Al-Qur’an dan Mental Health Generasi Z: Tafsir Ayat-Ayat Penenang Hati di Tengah Gempuran Media Sosial

Al-Qur'an dan Mental Health Generasi Z

Milenianews.com, Mata Akademisi – Generasi Z, yang lahir dan tumbuh dalam pusaran teknologi digital, hadir sebagai generasi yang paradoksal. Di satu sisi, mereka adalah generasi yang paling terhubung secara global dalam sejarah. Kemampuan adaptasi dan literasi teknologi yang tinggi memungkinkan mereka menjangkau informasi dan membangun jaringan sosial tanpa batas geografis. Namun, di balik konektivitas virtual yang masif ini, tersembunyi kerentanan emosional yang mendalam. Beberapa jurnal  mengonfirmasi bahwa gempuran media sosial, tekanan akademik, dan ekspektasi sosial justru menjadi sumber stres, kecemasan, dan perasaan isolasi. Keterhubungan yang konstan itu seringkali berubah menjadi medan perbandingan sosial yang tidak sehat, memicu rasa rendah diri dan kesepian di tengah keramaian digital.

Baca juga: Pengembangan Fiqh Sosial: Ijtihad Tathbiqi K.H. Sahal Mahfudh dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Pengelolaan Zakat Produktif

Konflik antara dunia yang “terhubung” namun “terisolasi” inilah yang menciptakan krisis makna dan ketidakstabilan emosional pada Generasi Z. Mereka hidup dalam dualitas: mampu mengakses seluruh dunia dengan ujung jari, namun kerap kesulitan menemukan ketenangan dalam hati dan pikiran mereka sendiri. Dalam konteks inilah, Al-Qur’an hadir bukan sekadar sebagai kitab suci, tetapi sebagai sumber solusi psikologis-spiritual yang relevan. Artikel ini akan mengeksplorasi penafsiran ayat-ayat penenang hati (as-sakinah) dalam Al-Qur’an sebagai jawaban atas problematika kesehatan mental Generasi Z, menawarkan perspektif ketuhanan untuk memulihkan keseimbangan batin di tengah hiruk-pikuk gempuran media sosial.

Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai pedoman ibadah, tetapi juga menawarkan kerangka psikoterapi yang holistik melalui konsep-konsep kunci seperti Iṭmi’nān Al-Qulūb (ketenangan hati) dan Al-Sakīnah (ketenangan jiwa). Kedua konsep ini, yang disebutkan sebanyak 20 kali dalam Al-Qur’an, menjadi fondasi pendekatan psikospiritual Islam yang bersifat komprehensif. Iṭmi’nān Al-Qulūb dicapai melalui praktik-praktik spiritual seperti zikrullah, membaca Al-Qur’an, dan mensyukuri nikmat Allah, yang secara langsung menenangkan hati dan menstabilkan emosi. Sementara itu, Al-Sakīnah digambarkan sebagai ketenangan khusus yang diturunkan Allah dalam situasi penuh tekanan, seperti yang dialami para sahabat dalam peristiwa Hijrah dan peperangan, yang berfungsi memperkuat keimanan dan ketabahan hati. Konsep ini tidak hanya menawarkan ketenangan sementara, tetapi juga membangun ketahanan mental jangka panjang melalui penyerahan diri (tawakal) dan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Dengan demikian, Al-Qur’an tidak hanya menjadi sumber solusi bagi krisis spiritual, tetapi juga mekanisme psikologis yang relevan dan aplikatif untuk mengatasi kecemasan, stres, dan ketidakstabilan emosi di tengah tantangan kehidupan modern, termasuk gempuran media sosial yang dihadapi Generasi Z.

Penafsiran ayat-ayat penenang hati dalam Al-Qur’an menawarkan mekanisme psikospiritual yang holistik untuk menangani stresor media sosial. Konsep Iṭmi’nān Al-Qulūb (ketenangan hati) dan Al-Sakīnah (ketenangan jiwa) yang disebutkan dalam berbagai ayat, seperti dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28, berfungsi sebagai penstabil emosi melalui praktik zikrullah dan penyerahan diri kepada Allah. Aplikasinya terhadap stresor media sosial terletak pada kemampuan konsep ini membangun ketahanan mental internal, sehingga pengguna tidak mudah terpengaruh oleh tekanan digital seperti fear of missing out (FOMO) dan kecemasan sosial. Ketika hati telah mencapai kondisi tenang melalui hubungan dengan Sang Pencipta, stimulus negatif dari media sosial kehilangan daya dominannya atas kondisi psikologis individu.

Secara spesifik, QS. Thaha ayat 131 memberikan solusi tepat untuk menangkal perbandingan sosial dan rasa tidak cukup yang kerap dipicu oleh media sosial. Sebagaimana tercermin dalam penafsiran K.H. Bahauddin Nur Salim (Gus Baha), ayat ini mengajarkan untuk tidak mengarahkan pandangan kepada kenikmatan duniawi yang Allah berikan kepada orang lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan kekaguman berlebihan dan perasaan inferior. Aplikasinya di era digital adalah dengan melakukan Ghaḍḍu Al-Baṣar (menundukkan pandangan) secara kontekstual, yakni tidak terjebak pada konten-konten yang memamerkan kemewahan hidup orang lain. Penafsiran ini selaras dengan prinsip Iṭmi’nān Al-Qulūb yang menekankan sumber kebahagiaan pada aspek spiritual, bukan material. Dengan memfokuskan diri pada nikmat yang telah diterima dan mensyukurinya, Generasi Z dapat terhindar dari jebakan perbandingan sosial yang berujung pada stres dan ketidakpuasan diri.

Strategi praktis mengintegrasikan tafsir Al-Qur’an dalam kehidupan digital dapat dimulai dengan Revolusi Mental dalam memandang dan menggunakan waktu, sebagaimana tuntunan Surah Al-`Ashr. Generasi Z diajak untuk beralih dari kebiasaan scrolling pasif di media sosial yang menghabiskan waktu berjam-jam tanpa makna, menjadi pengguna yang proaktif dan bernilai. Implementasinya adalah dengan mentransformasi media sosial dari sekadar hiburan menjadi sarana pemenuh empat kriteria penyelamat dari kerugian dalam seperti yang tercantum dalam QS. Al-`Ashr ayat 3. Waktu di dunia digital harus diisi dengan aktivitas yang mencerminkan keimanan (seperti mengikuti kajian Islam daring), amal saleh (seperti menyebarkan konten positif dan informatif), saling menasihati dalam kebenaran (dengan mengedukasi tentang bahaya cyberbullying dan hoaks), serta saling menasihati dalam kesabaran (dengan membangun komunitas online yang suportif untuk mengatasi kecemasan dan tekanan sosial).

Strategi selanjutnya dapat menerapkan prinsip Ghaḍḍu Al-Baṣhar (menundukkan pandangan) sesuai dengan penafsiran QS. Taha ayat 131 oleh K.H. Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) secara kontekstual di ruang digital. Ayat ini mengingatkan kita untuk memiliki kesadaran tinggi untuk selektif dalam mengonsumsi konten dan tidak terjebak dalam budaya pamer (show off) serta perbandingan sosial yang menjadi sumber stres. Praktiknya dapat dilakukan dengan melakukan digital detox secara berkala, memilih untuk mengikuti akun-akun yang menginspirasi dan mendukung perkembangan diri, serta aktif menciptakan ekosistem digital yang sehat dengan mematuhi adab bermedia sosial dalam Islam, seperti menyebarkan informasi yang valid, menghindari prasangka, dan menjauhi ghibah online. Dengan demikian, teknologi tidak lagi menjadi sumber kegelisahan, tetapi berubah menjadi sarana yang membumi untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam membangun kesejahteraan mental dan spiritual.

Baca juga: Dimensi Siyari Dalam Shalat: Telaah Lima Aspek Batin Ibadah Menurut Perspektif Tafsir Tasawuf

Dengan demikian, telah jelas bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab usang yang terpinggirkan oleh zaman, melainkan User Manual for the Soul atau panduan operasional bagi jiwa yang paling relevan di Era Digital. Melalui penafsiran ayat-ayat penenang hati seperti konsep Iṭmi’nān Al-Qulūb dan Al-Sakīnah, Al-Qur’an menawarkan mekanisme psikospiritual yang holistik untuk menangkal kecemasan, perbandingan sosial, dan rasa tidak cukup yang digerus oleh gempuran media sosial. Prinsip-prinsipnya, dari menundukkan pandangan yang dijelaskan dalam Q.S. Thaha ayat 131 hingga memaknai waktu secara produktif yang dijelaskan didalam Q.S. Al-`Ashr, yang memberikan fondasi kokoh bagi Generasi Z untuk tidak sekadar bertahan, tetapi tumbuh dengan mental yang tangguh. Oleh karena itu, mengintegrasikan tafsir Al-Qur’an dalam keseharian digital bukan lagi sebuah opsi, melainkan sebuah keharusan untuk meraih kemenangan sejati, menjadi pribadi yang terhubung dengan dunia maya tanpa kehilangan ketenangan dan jati diri di dalam hati.

Penulis: Reynazwa Aemard, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *