Pemimpin Masa Depan Wajib Kuasai Multilingual dan Kesadaran Global

(Kiri ke kanan) Pananda Pasaribu, Head of MBA Program Sampoerna University. Tiffany Adriani, Rectuitment Director Monroe Consulting Group. Susanto Samsudin, Senior Director Business Unit Indonesia dan Asia tenggara Wavin pada Talk pada gelaran Future Leaders Dialoug di Sampoerna Strategis Square pada Jumat (7/11).
(Kiri ke kanan) Pananda Pasaribu, Head of MBA Program Sampoerna University. Tiffany Adriani, Rectuitment Director Monroe Consulting Group. Susanto Samsudin, Senior Director Business Unit Indonesia dan Asia tenggara Wavin pada Talk pada gelaran Future Leaders Dialoug di Sampoerna Strategis Square pada Jumat (7/11).

Milenianews.com, Jakarta – Perubahan teknologi yang makin ngebut bikin para profesional gak bisa santai. Dalam lima tahun ke depan, sekitar 60% pekerjaan bakal butuh reskilling alias peningkatan kemampuan baru.

Menurut riset McKinsey, perusahaan yang serius investasi buat ngembangin skill dan leadership karyawannya bisa tampil 30% lebih unggul dari kompetitor. Jadi, upgrade skill bukan cuma pilihan udah jadi keharusan.

Baca juga: Sampoerna University Luncurkan MBA Dual-Degree

Dunia bisnis global sekarang gak lagi soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling adaptif. Susanto Samsudin, Senior Director Orbia Building & Infrastructure Wavin, bilang kalau sikap terbuka dan kemampuan antisipasi perubahan itu penting banget.

Sementara itu, Tiffany Adriani, Recruitment Director Monroe Consulting Group, ngasih insight menarik soal pentingnya kemampuan bahasa asing di pasar kerja global. “Bisa berbicara lebih dari satu bahasa itu wajib banget, karena sekarang pasarnya udah global,” ujarnya dalam acara Future Leaders Dialogue yang digelar Sampoerna University pada Jumat (7/11).

Data dan generalist jadi senjata baru pemimpin

Selain itu, Tiffany juga nyorot fakta kalau 39% skill inti yang kita punya sekarang bakal berubah. Jadi, seorang pemimpin harus bisa ngarahin timnya dengan sikap oportunis, paham proses, jago ngatur, dan punya empati tinggi.

Di era digital, keputusan bisnis gak bisa cuma pakai feeling. Semua harus berbasis data yang solid. “Kita gak mungkin ngomong tanpa data. Data itu sekarang jadi kunci buat ambil keputusan yang relevan,” tegas Susanto.

Menariknya, tren perusahaan sekarang juga berubah. Kalau dulu mereka lebih cari spesialis, sekarang justru generalist yang banyak dicari orang yang bisa lihat gambaran besar dan fleksibel di berbagai bidang.

Baca juga: Hadapi Transformasi Digital, Profesional Dituntut jadi Generalis dan Adaptif

Pananda Pasaribu, Kepala Program MBA Sampoerna University, menambahkan bahwa kemampuan penting buat pemimpin masa depan adalah: berpikir strategis, berpikir kritis, melek teknologi, komunikasi efektif, kesadaran global, dan tentu aja etika kerja.

Indonesia memang punya banyak SDM potensial, tapi jumlah lulusan pascasarjana kita masih kalah jauh dibanding negara lain. Pananda menekankan pentingnya kolaborasi internasional biar talenta lokal bisa lebih siap bersaing di level global.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *