Cerita Pertama
Mereka telah saling mengenal, namun masih memiliki keinginan untuk mengenalnya, mengetahui lebih dalam lagi. Dalam diri sang wanita pun ada satu sisi baru yang perlu untuk dikenal lebih dalam setiap waktunya.
Ketika telah saling mengenal, wanita pun terbuka kepada pria seperti lembaran sebuah buku rahasia. Ketika telah terbuka, kembali menutup. Dalam artian, keindahan ini tidak akan berakhir dan tidak berujung pada sebuah akhir. Setiap keindahan dalam diri wanita yang dikira pria itu, hanya sebuah potongan saja.
Keindahan adalah gerakan cerita yang terus berputar. Kata cinta yang tidak terlupakan dari keindahan pun datang menempati. Pria pertama ini mencintai wanita pertama dengan kekuatan cinta yang dapat dirasakan oleh semua pria setelahnya kepada semua wanita.
Wanita datang mendekati dan berdiri disamping pria. Kehadiran seorang pria yang tak bermakna kini telah menjadi bermakna. Substansi alam semesta adalah cinta, tadinya tersembunyi, kini telah terlihat jelas.
Kini Pria itu mencintai wanita tersebut sebagaimana ia mencintai dirinya dan Ia jatuh cinta pada dirinya sebagaimana ia mencintai wanita tersebut.
Di bawah bayang-bayang cahaya pohon, pria menghembuskan napas dan wanita menghirupnya ke dalam. Ketika wanita menghirup napas, pria itu menunggu, ketika salah satu menghembuskan napas, yang satu menahan. Ketika yang satu ingat, yang satu lupa.
“Wanita itu untuk Pria itu,” bukan untukku. Ia adalah aku, ia bukan aku, ia itu kamu.
Kesimpulannya, sepasang manusia ini tidak hanya untuk diri mereka sendiri.
Cerita Kedua
Wanita diciptakan untuk bisa menemukan ketenteraman bagi pria. Namun sering kali ia tidak menjadi dermaga yang tenang, melainkan laut yang berbadai.
Air yang tidak mengalir dan tidak bergerak ketika mengalir sering menenggelamkan, tapi ini memberi kehidupan. Ia membangkitkan dengan banjirnya.
Sebuah keindahan yang aneh, tapi ia indah dengan setiap sisinya. Ia indah dan keindahannya seolah bertambah ketika pria melihatnya.
Suaranya dapat membuat akal pikiran terhenti, senyumannya adalah kematian, dan tangisannya bisa menjadikan kehidupan. Dari sisi mana pun cahaya menyinarinya, ia terus berubah pada setiap waktu. Setiap saat ia tidak pernah sama. Ia tidak menetap sebagai dirinya.
Ia adalah wanita. Keadaan, sesuatu yang tidak mungkin, waktu, dan niatnya bercampur padanya serta mengalir terus. Ia tidak berdiam di satu tempat, ia meresap.
Sesuatu yang terlihat dalam diri wanita adalah sesuatu yang tidak dapat diubah lagi. Mungkin dengan kecantikan yang seperti ini bisa ditakuti. Akan tetapi, tidak ada sedikitpun ketakutan yang terlintas dibenaknya. Ia hanya menyukai.
Sebegitu sukanya pria, ia tersihir ketika berada disampingnya. Ia bersemangat dan terdiam.
Dari sisi manapun wanita itu sangatlah indah bagaikan bunga.
Pandangan wanita penuh dengan kasih sayang. Juga perhatiannya kepada pria.
Ketika menyentuh air, angin berhembus dan malam turun ke atasnya. Sebegitu cepatnya ia tumbuh, melebarkan dahan dan daun dalam diri pria, hingga tidak ada tempat lagi untuk menarik napas.
Cerita Ketiga
Entah mengapa setiap kali pria memandang wanita, ada senyuman yang dalam dari hatinya. Wanita itu sangat cantik hingga kecantikkannya hanya bisa dihadapi dengan senyuman. Keindahan seperti ini hanya bisa dibalas dengan senyuman.
Pandangan pertama pria kepada wanita adalah pandangan yang sangat bersih dari cinta yang tidak dapat masuk ke dalam kalbu.
Setiap memandang, ia seolah memandang untuk pertama kali.
Setiap melihat, ia seolah melihat untuk terakhir kalinya.
Namun, pria itu belum bisa memberi nama cinta pada saat pertama ia memahami semua itu. Entah setelah itu, ia melihat buku sebuah kata-kata. Semua manusia pada umumnya akan menamai perasaan ini, persatuan ini, dan perjumpaan ini dengan cinta.
Cinta datang begitu saja. Datang dan masuk diantara mereka.
Tidak memisahkan, tapi menyatukan.
Subjeknya dua dan pekerjaanya satu.
Bagi mereka, ibarat aku dan kamu. Buka aku yang sendiri, tidak pula kamu. Aku dan juga kamu adalah subjek sebuah kisah.
Cerita Keempat
Kapan pun sebuah ranting bunga bakung yang putih ada diantara ibu jari dan telunjuk wanita, pria masih belum mengetahui nama perasaan itu.
Akan tetapi, ia dapat memahami meski ia tidak tahu apa yang akan diucapkan tentang wanita ini. Benar maupun salah, meski ia tidak melihat, ia dapat merasakannya.
Pada akhirnya, masa pertama bagi para pecinta akan mampu menampung apa pun ke dalam dirinya.
Jalan bagi para pecinta akan penuh dengan kecelakaan dan pada setiap kecelakaan akan ada bencananya.