Teori Komunikasi Kontekstual Menurut Deddy Mulyana

Deddy Mulyana

Milenianews.com, Mata Akademisi – Komunikasi merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, tidak hanya sebagai sarana penyampaian informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk hubungan, mengekspresikan identitas, dan memengaruhi lingkungan sosial. Salah satu pendekatan penting dalam memahami komunikasi adalah teori komunikasi kontekstual. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi tidak bisa dipahami hanya dari pesan atau kata-kata yang disampaikan, melainkan juga harus memperhatikan konteks di mana komunikasi itu terjadi. Konteks ini meliputi faktor sosial, budaya, psikologis, relasional, dan situasional yang membentuk makna dan interpretasi pesan.

Salah satu aspek penting dalam komunikasi kontekstual adalah konteks sosial. Konteks sosial mencakup lingkungan sosial dan posisi individu dalam masyarakat yang memengaruhi cara berkomunikasi. Komunikasi tidak terjadi secara netral, tetapi selalu dipengaruhi oleh status, peran, norma, dan hubungan sosial. Dalam hal ini, norma dan etika komunikasi menjadi panduan bagi individu untuk berinteraksi secara sopan, pantas, dan diterima secara sosial. Penggunaan bahasa yang sopan merupakan salah satu bentuk penerapan norma ini. Bahasa yang sopan mencerminkan kesadaran sosial dan penghormatan terhadap nilai budaya, sementara sikap menghargai orang lain menunjukkan empati dan perhatian terhadap lawan bicara. Kepatuhan terhadap aturan sosial juga penting agar komunikasi dapat berjalan tertib, diterima, dan efektif dalam konteks sosial tertentu.

Baca juga: Kontroversi Penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional: Membaca Ketegangan Sikap Publik melalui Model ABX Theodore M. NewcombT

Selain konteks sosial, komunikasi juga dipengaruhi oleh struktur sosial. Struktur sosial menentukan pola, arah, dan kebebasan komunikasi antarindividu. Menurut Deddy Mulyana, struktur sosial mencakup hierarki, akses terhadap komunikasi, dan pola kekuasaan serta otoritas dalam masyarakat. Hierarki sosial menentukan siapa yang memiliki otoritas, siapa yang menjadi penerima pesan, dan bagaimana interaksi berlangsung. Akses terhadap komunikasi juga tidak selalu sama bagi semua individu, karena dipengaruhi oleh posisi sosial, peran, dan struktur organisasi. Pola kekuasaan dan otoritas mengatur alur komunikasi, termasuk siapa yang berhak mengendalikan pesan dan bagaimana pesan tersebut ditindaklanjuti. Dengan memahami struktur sosial, individu dapat menyesuaikan cara komunikasi agar efektif dan sesuai dengan posisi dalam masyarakat atau kelompok.

Aspek berikutnya adalah konteks relasional, yang menekankan peran hubungan interpersonal dalam komunikasi. Hubungan sosial membentuk gaya bahasa, tingkat keterbukaan, dan makna pesan. Kedekatan hubungan memengaruhi intensitas dan kehangatan komunikasi, sedangkan keterbukaan komunikasi memungkinkan individu untuk membagikan pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi, yang penting untuk membangun kepercayaan. Keakraban emosional memperkuat ikatan interpersonal dan meningkatkan kualitas interaksi, sehingga komunikasi berlangsung lebih hangat, akrab, dan efektif. Kepercayaan menjadi dasar penting bagi keberlangsungan hubungan, karena tanpa kepercayaan, komunikasi cenderung terbatas dan bersifat formal.

Terakhir, komitmen dalam hubungan menjadi aspek yang tidak kalah penting dalam komunikasi kontekstual. Komitmen mencerminkan kesungguhan individu untuk menjaga, mengembangkan, dan mempertahankan kualitas hubungan interpersonal. Bentuk komitmen ini dapat diwujudkan melalui kesetiaan dan loyalitas, pengorbanan atau fleksibilitas, serta perencanaan masa depan bersama. Kesetiaan menunjukkan tanggung jawab terhadap hubungan dan penghormatan terhadap kepercayaan lawan bicara. Fleksibilitas atau pengorbanan menandakan kemampuan untuk menyesuaikan diri demi kelangsungan hubungan, sementara perencanaan masa depan bersama mencerminkan kepedulian dan komitmen jangka panjang dalam membangun hubungan yang harmonis dan berkelanjutan.

Komunikasi tidak hanya sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks di mana komunikasi itu terjadi. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi kontekstual menekankan bahwa makna pesan dibentuk oleh faktor sosial, budaya, psikologis, relasional, dan situasional. Dengan memahami konteks, individu dapat menyesuaikan cara komunikasi agar efektif, diterima, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Konteks sosial meliputi lingkungan sosial, posisi individu, norma, dan etika yang memandu interaksi. Penggunaan bahasa yang sopan, sikap menghargai orang lain, dan kepatuhan terhadap aturan sosial menjadi kunci agar komunikasi diterima secara sosial. Misalnya, cara menyapa atau menanggapi lawan bicara sangat bergantung pada norma budaya dan status sosial.

Selain itu, struktur sosial memengaruhi pola, arah, dan kebebasan komunikasi. Hierarki sosial, akses terhadap komunikasi, serta pola kekuasaan dan otoritas menentukan siapa yang berbicara, bagaimana pesan disampaikan, dan siapa yang memiliki kontrol dalam komunikasi. Pemahaman terhadap struktur ini membantu individu menyesuaikan gaya komunikasi agar sesuai dengan posisi dalam masyarakat atau organisasi.

Konteks relasional menekankan hubungan interpersonal dalam komunikasi. Kedekatan hubungan, keterbukaan, keakraban emosional, dan kepercayaan memengaruhi gaya bahasa, intensitas interaksi, serta kualitas komunikasi. Hubungan yang dekat dan penuh kepercayaan memungkinkan komunikasi berlangsung lebih hangat, terbuka, dan efektif.

Baca juga: Analisis Menyemai Kebencian di Era Digital: Ancaman Nyata bagi Demokrasi dan Kelompok Rentan

Terakhir, komitmen dalam hubungan mencakup kesetiaan, fleksibilitas, dan perencanaan masa depan bersama. Komitmen menunjukkan kesungguhan individu dalam mempertahankan, mengembangkan, dan menjaga kualitas hubungan interpersonal melalui komunikasi yang konsisten dan bertanggung jawab. Misalnya, pasangan atau rekan kerja yang saling berkoordinasi dan menghormati kesepakatan menunjukkan bentuk komitmen yang nyata.

Kesimpulannya, komunikasi kontekstual menegaskan bahwa pesan tidak berdiri sendiri. Faktor sosial, struktur, relasional, dan komitmen membentuk makna dan memengaruhi efektivitas komunikasi. Dengan memahami konteks secara menyeluruh, individu dapat berkomunikasi secara sopan, efektif, dan mampu membangun hubungan interpersonal yang harmonis. Teori Deddy Mulyana menekankan bahwa komunikasi adalah proses kompleks yang menuntut kesadaran, adaptasi, dan penghargaan terhadap konteks sosial dan relasional.

Penulis: Silvha Aulia Al Zahwa, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *