Judul buku asli: Kepemimpinan Pancasila Di Era Transformasi Digital
Penulis : Ririt Yuniar
Editor : Ichsanuddin Noorsy
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : Pertama, November 2025
Tebal : 456 hlm
Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Di manakah kita bisa menemukan pemimpin bermental pancasila? Di angan, harapan, teks dan kisah republik. Sedang dalam kenyataan, elite pemimpin kita kebanyakan hit-man (bandit): omon-omon, hobi KKN dan pencitraan bahkan penipuan.
Inilah inti obrolan kami pada acara “kelas tebet” tiap hari Jumat. Kelas minggu ini secara khusus membahas isi buku kepemimpinan pancasila yang cukup komprehensif plus provokatif.
Penulis buku ini membahas pentingnya kepemimpinan berbasis Pancasila di tengah arus digitalisasi dan perubahan sosial yang cepat. Ini merupakan tulisan yang sering disampaikan di beberapa kelas Lemhanas dan lainnya. Hal ini karena penulis merupakan dosen di Universitas Pancasila.
Menurutnya, kepemimpinan pancasila diperlukan untuk menjaga keutuhan bangsa, menyeimbangkan inovasi dan tradisi, efisiensi dan kesejahteraan, serta teknologi dan kemanusiaan, dengan mengedepankan karakter negarawan yang bijak, tegas, dan beretika (h.25).
Membaca buku ini seperti hidup dalam pikiran-pikiran Nusantara: purba tapi subtantif. Tindakan mempelajari narasi ini seperti jalan sunyi yang setiap langkah bergema, berdentum, bertalu-talu dan perih.
Hidup dan menghidupi nusantara itu seperti beban yang sudah terlalu lama dipikul (tiap langkah penuh penyesalan, satu langkah penuh rasa takut, langkah berikutnya meragukan) limbo tak sudah-sudah.
Karena itu, penulis menghadirkan buku ini untuk dimiliki, bukan hanya untuk dikenang. Tuhan memberi para pembaca rasa, juga indra. Itu alat menemukan karyanya. Tentu, agar kita bersama dan bercerita. Juga, melakukan perlawanan. Revolusi nalar, moral dan spiritual.
Bagi penulis, jika air lautan dijadikan tinta untuk menulis karyanya tentang kepemimpinan, tentang pancasila dan tentang nasionalisme, itu tak akan cukup. Sebab pikiran dan hasratnya pada ketiganya seluas ratusan samudra.
Mencermati kalimat demi kalimat dari buku ini seperti kisah pilu. Sebab, senyum rakyat yang dulu begitu hangat memikat ternyata menyamarkan mata yang sebenarnya kosong. Ngungun dan bengong, gelisah dan marah tak sudah-sudah. Terutama sekali saat duit menipis dan tumpukan kerja makin berlapis, serta lihat tawa pejabat najis.
Di beranda meja rakyat banyak, mereka sering memegang cangkir teh terlalu lama sampai dingin. Lalu berucap, “andai dik Kowi tak merusak republik ini,” dunia mungkin tak segelap hari ini. Lalu, mereka meledak marah dan teriak, “elite silite kita harus diberakin mulutnya!”
Sekali lagi, buku ini hadir dari penulis untuk pecinta republik. Maka, milikilah sebagai modal mengajar dan berbagi keteladanan.
Tentu saja, buku ini dapat menjadi panduan strategis bagi para pemimpin di berbagai sektor untuk menghadapi tantangan seperti ketimpangan digital dan disrupsi sosial dengan tetap berpegang pada nilai Pancasila sebagai landasannya.
Terdiri dari sembilan bab, buku ini merentang isu-isu strategis dari transformasi sampai perspektif komunikasi. Sangat komprehensif dan serius, terbukti sejumlah tokoh ikut memberi kesaksian. Ada jendral, profesor, dosen dan pemuka agamawan. Ini bukti, buku dan penulisnya serius mengerjakannya.
Sayang, buku ini terlalu kecil hurufnya. Ini merepotkan bagi pembaca tua yang matanya makin buram. Tetapi, kelebihannya ada pada keluasan isi dan editornya yang canggih. Epilognya keren, karena disumbang ekonom terjenius di republik
Resensor: Yudhie Haryono, Presidium Forum Negarawan.













