Milenianews.com – Bayangin duduk satu meja bareng mata-mata dan musuh negara. Situasi tegang kayak di film, tapi bagi Joe Navarro, itu sudah jadi makanan sehari-hari. Dengan pengalaman 25 tahun sebagai agen FBI, ia dikenal sebagai sosok yang sangat paham membaca bahasa tubuh manusia. Bukan cuma paham, Navarro juga jago mengendalikan situasi lewat sinyal-sinyal kecil yang sering luput dari perhatian. Nggak heran kalau sekarang namanya dikenal sebagai pakar bahasa tubuh kelas dunia.
Baca juga: Pamali dan Tabu: Membaca Kearifan Lokal Lewat Kacamata Psikoanalisis Freud
Setelah pensiun dari FBI, Joe Navarro nggak berhenti berbagi ilmu. Ia membantu banyak orang meningkatkan komunikasi dan membangun kepercayaan diri lewat kemampuan membaca bahasa tubuh. Kontribusinya besar, terutama dalam membuka mata kita bahwa komunikasi itu nggak melulu soal kata-kata, tapi juga soal apa yang tubuh kita “ucapkan” tanpa sadar.
Rasa tidak aman selalu bocor lewat gerakan refleks
Sebagai manusia, kita sebenarnya berkomunikasi lewat banyak cara. Wajah jadi alat paling jujur. Alis berkerut saat bingung, darah seakan menghilang dari bibir ketika mendengar sesuatu yang nggak kita suka, lalu bibir mengencang sebagai reaksi spontan. Semua itu terjadi begitu saja, tanpa skrip, tanpa filter.
Rasa percaya diri dan rasa nggak aman juga gampang kebaca dari bahasa tubuh. Saat seseorang merasa terancam, refleks pertama yang sering muncul adalah menyentuh leher. Gerakan sederhana, tapi sarat makna. Menurut Navarro, memahami sinyal-sinyal seperti ini penting banget kalau kita ingin mengambil kendali dalam situasi apa pun, baik di ruang kerja, pertemanan, sampai negosiasi serius.
Menariknya, Navarro bilang kalau kepercayaan diri itu bisa dilatih. FBI sendiri punya banyak strategi untuk membangunnya. Salah satu yang paling kuat adalah steeple gesture, yaitu menyatukan ujung-ujung jari membentuk seperti atap. Gestur ini memancarkan keyakinan dan kontrol diri yang tinggi. Bahkan, gestur ini sering terlihat dilakukan oleh Elon Musk saat tampil di depan publik.
Navarro juga menjelaskan bahwa banyak reaksi tubuh kita berasal dari naluri kuno. Di masa lalu, nenek moyang manusia harus menahan napas agar predator nggak bisa mendeteksi keberadaan mereka. Pola ini masih tersimpan dalam tubuh kita sampai sekarang. Makanya, saat mendengar suara keras atau ancaman mendadak, tubuh bisa langsung membeku tanpa kita sadari.
Empati membuka pintu percakapan lebih dalam
Dalam hal komunikasi, Navarro menekankan pentingnya empati. Berbicara dengan anak, misalnya, nggak bisa disamakan dengan gaya instruktur militer. Leher yang kaku dan posisi berdiri terlalu tegak justru bikin komunikasi jadi kaku dan tertutup. Bahasa tubuh yang terlalu dominan malah mematikan koneksi.
Sebagai mantan agen FBI, Navarro membuktikan kalau sikap yang lebih rileks bisa meningkatkan kualitas komunikasi. Orang jadi lebih nyaman, kontak mata lebih lama, dan lawan bicara pun bersedia meluangkan waktu lebih banyak. Ia juga mendalami kebutuhan biologis manusia, mulai dari keinginan, hasrat, sampai preferensi yang sering nggak diucapkan.
Baca juga: Merekam Kisah Anagata : Alam dan Manusia
Namun, fokus utama Navarro justru ada pada rasa takut. Emosi ini jarang diungkapkan secara terang-terangan. Banyak orang memilih kata “khawatir” atau “nggak yakin” untuk menutupi rasa takut yang sebenarnya. Di sinilah kemampuan membaca bahasa tubuh jadi senjata utama.
Navarro pernah membongkar banyak kasus besar, termasuk menangkap mata-mata. Salah satu yang paling terkenal adalah kasus Rodri Ramsey, pelaku pencurian kode nuklir GO. Kecurigaan muncul saat sesi wawancara, ketika Navarro melihat rokok di tangan Ramsey bergetar hebat. Sinyal kecil itu jadi petunjuk besar. Kisah ini ia ceritakan langsung dalam podcast di channel The Diary of a CEO, sekaligus menunjukkan betapa tubuh sering kali lebih jujur daripada kata-kata.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













