Milenianews.com – Manusia sebagai makhluk sosial tidaklah bisa hidup sendiri dalam hidup ini akan selalu berdampingan dan membutuhkan satu sama lain. Ini sejalan dengan arti dari kata “sosial” yang berasal dari bahasa latin. Yakni ‘socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2002). Namun sebagai makhluk sosial manusia tumbuh dengan berbagai perbedaan yang memicu konflik sosial.
Perbedaan baik itu agama, keyakinan, ras, suku dan lain sebagainya kerap kali menimbulkan konflik sosial. Perbedaan yang akhirnya melahirkan sebuah konflik dalam masyarakat, gesekan kecil, beradu argumen bahkan dapat berakhir dengan saling baku hantam bila konflik tersebut tidak terselsaikan dengan bijak.
Pengertian Konflik Sosial dan Penyebabnya
Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik merupakan percekcokan, perselihan, atau pertentangan. Namun dalam ilmu sosial konflik adalah sebuah proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan menentang pihak lain yang saling berseberangan, tidak selaras, dan bertentangan. Konflik berasal dari bahasa latin “confirege” yang berarti saling memukul.
Baca juga : Pentingnya Tata Krama Bagi Gen Z di Sekolah
A. Soerjono Soekanto
Merupakan tokoh sosiologi yang lahir pada 30 Januari 1942, mengutip dari wikipedia beliau merupakan seorang Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional.
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian konflik sosial adalah sebuah proses sosial antar individu atau kelompok yang berusaha mencapai sebuah tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut cara yang dilakukan adalah dengan menantang pihak lawan dan dapat disertai ancaman maupun kekerasan.
Sedangkan penyebab konflik sosial itu sendiri menurut Soerjono Soekanto karena beberapa faktor, antara lain:
- Perbedaan antarindividu.
- Perbedaan antarkebudayaan.
- Perbedaan kepentingan.
- Perubahan sosial
B. John Lewis Gillin dan John Phiillip Gillin
John Lewis Gillin dan John Phiillip Gillin, pasangan ayah dan anak ini merupakan 2 tokoh sosilogi yang menuangkan pemikiran yang sangat penting bagi masa kini. Keduanya berpendapat bahwa konflik sosial adalah bagian dari proses interaksi sosial yang saling berlawanan.
Artinya konflik sosial adalah sebuah proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, serta perilaku.
C. Robert M. Z. Lawang
Prof. Dr. Robert Markus Zaka Lawang merupakan salah satu pakar sosiologi modern yang memiliki pemikiran mengenai konflik sosial. Dengan beberapa karyanya yang terkenal yaitu Konflik tanah di Manggarai, Flores Barat : pendekatan sosiologik, Stratifikasi Sosial di Cancar Manggarai Flores Barat Tahun 1950an dan 1980an.
Menurutnya Konflik sosial adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, yang tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya.
Baca juga : Pertarungan Ekonomi Global dan Usaha Manusia Mematikan Tuhan
Cara Menyelesaikan Konflik Sosial
1. Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Ada beberapa syarat untuk sebuah lembaga untuk menangani sebuah permasalahan agar dapat efektif dan netral.
Lembaga harus memiliki sifat otonom dengan wewenang untuk mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan dari lembaga lain. Ini berperan sebagai pengikat kelompok yang berkonflik, sehingga kelompok konflik akan merasa terikat pada lembaga.
Lembaga tersebut harus bersifat demokratis yang memberi kesempatan dan mendengarkan pendapat kedua pihak sebelum mengambil keputusan.
Contoh Konsiliasi : Para buruh berdemonstrasi kepada perusahaan untuk menaikkan gaji, para buruh dan perusahaan sepakat meminta bantuan kementrian tenaga kerja untuk membantu menyelsaikan masalah tersebut.
2. Adjudikasi
Merupakan penyelsaian masalah sosial dengan cara kedua belah pihak yang berkonflik mengadukan masalah mereka ke meja hijau atau pengadilan hukum untuk diselesaikan.
Contoh Adjudikasi : Kasus korupsi, Kasus kekerasan dalam rumah tangga, Kasus perceraian, Pelanggaran hak cipta, administrasi pertanahan dan lain sebagainya.
3. Arbitrasi
Bentuk pengendalian sosial yang melibatkan pihak ke 3 sebagai mediator yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bermasalah, dengan cara keputusan dari pihak ke 3 harus disetujui sebagai solusi penyelsaian konflik yang ada.
Contoh Arbitrasi : Dalam sebuah pertandingan sepakbola gattuso memukul kepala ronaldo, sehingga gattuso dijatuhi hukuman kartu merah oleh wasit dan diminta untuk meninggalkan lapangan.
Baca juga : Peran Universitas BSI Atasi Problematika Guru BK Madrasah Dengan Hypnoteaching
4. Mediasi
Sama halnya dengan Arbitrasi loh sobat milenia, Mediasi melibatkan pihak ke 3 sebagai mediator. Hanya saja dalam mediasi, keputusan pihak ke 3 tidak menjadi keputusan mutlak hanya sebatas memberi masukan kepada pihak yang tengah berkonflik.
Contoh Mediasi : Terjadi perkelahian didalam kelas sehingga pak guru memanggil sri dan abigail menasihati mereka agar tidak berkelahi lagi dan saling memaafkan satu sama lain.
5. Kompromi
Bentuk penyelsaian konflik dengan cara kedua belah pihak yang berselisih saling mengurangi tuntutannya.
Contoh Kompromi : Terjadi kecelakaan sepeda motor antara matias dan jono, mereka berdua saling adu argumen untuk meminta ganti rugi namun pada akhirnya kedua belah pihak mengikhlaskan hal tersebut dan saling mengobati luka dan kerugian masing – masing.
6. Koersi
Bentuk penyelsaian konflik yang di lakukan oleh pihak-pihak berwenang melalui cara paksaan, ancaman, tekanan, maupun kekerasan. Contoh Koersi : Satpol PP yang menertibkan pengemis dan pedagang di trotoar jalan.
7. Segegrasi
Merupakan bentuk penyelsaian konflik dengan cara saling memisahkan diri atau saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan. Pasangan suami istri yang sedang terlibat konflik dalam rumah tangga di khawatirkan membuat anak menjadi stres, sehingga sang ayah lebih memilih untuk lembur di kantor selagi menenangkan diri dan juga memikirkan solusi penyelsaian konflik.
8. Stalemate
Bentuk penyelsaian konfik yang mana saat kedua belah pihak yang bertentangan baik secara individual maupun kelompok yang sama-sama memiliki kekuatan yang seimbang. Lalu pada akhirnya berhenti pada suatu titik kondisi tidak saling menyerang.
Contoh Stalemate : Perang dingin Amerika Serikat dengan Uni Soviet, Konflik antara Korea Utara dengan Korea Selatan.
Sobat milenia perlu ketahui konflik hanya akan membuka jalan permusuhan dan perpecahan yang tentunya akan sangat berbahaya dan memiliki dampak yang besar dalam kehidupan bermasyarakat. Konflik yang terus terjadi kelak akan menjadi besar dan tidak hanya merugikan pihak yang berkonflik saja. Akan tetapi juga dapat memberikan kerugian bagian orang terdekat kalian hingga lingkungan kalian tinggal. Sobat milenia harus bijaksana dalam menyikapi sebuah konflik ya.