Milenianews.com, Jakarta – Otoritas Jepang resmi mencabut peringatan tsunami pada Selasa pagi (9/12) waktu setempat, setelah gempa kuat bermagnitudo 7,5 mengguncang wilayah timur laut Jepang pada Senin malam (8/12). Meski sempat memicu kepanikan dan evakuasi besar-besaran, gelombang tsunami yang muncul terpantau kecil dan tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Gempa terjadi sekitar pukul 23.15 waktu setempat dengan pusat lindu berada di kedalaman 54 kilometer, sekitar 80 kilometer lepas pantai Prefektur Aomori. Guncangannya terasa sangat kuat di sejumlah wilayah, terutama di Kota Hachinohe yang mencatat intensitas “upper 6” pada skala Jepang, level getaran yang bisa membuat orang sulit berdiri dan aktivitas langsung terhenti.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,8 Guncang Gunung Kidul, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Tak lama setelah gempa, Badan Meteorologi Jepang langsung mengeluarkan peringatan tsunami dengan potensi gelombang setinggi 3 meter di sepanjang pesisir timur laut, termasuk Hokkaido, Aomori, dan Iwate. Warga yang tinggal di wilayah pesisir diminta segera menjauh dari pantai dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Gelombang tsunami memang terpantau di beberapa pelabuhan, namun ketinggiannya relatif kecil dan tidak menimbulkan kerusakan besar,” demikian pernyataan resmi Badan Meteorologi Jepang (9/12).
Gelombang tsunami terdeteksi namun berada di batas aman
Pemantauan menunjukkan ketinggian tsunami hanya berkisar antara 20 hingga 70 sentimeter. Seiring kondisi yang terus membaik, status peringatan pun diturunkan menjadi imbauan sebelum akhirnya seluruh peringatan tsunami dicabut pada Selasa pagi.
Meski situasi cepat terkendali, dampak gempa tetap dirasakan. Pemerintah Jepang mencatat sedikitnya 30 orang mengalami luka-luka, sebagian besar akibat terjatuh atau tertimpa benda saat gempa terjadi. Selain itu, satu insiden kebakaran juga dilaporkan terjadi di wilayah terdampak.
“Sejauh ini kami menerima laporan sekitar 30 orang terluka dan satu kasus kebakaran. Kami terus memantau perkembangan di lapangan,” ujar Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, dalam keterangannya kepada media (9/12).
Gempa ini juga sempat mengganggu aktivitas harian warga. Sejumlah layanan kereta api di wilayah timur laut dihentikan sementara sebagai langkah keselamatan, sementara ribuan rumah mengalami pemadaman listrik. Kondisi tersebut berangsur pulih dan sebagian besar layanan kembali normal pada Selasa pagi.
Fasilitas nuklir dipastikan aman dari dampak gempa
Pemerintah dan operator energi memastikan kondisi fasilitas vital tetap aman. “Tidak ditemukan kelainan atau masalah keselamatan di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir setelah gempa,” kata otoritas terkait dalam pernyataan resminya (9/12).
Di sisi lain, Badan Meteorologi Jepang mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi gempa susulan dalam beberapa hari ke depan. Wilayah dari Hokkaido hingga Prefektur Chiba diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mengingat aktivitas seismik masih mungkin terjadi.
Baca juga: Gempa 7.1 Magnitudo Guncang China Dekat Perbatasan Kyrgyzstan
“Ada kemungkinan gempa susulan yang lebih kuat dalam beberapa hari mendatang, sehingga masyarakat diimbau tetap berhati-hati,” ujar pejabat Badan Meteorologi Jepang dalam konferensi pers (9/12).
Sebagai negara yang berada di Cincin Api Pasifik, Jepang memang tak pernah lepas dari ancaman gempa. Wilayah timur laut sendiri pernah mengalami gempa dahsyat pada 11 Maret 2011 yang memicu tsunami besar dan menelan hampir 20 ribu korban jiwa. Belajar dari pengalaman pahit tersebut, pemerintah Jepang kini menerapkan sistem peringatan kesiapsiagaan selama satu minggu setiap kali terjadi gempa signifikan, demi mengantisipasi kemungkinan terburuk dan melindungi keselamatan warganya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













