Warisan Ilmu Filsafat Islam Klasik dalam Menghadapi Hoaks

Filsafat Islam Klasik

Milenianews.com, Mata Akademisi – Warisan filsafat ilmu islam klasik memberikan landasan kuat dalam upaya menghadapi penyebaran insformasi palsu atau hoaks di era modern saat ini. Para filsuf Islam seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Al- Ghazali, menekankan pentingnya rasio, metode ilmiah, dan intregritas intelektual dalam pencarian pengetahuan yang benar. Mereka mengajarkan bahwa ilmu harus di dasari pada bukti yang rasional dan verifikasi yang cermat. Bukan sekedar asumsi atau pendapat yang mudah terpengaruh oleh hawa nafsu atau kepentingan tertentu. Pedekatan ini menjadi moral penting dalam menelaah kebenaran informasi di tengah arus deras berita yang tidak selalu dapat dipercaya.

Tradisi ilmiah islam klasik juga mengajarkan etika dalam penyebaran informasi, yaitu tanggung jawab untuk tidak menyebarkan sesuatu tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Dalam konteks hoaks yang kini sudah merajalela, prinsip-prinsip ini penting sebagai pegangan moral dan intelektual untuk menghindari kerusakan sosial yang disebabkan oleh penyebaran berita palsu. Dengan mengambil kembali nilai-nilai tersebut, masyarakat modern dapat membangun sikap kritis, kesabaran dalam mencari kebenaran, dan menjaga keharmonisan sosial dari dampak negatif hoaks melalui pendekatan filsafat ilmu islam klasik.

Baca juga: Integrasi Wahyu, Akal, Dan Akhlak Dalam Peradaban Ilmiah Modern

Filsafat ilmu Islam klasik mengajarkan keseimbangan antara akal (al-aql) dan wahyu (al-naql). Bahwa akal merupakan alat penting dalam memahami realita, sementara wahyu menjadi sumber nilai dan etika dalam memilah informasi. Dalam konteks hoaks modern, pendekatan ini sejalan karena masyarakat tidak hanya membutuhkan kemampuan membaca informasi, tetapi juga kebijaksanaan moral dalam memanfaatkannya. Tanpa prinsip etis, pengetahuan dapat berubah menjadi alat manipulasi dan fitnah.

Contoh kasus hoaks, fenomena hoaks bukanlah sesuatu yang bersifat teoretis semata tetapi sudah nyata dan berpengaruh luas di masyarakat. Sebagai contohnya, pada masa covid 19, banyak berita hoaks yang beredar terkait vaksinisasi, pengobatan tradisioanl yang diklaim ampuh. Hoaks ini menyebabkan kebingungan dan ketidak percayaan publik terhadap upaya kesehatan yang sah, sehingga menghambat proses penanganan pandemi. Dalam hal ini, pendekatan filsafat islam klasik yang menitik beratkan pada verifikasi informasi dan sikap kritis sangat dibutuhkan untuk menanggulangi dampak buruk tersebut.

Selain itu, hoaks yang berkaitan dengan isu agama dan sosial juga cukup sering terjadi, misalnya berita palsu tentang agama tertentu yang sengaja dibuat untuk memecah belah umat beragama. Disinilah warisan filsafat islam klasik, khususnya ajaran Al- Ghazali tentang hikmah dan toleransi, dapat menolong masyarakat untuk menolak provokasi dan memperkuat sikap saling menghormati dan menjaga persatuan.

Yang kemarin barusan terjadin hoaks tentang undian berhadiah palsu yang mengatasnamakan Bank Syariah Indonesia. Pada November hingga Desember 2025, banyak masyarakat mendapatkan tautan phishing yang mengaku sebagai undian resmi dari (BSI) dengan hadiah besar. Padahal, tautan tersebut berfungsi untuk mencari data pribadi seperti nomor rekening dan PIN nasabah. Hoaks ini sulit dideteksi banyak orang dan dapat menimbulkan kerugian finansial. Nah, disini ilmu filsafat islam klasik tentang penggunaan akal dan logika dalam menilai kebenaran harus diterapkan, menguatkan masyakat agar tidak mudah tergiur tawaran tanpa cek kebeneran terlebih dahulu.

Baca juga: Tantangan Dan Peluasan Islamisasi Di Era Digital

Melalui contoh di atas, terlihat jelas bahwa warisan ilmu filsafat islam klasik bukan hanya relevan secara teori, tetapi juga sangat aplikatif dalam kehidupan sosial modern seperti sekarang. Pendekatan rasional, etis, dan kritis yang seimbang antara akal dan moralitas menjadi kekuatan untuk menahan laju hoaks, menjaga keutuhan sosial, serta meningkatkan kualitas komunikasi publik.

Secara keseluruhan, warisan ilmu filsafat islam klasik mengajarkan tiga hal penting dalam menghadapi hoaks. Pertama, penggunaan akal dan logika sebagai alat validasi informasi. Kedua, Pendidikan moral dan etika yang menekankan tanggung jawab dalam menyebarkan ilmu dan berita. Ketiga, metode dialektik dan kritis yang membantu mengidentifikasi informasi palsu secara sistematis. Ketiga prinsip ini bila diaplikasikan secara konsisten dapat menjadi benteng yang efektif dalam menolak hoaks sekaligus membangun budaya komunikasi yang rasional dan etis di masyarakat modern.

Penulis: Sefta Alviana Sifa, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *