Ekspresi Cinta Guru dan Orang Tua

Judul buku: Pesan Cinta dalam Puisi  (Antologi Puisi Guru dan Orang Tua Mudi SMP Bina Insani Bogor)

Penulis: Haposan Andy Citra dkk

Penerbit: CV. Madrasah Digital Group

Cetakan: I, Februari 2025

Tebal: xvi+49 hlm

 

Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Buku antologi puisi ini keren, karena menggabungkan ekspresi cinta guru dan orang tua SMP Bina Insani kepada para  murid dan anak mereka.  Antologi ini adalah wujud nyata dari betapa indahnya cinta kasih yang terjalin dalam keluarga besar SMP Bina Insani, Bogor.

Cinta adalah sebuah kata yang sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Ia adalah kekuatan yang mampu menggerakkan hati, memberikan semangat, dan menginspirasi banyak orang. Dalam antologi ini, cinta hadir dalam berbagai bentuk dan rupa. Ada cinta kepada anak-anak, cinta kepada sesama, cinta kepada sekolah, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada Tuhan Yang Mahaesa.

Melalui puisi-puisi yang tertulis dalam antologi ini, para guru dan orang tua mencoba menyampaikan pesan-pesan cinta yang tulus dan mendalam. Mereka merangkai kata demi kata, bait demi bait, untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka harapkan.

Setiap puisi dalam antologi ini adalah ungkapan hati yang jujur dan tulus. Ada yang bercerita tentang kebahagiaan memiliki anak, ada yang bercerita tentang kerinduan kepada orang tua, ada yang bercerita tentang perjuangan dalam mendidik anak, ada yang bercerita tentang indahnya persahabatan, dan ada pula yang bercerita tentang kebesaran Tuhan.

“Buku ini bukan sekadar kumpulan puisi, tetapi cerminan dari cinta, harapan, dan kebijaksanaan yang dituangkan dalam bai-bait indah. Setiap kata yang tertulis adalah ekspresi ketulusan, refleksi kehidupan, serta pesan mendalam yang ingin disampaikan kepada generasi penerus,” kata Principal SMP Bina Insani, Haposan Andy Citra, M.Pd. saat memberikan pengantar buku ini.

Salah satu puisi yang sangat menarik adalah “Carut Marut Urusan Perut” karya guru SMP Bina Insani  yang bernama Dodi Kusmana. Puisi kritik sosial bahkan agak sarkasme ini mengangkat kelangkaan gas melon (3 kg) yang sempat heboh beberapa pekan lalu:

 

Gas melon adalah maut

Yang mau jangan terkejut

Siapa pun boleh ikut

Asal nanti jangan sampai cemberut

 

Gas melon adalah maut

Isinya bukan hanya gas atau kentut

Tapi…. carut marut urusan perut

 

Yang baru tau harganya.. Kena parut

Yang baru ambil keputusan…. kini dibuat menciut

Silahkan bercicit layaknya cecurut

Tapi…. Boleh dong sikat gigi dan mulut

Biar tau kita berbeda isi perut

 

Kami isi perut biar tidak mengkerut

Kamu isi perut biar tetap gendut

 

Ada pula puisi  yang menggambarkan titik kesadaran seorang hamba kepada Tuhannya,  karya Rasni berjudul “Cinta-Mu”:

 

Cinta-Mu selalu sulit kuartikan

Ia menghampiriku tak selalu kesenangan

Atau aku dihadapkan pada kemapanan

Pun cinta-Mu pernah kecewakanku sangat

 

Aku pernah di titik bertanya

Mengapa?

Aku cenderung futur

Aku cenderung ragu

Aku cenderung mengeluh

 

Tapi Rabb-ku, cinta-Mu sungguh tak bertepi

Kau raih dan dekatkanku

Di kecewaku ku mengadu pada-Mu

Hingga aku merasa Istimewa dicintai-Mu

 

Sementara itu puisi karya para orang tua menggambarkan cinta, kasih saya dan doa yang tak pernah putus untuk anaknya. Contohnya puisi “Untuk Anakku Tercinta” karya Deny Sukmana:

 

Nak,

Saat kau lahir, dunia kami berubah.

Seperti fajar menerangi pagi yang indah.

Tangismu kala itu, lagu paling indah.

Mengalun di hati, berkenan mempunyai makna.

…..

Kini kau tumbuh, setinggi doa.

Mengejar mimpi, sejauh angkasa.

Kami tak ingin mengekang sayapmu.

Hanya berdoa kau terbang bahgia.

 

Jika suatu hari dunia terasa kejam.

Ingatlah, rumah ini selalu ada.

Pelukan kami tak pernah pudar.

Kasih sayang kami tak pernah reda.

 

Nak,

Jadilah baik, jadilah kuat.

Jangan takut jatuh, jangan ragu bangkit.

Kami di sini, di setiap sujud.

Mendoakanmu tanpa henti.

 

Tak kalah indah, puisi “Untuk Anakku” karya Irma Kusumadewi:

….

Perjalananmu masih panjang,

Penuh tantangan, kadang menghadang.

Jangan takut, jangan ragu,

Ibu di sini, selalu untukmu.

 

Belajarlah dari setiap langkah,

Bangkitlah saat kau lelah.

Jadilah kuat, jadilah bijak,

Hati yang baik, tekad yang tegak.

 

Puisi karya Tracy Dewi   yang berjudul “Kehidupan” berikut ini merupakan nasehat universal dari seorang ibu kepada anakya:

 

Jangan mencari perbedaan

Karena yang ada kebencian

Jangan hanya mencari kenyamanan

Karena yang ada ketidakmandirian

Jangan merasa memiliki kekuasaan

Karena yang ada ketidakadilan

 

Jangan memupuk keegoisan

Karena yang ada ketidaknyamanan

Jangan hanya mencari kesalahan

Karena yang ada ketidakadilan

Jangan memupuk kebanggaan

Karena yang ada kesombongan

 

Gambarlah, warnailah kehidupan

Dengan warna yang membawa keindahan

Karea disitu akan terlihat kedamaian

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *