Sosok Dosen Muda yang Ubah Wajah Perkuliahan di Kampus

dosen muda

Milenianews.com, Jakarta – Wajahnya ramah, tutur katanya lembut, dan senyumnya nyaris nggak pernah hilang. Begitulah kesan pertama saat ketemu Gema Irhamdhika, dosen muda di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI). Sejak mulai mengajar di 2016, Gema dikenal sebagai sosok sabar, rendah hati, dan selalu punya cara unik supaya mahasiswa merasa dekat dengannya.

Menjadi dosen di usia muda tentu nggak gampang. Apalagi kalau harus ngajar mahasiswa yang usianya nggak jauh beda, bahkan beberapa dulunya teman sekolah.

“Awalnya sempat canggung, apalagi waktu tahu ada mahasiswa yang dulu teman SMP dan SMA saya. Tapi sekarang malah lucu kalau diingat,” ujarnya sambil tersenyum, saat ditemui, pada Senin (13/10) di Jakarta.

Baca juga: Abdimas Dosen Magister Manajemen Pendidikan Unpak kepada SMK Informatika Pesat,  Guru-guru lebih Mudah Kendalikan Kelas

Alih-alih minder karena ada yang meragukan kemampuannya, Gema justru menjadikan itu bahan bakar buat terus berkembang. Ia paham, kepercayaan nggak datang dari gelar aja, tapi dari konsistensi dan kesungguhan dalam mengajar.

Makanya, ia selalu berusaha bikin belajar jadi hangat dan gampang dipahami. Kalau ada mahasiswa yang belum ngerti, ia nggak ragu untuk mengulang materi sampai semuanya paham.

Belajar santai tapi tetap fokus, cara Gema bikin kelas hidup

“Setiap mahasiswa punya cara belajar yang berbeda,” begitu prinsipnya.

Menurut Gema, ngajar itu bukan cuma soal transfer ilmu, tapi juga memahami manusia dibalik bangku kuliah. Di kelas, ia lebih suka bikin suasana santai tapi tetap fokus. Kadang, ia buka kelas dengan kuis atau ngobrol ringan dulu supaya suasana cair. Baginya, Gen Z yang tumbuh di era digital perlu diajak belajar dengan cara yang interaktif dan menyenangkan

Hubungan Gema sama mahasiswanya nggak berhenti di ruang kelas. Ia sering jadi tempat curhat, diskusi, bahkan sekadar minta nasihat. Bagi Gema, dosen itu bukan sosok yang harus selalu “lebih tahu”, melainkan teman belajar yang tumbuh bareng. Ia malah banyak belajar dari semangat, kejujuran, dan rasa ingin tahu para mahasiswa. Makanya, kelasnya selalu hidup dan jarang sepi.

“Kita belajar sambil have fun. Saya menganggap mahasiswa itu teman belajar, bukan cuma murid. Kalau mereka tahu sesuatu yang saya belum tahu, saya malah senang karena berarti saya juga belajar,” jelasnya.

Delapan tahun mengajar bikin Gema paham, tiap generasi punya karakter unik. Mahasiswa milenial yang dulu ia ajar cenderung disiplin dan jarang ngeluh, sementara Gen Z lebih sering protes atau minta keringanan.

Baca juga: Dosen Universitas BSI Berikan Cara Mudah Hitung Pajak PPh 21

“Mereka suka protes atau minta keringanan, tapi itu bagian dari karakter mereka. Kita nggak bisa nyalahin karena beda zaman. Ngajar Gen Z memang butuh pendekatan yang lebih sabar dan personal,” ungkapnya.

Bagi Gema, jadi dosen muda bukan cuma soal profesi, tapi panggilan hati. Ia yakin dunia pendidikan butuh lebih banyak pengajar muda yang terbuka sama perubahan zaman. Lewat caranya berbagi ilmu, Gema hadirkan warna baru di kelas belajar jadi nggak cuma mendidik, tapi juga inspiratif dan seru.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *