Judul buku: Senandung Cerita Remaja (Antologi Puisi Siswa Kelas 8 SMP Bina Insani Bogor)
Penulis: Ahmad Ahsan Al Fathdry dkk
Editor: Yessy Meirliene
Penerbit: CV Madrarah Digital Group
Cetakan: I, Februari 2025
Tebal: xx + 110 hlm
Milenianews.com, Ngobrolin Buku—Buku Senandung Cerita Remaja bukanlah sekadar kata-kata yang dirangkai menjadi bait-bait puisi. Lebih dari itu, buku antologi karya para siswa kelas 8 SMP Bina Insani Bogor ini adalah jendela yang membuka hati dan pikiran kita pada dunia remaja yang penuh warna. Di dalamnya, kita akan menemukan berbagai macam emosi, mulai dari kebahagiaan, kesedihan, kerinduan, hingga kecemasan. Semuanya terangum dalam Bahasa yang puitis dan menyentuh.
Puisi-puisi dalam antologi ini adalah cerminan dari kehidupan remaja dengan segala kompleksitasnya. Ada yang bercerita tentang persahabatan, cinta, keluarga, Impian, cita-cita, dan juga tentang kegelisahan serta ketakutan. Melalui puisi. para siswa kelas 8 ini mencoba untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka harapkan.
“Karya-karya ini merupakan hasil dari kerja keras, dedikasi, dan semangat yang tinggi. Mereka (para siswa kelas 8 SMP Bina Insani, Red) telah meluangkan waktu dan pikiran untuk menciptakan karya yang begitu indah dan bermakna.Saya sangat mengapresiasi usaha serta kerja keras mereka,” kata Principal SMP BBI, Haposan Andy Citra M.Pd. saat memberikan kata sambutan dalam buku antologi ini.
Buku antologi ini diawali dengan puisi “Rindu” karya Ahmad Ahsan Al Fathdry (siswa kelas 8A):
Satu kata tanpa koma
Yang menyimpan seribu tanda tanya
Entah akan ada pertemuan
Tanpa pastinya jawaban
Tentangnya …
Rasa yang sering hadir tanpa undangan
Rasa yang ingin bertemu…
Yang terjebak tanpa kepastian
Yang mampu membelenggu hati dalam penantian
Ini rindu…
Yang selalu menuntut pertemuan
Dari sini masih menunggu
Datangnya sebuah kehadiran
Namun jarak yang menghalanginya menjadi kenyataan
Muhammad Abiyu Raziq Ferhard (siswa kelas 8 E) menggoreskan beratnya perpisahan dalam puisi berjudul “Selamanya, Dalam Kenangan”:
Ada yang bilang, jangan bersedih
Karena perpisahan adalah bagian dari takdir.
Namun , apa yang tak terlihat dalam kata-kata itu
Adalah kenangan yang tersembunyi, perasaan yang tak bisa padam.
….
Perpisahan itu berat, Namun tak ada yang lebih indah daripada mengenang
Betapa indah pernah berbagi tawa, berbagi cerita,
Betapa kita saling mengisi ruang yang kosong.
Jangan bersedih, bukan karena kita berpisah,
Namun karena kita pernah saling menemukan, dan dalam kenangan itu, kita akan selalu ada selamanya, meski tak lagi berdampingan
Sebuah puisi romantis berjudul “Cinta” ditulis oleh Nerissa Thalifa Rejeki (siswa kelas 8 E):
Cinta adalah Jejak di Pasir Pantai
Terkadang hilang diterpa ombak
Namun Selalu kembali dengan Senyuman
Menemukan bentuknya di Setiap Musim
Cinta adalah daun yang Yang gugur
Menghiasi tanah Yang dingin
Namun memberi hidup pada akar-akarnya
Yang tak tampak di dalam gelap
Cinta tak bisa dipaksakan tumbuh
Ia Muncul tanpa Peringatan
Seperti hujan yang turun tanpa suara
Menyirami hati yang haus akan kehangatan
Tak sedikit puisi yang mengungkapkan rasa terima kasih dan hormat anak kepada ayah maupun ibunya. Contohnya puisi “Ayah” karya Haqiu Mahenda (siswa kelas 8 A):
Tanpa banyak ekspresi rasa
Tanpa banyak ungkapan kata
Hanya berbuat…
Bekerja sebagai bukti cinta
Untuk keluarga
….
Walau surga bukan di telapak kakimu…
Tapi engkau pahlawan sejatiku
Doaku selalu untukmu…
“Terima kasih ayah” sebagai bentuk syukurku.
Contoh lainnya adalah puisi “Kasih Dalam Diam” karya Nabila Fidelya Aziz (siswa kelas 8 A):
Di Langkah letih yang tak kau keluh,
Kau tetap tersenyum, kau tetap teguh.
Meski cobaan menghampirimu, punggungmu selalu tegak.
Di setiap pagi yang kau mulai,
Ada doa yang tak pernah usai.
Di setiap malam yang kau lewati,
Ada harapan yang kau titipkan di hati.
….
Ayah, kau tak banyak bicara,
Tapi kasihmu nyata di setiap cara.
Dalam teguran, maupun tawa,
Dalam diam yang penuh makna.
Aura Jihan Attaya (siswa kelas 8 D) mengungkapkan cinta dan kasih sayangnya kepada Sang Ibu melalui puisi berjudul “Ibuku, Surgaku”:
Ibuku, cinta pertamaku,
Di dalam pelukanmu, kutemukan rumah.
Kasih sayangmu bagaikan samudera,
Takkan pernah habis, takkan pernah pudar.
Hanya padamu, ku berbakti,
Setiap detak jantung ini, untukmu, Ibu
Ku berjanji, takkan pernah meninggalkan,
Cintamu adalah jalan, cahaya dalam hidupku.
Ibu, aku sayang padamu,
Lebih dari kata-kata yang bisa terucap.
Selamanya kau kan ada di hatiku,
Engkaulah surgaku, selamanya.
Ada pula puisi yang mengungkapkan penghargaan dan terima kasih kepada para pahlawan bangsa, berjudul “Pahlawan” karya Kenzie Ramadhan Siregar (siswa kelas 8 E):
Di sunyi malam kau melangkah,
Melawan takut, hadapi resah.
Bukan harta, bukan mahkota,
Hnaya cinta untuk bangsa tercinta.
Keringatmu jatuh di tanah ini,
Mengukir jejak di bumi pertiwi.
Dengan tekad yang tak tergoyahkan,
Kau persembahkan semua untuk kemerdekaan.
Kami ingat setiap perjuangan,
Setiap doa dalam pengorbanan.
Wahai pahlawan, jasamu abadi,
Di hati kami, takkan terganti.