Mata Akademisi, Milenianews.com – Saat ini, dunia sedang dalam keadaan yang sangat sulit. Kesulitan itu menguras pikiran dan tenaga kita. Ya kita, masyarakat dunia. Virus yang bernama SARS Cov-2 atau penyakitnya yang lebih kita kenal bernama Covid-19 ini, berasal dari keluarga virus Corona penyebab SARS yang sebelumnya pernah mewabah di Timur Tengah.
SARS Cov-2, kasus pertama terjadi di Wuhan. Para peneliti di Tiongkok menyebut, virus ini berasal dari pasar hewan yang ada di Kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok.
Di pasar itu, menjual daging-daging hewan ilegal, seperti ular, tikus, anjing dan kelelawar, sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap tak lazim daging-daging itu dikonsumsi. Para peneliti juga mengungkapkan bahwa virus ini bisa ditularkan juga oleh manusia ke manusia lainnya.
Baca Juga : “Dilamar” Skripsi saat Covid-19
Virus Corona sebenarnya tidak bergerak, tetapi manusialah yang membawanya, sehingga dengan cepat bisa menyebar ke berbagai negara di belahan dunia.
Mengingat, Tiongkok menjadi negara yang banyak dikunjungi wisatawan asing. Jadi tak heran sangat cepat menyebar. Hal itu juga, yang menjadikan wabah Corona, sebagai Pandemi oleh WHO.
Satu bulan setelah kasus pertama muncul, dunia dibuat heboh karena bermunculan banyak kasus di beberapa negara di luar Tiongkok. Kota Wuhan pun mulai menerapkan lockdown wilayah, semua aktivitas ditiadakan, semua warganya di karantina di rumahnya masing-masing. Tak boleh ada yang keluar rumah, kecuali karena hal yang sangat mendesak.
Corona masuk ke Indonesia, katanya tidak bisa?
2 Maret 2020, kasus pertama dan kedua positif Corona diumumkan langsung oleh Presiden di Indonesia. Mereka merupakan ibu dan anak asal Depok. Informasi keduanya begitu cepat menyebar ke seantero negeri.
Setelah pemberitaan, para pejabat dengan tenangnya menganggap candaan akan kedatangan virus ke wilayah yang kaya akan suku dan budayanya ini. –Semua budaya masih ada dan mungkin akan tetap dilestarikan disini. Budaya telat, budaya ngaret, budaya korupsi, budaya ngegas, budaya tawuran sampai budaya yang diwarisi turun temurun yang benar-benar ada nilai ‘budaya’nya ada disini-.
Tetapi pemerintah tak benar-benar bersantai. Upaya tracking pun dilakukan, atau pelacakan terhadap orang-orang yang pernah berinteraksi secara langsung dengan pasien satu dan dua. Dari sana mulai banyak kasus-kasus bermunculan sampai bikin banyak orang panik, namun masih banyak juga yang menganggap remeh akan Corona ini.
Diberitakan banyak media, katanya, masuknya Corona ke Indonesia dibawa oleh seorang guru tari, yang berkebangsaan Jepang dan tinggal di Malaysia. Sebelumnya ia sudah terinfeksi virus Corona.
Tapi sayang, ketahuannya saat ia pulang ke negara asalnya, Jepang, dan dilakukan pemeriksaan disana. Dari sana, baru diketahui bahwa sang guru tari tersebut positif Corona. Pemerintah Jepang memberi kabar kepada pemerintah Indonesia melalui telepon.
Lebih memilih Bahagia atau Cemas?
Seminggu pertama, angka kasus positif Coron di Indonesia meningkat sangat pesat, tidak pernah turun, setiap harinya bertambah. Meski pemerintah terkesan santai, tapi tidak begitu santai, buktinya, sampai hari Rabu, 15 Aparil 2020, sebanyak 5.136 orang dinyatakan positif.
Di Italia, semua warganya menganggap remeh, pemerintahnya pun juga, saat kasus pertama muncul disana. Alhasil kurang dari sebulan, 10 ribu lebih terinfeksi di negara asal pizza tersebut. Setelah itu, barulah Italia menerapkan Country lockdown.
Di Indonesia, tidak diterapkan kebijakan lockdown, akan tetapi Presiden mengeluarkan instruksi bahwa masyarakat harus bekerja, belajar dan beribadah di rumah dan menerapkan Social Distancing,-pembatasan kegiatan sosial masyarakat- acara-acara besar seperti konser, wisuda, perpisahan sekolah, resepsi pernikahan, study tour, bahkan Ujian Nasional sekolah pun ditiadakan.
Instruksi Presiden tersebut, memberi dampak buruk bagi banyak masyarakat. Membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
Mahasiswa banyak yang mengeluh karena harus belajar secara daring di rumah mereka masing-masing. Awalnya mahasiswa senang, tapi lama kelamaan repot, katanya banyak tugas, dosennya tidak jelas mengajarnya dan lainnya.
Masyarakat kecil yang bekerja harian benar-benar menjerit. Supir Ojek Online, sepi orderan, bahkan ada aturan tidak boleh membawa penumpang, dan hanya bisa mengambil orderan makanan atau paketan barang saja. Itu setelah diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, 10 April silam.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) gencar dilakukan banyak perusahaan dan toko-toko pakaian, karena tak sanggup membayar gaji karyawannya. Para pelaku usaha harus putar otak agar usaha mereka tidak rugi bandar, karena barangnya tidak terjual.
Benar-benar virus Corona ini, menjadi ketakutan yang nyata, disaat kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan dan menjadi kebutuhan, bisa membunuh secara perlahan karena kemungkinan risiko terpapar menjadi lebih besar.
Lebih parah lagi berdampak pada psikis masyarakatnya juga, orang yang meninggal karena Corona, tak diizinkan dimakamkan di pemakaman umum oleh warganya sendiri di beberapa wilayah.
Keadaan bingung, susah, capek pikiran tak bisa terhindarkan. Bahkan ada yang sampai bunuh diri,
“Salah satu mitra ojek online dikabarkan bunuh diri karena tidak bisa membayar cicilan kendaraannya. Hal tersebut disebabkan karena sepi orderan. Mengingat instruksi Presiden untuk Belajar, Bekerja dan Beribadah di rumah, membuat banyak orang tidak keluar rumah”.
Pemerintah, melakukan berbagai upaya agar warganya tetap terpenuhi kebutuhannya, meski diluaran sana masih banyak yang berkeliaran karena harus berjuang menafkahi keluarga. Bisa jadi itu satu-satunya mata pencaharian mereka.
Sampai diterapkannya PSBB, barulah pemerintah membagikan sembako ke rumah-rumah warga yang kekurangan, listrik digratiskan sampai bulan Juni. Kartu Prakerja diberikan untuk masyarakat yang tidak mendapat penghasilan karena Corona.
Baca Juga : Covid-19 dan Kepedulian Bersama
Tetapi, dampak positif juga bisa dirasakan dari hadirnya patogen egois ini. Pemandangan pembagian sembako di jalan-jalan banyak terlihat. Raut haru dan senyum pun terpancar dari orang yang menerimanya.
Banyak selebritis, influencer, konglomerat dan lainnya, yang membantu memberi bantuan materi untuk penanganan wabah ini.
Disaat orang-orang pada #dirumahaja kadar oksigen di Jakarta pun meningkat bersih. Sampah-sampah dari Jakarta yang disetor ke TPS Bantargebang, juga menurun volumenya, hebat, sampai 600 ton lebih setiap harinya, setelah pemberlakuan WFH.
Masyarakat yang terlanjur menggelar pernikahan di bulan Corona, tidak melangsungkan resepsi tetapi hanya akad saja, itupun tidak boleh dihadiri oleh banyak orang. Modal nikah pun menjadi lebih hemat. Soal resepsi itu menjadi pilihan lagi, mau digelar atau tidak setelah wabah selesai, terserah.
Corona harus menjadi perhatian bersama bagi seluruh masyarakat dunia, juga seyogyanya bisa mensinergikan visi yang sama antara pemerintah dengan warganya, dalam penanganan wabah ini. Warga diimbau mengikuti apa yang disampaikan pemerintah dan pemerintah siap memenuhi semua kebutuhan warganya selama wabah belum selesai.
Itu yang seharusnya dilakukan, agar rantai penyebaran virus ini tidak berlanjut. Bahagia dan Cemas, sebenarnya bisa kita tentukan sendiri. Kalau pun tak bisa memilih, takdir itu tidak bisa diubah.
Saat mendapat kesusahan, ingatlah yang kita lakukan pada zaman dulu seperti apa. Jika tidak ingin susah lagi, ubah lah kedepannya agar kita tidak diberi balasan kejelekan yang serupa.