Prof. Didin Hafidhuddin: Pendidikan Akhlak Harus Diutamakan, Baru Pengetahuan

Guru Besar IPB University dan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS (kiri). (Foto: Dok SBBI)

Milenianews.com, Bogor—  Pendidikan dalam Islam bukan sekadar menekankan pengetahuan. Justru yang terpenting adalah pendidikan akhlak atau karakter, baru kemudian pengetahuan. “Inti pendidikan di dunia pendidikan Islam berkaitan dengan akhlak atau karakter, baru pengetahuan. Sebab, pendidikan karakter itu melekat dan menentukan  kehidupan selanjutnya.,” kata Guru Besar IPB University dan Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS, saat mengisi Pengajian Guru dan Karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jumat (3/10/2025).

Prof. Didin mencontohkan pengalamannya ketika menjadi ketua Baznas. Suatu waktu dia bertemu dengan direksi berbagai bank. “Siapa yang Anda dahulukan dalam merekrut sumber daya manusia (SDM): yang profesional atau yang amanah (bisa dipercaya)?” tanya Kiai Didin, panggilan akrabnya.

“Ternyata para direksi bank itu menjawab bahwa mereka lebih memilih orang yang amanah.  Sebab, sifat amanah itu merupakan karakter yang melekat dalam pribadi mereka. Sedangkan menjadi profesional bisa di-treatment atau dilatih, misalnya melalui short course 3-4 bulan,” kata Kiai Didin.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Didin mengupas tafsir  tematik pendidikan Surat Al-Mu’minun (QS ke-23) ayat 1-10, yang artinya:  “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (1), (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya (2), dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna (3), dan orang yang menunaikan zakat (4), dan orang yang memelihara kemaluannya (5), kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki;1maka sesungguhnya mereka tidak tercela (6), Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (7), Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya (8), serta orang yang memelihara salatnya (9) Mereka itulah yang mewarisi (10).”

“Pesan utama QS Al-Mu’minun  ayat 1-10  itu berkaitan dengan tarbiyah/pendidikan akhlak/moral atau karakter muslim,” kata Prof. Didin Hafihuddin.

Berdasarkan tafsir Qur’an  karya Mahmud Syaltut,  tarbiyah itu ada 2 macam:

  1. Tarbiyah Khuluqiyah (akhlak).
  2. Tarbiyah Kholqiyah (fisik).

Kiai Didin menegaskan, pendidikan karakter atau akhlak  itu memerlukan empat al:

  1. Pemberian motivasi terkait mana pengetahuan yang baik untuk diikuti dan pengetahuan buruk untuk ditinggalkan.
  2. Pembiasaan berkait dengan hati dan emosi.
  3. Uswah atau keteladanan. Di rumah teladan itu adalah oran tua. Sedangkan di sekolah teladan itu adalah guru dan tenaga kependidikan (tendik), dan adi kampus, teladan itu adalah dosen dan tenaga kependidikan.
  4. Prinsip reward (penghargaan) dan punishment (sanksi atau hukuman). Yakni, memberikan penghargaan kepada  orang yang melakukan kebaikan atau meraih prestasi, dan memberikan sanksi kepada yang tidak melakukan apa yang seharusnya dikerjakan atau melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

Kiai Didin mengemukakan, berkaca pada Surat Al-Mu’minun ayat 1-10, pendidikan akhlak mencakup 5 hal utama:

  1. Penguatan spiritual dengan pembiasaan shalat yang khusyu. “Orang yang shalatnya khusyu memiliki  kecerdasan spiritual. Pendidikan akhlak itu  ujungnya kecerdasan, terutama kecerdasan spiritual,” kata Kiai Didin.
  2. Menjadi orang yang produktif. Orang mukmin itu harus memiliki etos kerja yang baik, semangat belajar, semangat ibadah.

“Orang-orang mukmin itu menghindarkan diri  dari hal-hal yang yang tidak berguna atau  tidak produktif,” tegasnya. Ia menambahkan,  “Dalam hal ini,  Islam adalah  agama yang menghargai prosesnya, bukan hanya hasilnya.”

  1. Penguatan mental berbagi (kasih sayang). “Ini terkait kecerdasan sosial, yakni memberikan infak dan simpati kepada  mereka yang membutuhkan. Islam adalah agama berjamaah, bukan hanya individu,” kata Kiai Didin.
  2. Menjaga kesucian diri (iffah)  “Jangan sampai terlibat  pergaulan bebas, LGBT dan hal-hal negatif  lainnya,” ujarnya.
  3. Menjaga amanah dan janji. Rasulullah menegaskan, “Sikap amanat  itu menarik rezeki, sedangkan  khianat menyebabkan kefakiran.”

Di akhir ceramahnya, Kiai Didin menegaskan, “Sebagai lembaga pendidikan, maka pendidikan karakter menjadi tugas kita. Anak-anak didik kita harus  kita selamatkan. Pendidkan akhklak  atau karakter harus kita utamakan,  baru ilmu pengetahuan. Kecerdasan spiritual,  baru kecerdasan emosional.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *