Milenianews.com, Jakarta – Di luar angkasa, astronaut masih melakukan kegiatan menulis. Mereka menggunakan pulpen khusus sebagai alat tulis. Terdapat aturan bahwa astronot tidak boleh menggunakan Pensil di luar angkasa.
NASA, dalam ekspedisi luar angkasa, telah menginvestasikan jutaan dolar untuk mengembangkan pulpen yang dapat berfungsi di lingkungan mikrogravitasi. Namun, kosmonaut dari Rusia memilih untuk menggunakan pensil granit dalam misi luar angkasa.
Baca juga : Rusia Akan Menarik Diri dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS pada 2024
Pada awalnya, baik astronaut maupun kosmonaut menggunakan pensil sebagai alat tulis di luar angkasa. NASA memang menghabiskan sejumlah uang untuk melakukan penelitian tentang kemungkinan penggunaan pulpen. Tetapi proyek tersebut akhirnya batal karena biayanya yang meningkat.
Kemudian, Fisher Space Pen berkembang secara independen oleh bisnis swasta bernama Fisher Pens dan rilis pada akhir tahun 1960-an. Akhirnya, baik astronaut maupun kosmonaut mulai menggunakan pulpen ini di luar angkasa.
Ternyata, penggunaan pulpen khusus daripada pensil berkaitan dengan masalah residu yang dihasilkan di lingkungan luar angkasa. Residu dari pensil dapat menjadi masalah karena dapat mengambang di ruang angkasa. Oleh karena itu, pulpen yang berkembang khusus mampu mengatasi masalah tersebut.
Alasan Astronot tidak menggunakan pensil
Penggunaan pensil di luar angkasa memiliki beberapa masalah. Pertama, ujung pensil dapat patah saat penggunaan yang bisa menjadi masalah jika serpihan pensil tersebut mengambang di lingkungan luar angkasa.
Selain itu, sisa-sisa hasil rautan pensil juga dapat terlepas dan mengambang di ruang angkasa. Hal ini merupakan potensi bahaya di dalam wahana antariksa.
Pulpen juga memiliki risiko bahaya pada awalnya. Pada tahun 1945, pulpen pertama yang sukses secara komersial diperkenalkan. Namun, pulpen tersebut, menurut pendiri Fisher Pen Company, Paul C Fisher, memiliki masalah kebocoran yang signifikan.
Namun, situasinya berubah ketika astronot mulai menggunakan pulpen setelah Paul C Fisher. Bersama dengan Friedrich Schächter dan Erwin Rath, berhasil menyempurnakan pulpen yang dapat astronot gunakan di luar angkasa. Pulpen ini menggunakan kartrid tinta bertekanan dan dirancang untuk bekerja dalam berbagai kondisi. Termasuk suhu yang sangat bervariasi, posisi terbalik, dan permukaan yang berminyak.
Baca juga : Alexa, Asisten Digital NASA Dalam Misi Luar Angkasa
Fisher menawarkan pulpen ini kepada NASA, dan setelah melalui pengujian yang ketat, NASA memutuskan untuk membelinya untuk digunakan dalam misi Apollo di masa depan. Debut Fisher Space Pen terjadi pada misi Apollo 7 pada tahun 1968.Hingga saat ini, Fisher Space Pen masih digunakan.
Tetapi astronot dan kosmonot di Stasiun Luar Angkasa Internasional memiliki lebih banyak pilihan. Mereka lengkap dengan pulpen yang memiliki berbagai warna, serta pensil mekanis.
Astronot NASA, Clayton Anderson, menjelaskan bahwa penggunaan pensil mekanis oleh kru untuk menulis tentang waktu pembakaran mesin, konfigurasi sistem, dan informasi lainnya yang relevan selama misi luar angkasa.
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.