hidup alam, mencegah erosi, dan banjir melalui konservasi pohon.

  2. Sosial – membangun harmoni masyarakat melalui partisipasi kolektif.

  3. Spiritual – menanam pohon sebagai bentuk altruisme dan tanggung jawab moral untuk kebaikan bersama.

Gerakan ini mencerminkan prinsip altruisme Scheler: kepentingan pribadi diarahkan untuk kebaikan kolektif. Wenanam menunjukkan bahwa nilai aksiologis bukan teori abstrak, tetapi petunjuk hidup bermakna.

Estetika Alam dan Moral Lingkungan

Penanaman pohon tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Keanekaragaman pohon menciptakan lanskap yang indah, selaras dengan pandangan Plato bahwa keindahan mencerminkan kebenaran moral. Manifestasi praktis dari aksiologi etikal tercermin dalam gerakan Wenanam: kepedulian, tanggung jawab, dan solidaritas diwujudkan secara nyata. Pohon menjadi simbol mitigasi bencana sekaligus pembentukan karakter moral dan harmoni sosial-lingkungan.

Gerakan Aksiologis untuk Masa Depan

Gerakan Wenanam Jerhemy Owen membuktikan bahwa nilai filosofi dapat diterapkan dalam tindakan nyata. Penanaman pohon bukan sekadar mitigasi bencana, tetapi investasi moral, sosial, dan ekologis bagi generasi mendatang. Di era perubahan iklim, gerakan ini mengingatkan kita bahwa aksiologi dapat mengubah dunia, satu pohon pada satu waktu, demi masa depan yang berkelanjutan.

Penulis: Mutiara Azhari, Mahasiswa Institute Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ)

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *