Milenianews.com, Bogor– Indonesia tengah memasuki masa transisi menuju energi ramah lingkungan dan zero emission (nol emisi). Menyikapi peluang ini, IPB University menegaskan perlunya peran riset dan inovasi dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Hal itu terungkap dalam kegiatan International Conference on Bioenergy and Biomass (ICBB) ke-10 yang diselenggarakan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi atau Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, 4–5 Agustus 2025.
“Indonesia sedang dalam transisi energi menuju energi yang ramah lingkungan. Karena itu, kami mengambil tema besar tentang masa depan berkelanjutan dalam ketahanan energi Indonesia melalui pemanfaatan biomassa dan bioenergi,” ujar Kepala SBRC IPB University, Dr. Meika Syahbana Rusli.
ICBB ke-10 ini dihadiri oleh peserta dari tujuh negara. Tahun ini, konferensi juga melibatkan kerja sama dengan International Society for Biomass and Bioenergy.
Baca Juga : Sebanyak 2.350 Mahasiswa Baru IPB University telah Masuk Asrama Kampus
Dr. Meika melanjutkan, salah satu topik dalam forum ini adalah pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang dinilai menjadi tantangan besar sekaligus peluang strategis bagi Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa dalam pengembangan biofuel, Indonesia sudah menunjukkan kemajuan, terutama di sektor biodiesel. Namun, SAF masih menghadapi tantangan teknis, ekonomis, dan logistik.
“Kita sudah cukup maju dalam pengembangan biodiesel. Namun SAF tantangannya masih banyak. Roadmap kita tahun depan sudah harus mulai menerapkan 1% SAF dari total bahan bakar, lalu 2,5% pada 2030, dan 5% di 2035. Ini target yang tidak ringan,” jelasnya.
Dr. Meika mengatakan SBRC IPB University juga menjajaki teknologi konversi biomassa padat menjadi bio-oil melalui proses gasifikasi. Airbus Singapura menunjukkan ketertarikan terhadap pendekatan ini karena keterbatasan sumber lipid untuk SAF akan terjadi mulai 2030, sehingga biomassa menjadi alternatif utama.
“Airbus menyatakan ketertarikan karena pasokan minyak bekas akan terbatas. Mereka memproyeksikan bahwa produksi SAF ke depan harus berbasis biomassa,” katanya.
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo, MSi, menegaskan bahwa pemerintah saat ini sedang menggodok berbagai regulasi untuk mendukung pengembangan bioenergi.
“Bioenergi ini untuk kebutuhan dalam negeri. Kita ingin memaksimalkan potensi ini untuk mendukung kemandirian dan ketahanan energi nasional,” ucapnya.
Baca Juga : IPB University Wisuda 514 Lulusan, Rektor Tekankan Pentingnya Karya Nyata dan Adaptasi Perubahan
Dalam kesempatan tersebut, hadir Wakil Rektor IPB University Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, Prof. Ernan Rustiadi. Ia mengapresiasi kerja keras panitia serta kontribusi mitra nasional dan internasional.
“Bumi kita kaya akan sumber daya hayati dalam jumlah dan keragaman yang luar biasa, yang memiliki potensi besar untuk diubah menjadi bioenergi,” tuturnya.
Kepala Divisi Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Arfie Thahar memaparkan bahwa Indonesia telah melakukan uji coba bioavtur pada tahun 2024 menggunakan kernel inti sawit dengan campuran sebesar 2,4 persen.
Uji coba ini dilakukan pada penerbangan Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo dan dinyatakan berhasil.