Milenianews.com, Banjarmasin– Untuk dapat mewujudkan Indonesia Emas pada 2045, pemerintah mesti memiliki Peta Jalan (Road Map) Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045. IKU (Indikator Kinerja Utama atau Key Performance Indicator) dari Indonesia Emas 2045 itu ada sepuluh variables. Mulai dari pendapatan penduduk (GNI, Gross National Income) per kapita sebesar 30.000 dolar AS; kondisi sosial-ekonomi yang adil (koefisien GINI < 0,3); tidak ada pengangguran (zero unemployment), semua warga negara hidup sejahtera (zero poverty); kapasitas IPTEK kelas-1; berdaulat di bidang pangan, energi, dan air; sampai sustainability (keberlanjutan).
“Sementara, kondisi bangsa Indonesia saat ini, sebagaimana tercermin pada 10 IKU, masih jauh dari kondisi yang kita harapkan bersama (Indonesia Emas),” kata Rektor Universitas UMMI Bogor, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS saat memberikan Orasi Ilmiah pada Dies Natalis ke-67 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), di Kampus ULM, Banjarmasin, Senin (22/9/2025).
Ia menambahkan, derdasarkan pada gap analysis (analisis kesenjangan) antara kondisi Indonesia Emas 2045 yang kita harapkan (Das Solen) dengan status pembangunan Indonesia saat ini (Das Seine), maka ada empat kluster kebijakan pembangunan yang mesti dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia secara berkesinambungan:, yaitu (1) ekonomi, (2) sosial-budaya, (3) lingkungan hidup, dan (4) Polhukamhan (Politik, Hukum, dan Keamanan dan Pertahanan).
Prof. Rokhmin, yang juga ketua umum MAI (Masyarakat Akuakultur Indonesia), menyebutkan tiga hal yang merupakan peran dan kontribusi utama Perguruan Tinggi, tak terkecuali ULM, dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan for a better, prosperous, and sustainable world (dunia yang lebih baik, Makmur dan berkelanjutan).
Pertama, menghasilkan SDM yang kompeten pada bidang ilmunya, unggul, berkahlak mulia, dan ber Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing.
“Melalui proses belajar, parktikum, penelitian, praktek lapang, magang, dan kegiatan pendidikan lainnya yang berkualitas dunia. Dalam konteks Tri Darma Pendidikan Tinggi, ini termasuk dalam Darma-1, yakni Pendidikan,” kata Prof. Rokhmin yang juga Anggota Komisi IV DPR RI.
Kedua, kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (2001 – 2004) itu, menghasilkan informasi ilmiah, IPTEK, dan inovasi melalui aktivitas penelitian, yang diperoleh melalui aktivitas penelitian (Darma ke-2).
“Informasi ilmiah itu menjadi dasar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan (science-based planning and decision making proses) bagi para mitra Perguruan Tinggi yang meliputi: pemerintah, industri (swasta dan BUMN), masyarakat (community), dan media masa (Kolaborasi Penta Helix),” ujar Prof. Rokhmin yang membawakan kata sambutan berjudul “Kolaborasi Penta Helix: Jalan Untuk Meningkatkan Kontribusi ULM Dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan Dunia Yang Lebih Baik, Sejahtera, dan Berkelanjutan”.
Sementara, kata Prof. Rokhmin, yang juga ketua Dewan Pakar ASPEKSINDO (Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia), IPTEK dan inovasi digunakan oleh para mitra Perguruan Tinggi untuk membangun dan menggerakkan perekonomian bangsa, yang mencakup: (1) sektor ekonomi primer (Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, dan ESDM); (2) sektor ekonomi sekunder (industri manufaktur, seperti makanan dan minuman, farmasi, elektronik, otomotif, oleochemicals, petrochemicals, tekstil, bioteknologi, EBT, industri digital, semikonduktor, chips, Electric vehicles, dan lainnya); dan (3) sektor ekonomi tersier (jasa, perdagangan, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Ketiga, ujar Prof. Rokhmin, adalah pengabdian kepada masyarakat (Darma ke-3), dimana dengan informasi ilmiah, IPTEK, dan inovasi yang dihasilkan dan dimilikinya, Perguruan Tinggi dapat membantu pemerintah (pusat dan daerah), swasta, masyarakat, dan media masa 9 dalam menyusun Rencana Pembangunan, Manajemen Pembangunan dan Pemerintah, Capacity Building untuk masyarakat, MONEV (Monitoring dan Evaluasi) pembangunan, dan berbagai aspek kehidupan (pembangunan ) lainnya.
Di akhir pidatonya, Prof. Rokhmin mengemukakan, untuk dapat berkontribusi lebih signifikan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan for a better, prosperous, and sustainable world; maka ULM harus terus menerus melakukan inovasi dan perbaikan di bidang pendidikan (program studi, kurikulum, dan metoda pengajaran); di bidang penelitian (topik penelitian, infrastruktur, laboratorium, dan fasilitas); dan di bidang pengabdian pada masyarakat.
“ULM harus berusaha secara cerdas, keras, dan ikhlas untuk menjadikan World-Class University berbasis Research,” ujar Prof. Rokhmin.
Ia menambahkan, di bidang Pendidikan, ULM mesti memperkuat dan mengembangkan sejumlah program studi dan fakultas yang sesuai dengan perkembangan kemajuan IPTEKS dan perkembangan (kebutuhan) zaman. Contohnya, PRODI dan Fakultas yang terkait dengan Digital (Industry 4.0) technology, Green Economy, Blue Economy, Bioteknologi, Nanoteknologi, New Materials, Perubahan Iklim, dan yang terkait dengan STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics).
Untuk itu, kata Prof. Rokhmin, ULM harus memiliki SDM (pendidik, peneliti, dan tenaga pendidikan atau Tendik) unggul berkelas dunia yang mencukupi, yang didukung oleh infrastruktur dan sarana Tri Darma Perguruan Tinggi yang mumpuni, dana yang mecukupi, tata kelola Perguruan Tinggi yang professional, dan iklim kehidupan Kampus yang kondusif bagi tumbuh suburnya kebajikan, akhlak mulia, dan prestasi berkelas dunia.
“Pada titik inilah, ULM harus terus menerus Kerjasama Penta Helix yang saling menguntungkan dan saling menghormati,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri.