Latih Public Speaking,  SMP-SMA IT Dinamika Umat Gelar Kalam Ramadhan

SMP-SMA  IT Dinamika Umat, Telaga Kahuripan, Bogor, Jawa Barat. Sekolah mengadakan Kalam (Kajian Islam)Ramadhan setiap hari. (Foto: Dok SMP-SMA IT Dinamika Umat)

Milenianews.com, Bogor–  Beragam kegiatan untuk mengisi amaliyah di bulan suci Ramadhan digelar umat Islam mulai dari masjid, perkantoran, lembaga pendidikan, instansi pemerintah dan sebagainya.

Contohnya yang dilakukan SMP-SMA  IT Dinamika Umat, Telaga Kahuripan, Bogor, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki branding “Model Sekolah Bersih Tanpa Cleaning Service”  ini mengadakan Kalam (Kajian Islam) Ramadhan. Kegiatan ini berlangsung setelah shalat Dzuhur berjamaah bertujuan untuk melatih public speaking para murid.

Setiap hari terjadwal sebanyak dua orang yang akan tampil. Diambil dari kelas tertinggi yakni murid SMA kelas XII sampai kelas terendah yakni murid SMP kelas VII. Acara yang dipusatkan di Masjid Dinamika Umat ini dipandu Koordinator Keagamaan SMP-SMA IT Dinamika Umat, Ustadz Maulana, S.Pd.I.

Kepala SMP-SMA IT Dinamika Umat, Ustadz Lukmanudin Adiguna, S.Pd.I, M.Pd., mengatakan, kegiatan Kalam Ramadhan bertujuan untuk melatih mental dan keberanian murid berbicara di dahapan umum.

”SMP-SMA IT Dinamika Umat selama Ramadhan ini membuat salah satu program Kalam Ramadhan. Ini adalah program  untuk melatih para peserta didik berani tampil di hadapan teman-temannya dan bapak-ibu guru. Mereka diajarkan public speaking membaca buku-buku terutama buku karya Dr. H. Hasan Basri Tanjung, MA.,” papar Ustadz Lukman, kepala SMP-SMA IT Dinamika Umat, dalam rilis yang diterima Milenianews.com, Selasa, (11/3/2025).

Baca Juga : SD IT Dinamika Umat Sabet Juara Umum Bogor Pencak Silat Series 1

Selain melatih berbicara di hadapan umum, Ustadz Lukman menambahkan, murid juga diajarkan untuk mandiri sekaligus melatih mental mereka karena tidak mudah untuk berbicara di dahapan umum kalau tidak memiliki mental yang kuat sekaligus juga dilatih untuk membaca, menyampaikan materi dari apa yang telah dibaca.

”Mereka wajib membaca minimal mengutip satu judul setelah itu dicarikan ayat Alqurannya serta hadits tentunya kalam-kalam ulama atau pendapat ulama terkait materi tersebut,” terangnya.

”Ini adalah ajang latihan bagi murid SMP-SMA IT Dinamika Umat agar mereka nanti pada saat berada di tengah-tengah masyarakat mereka juga bisa diberdayakan atau minimal bisa tampil untuk mengisi Kultum (kuliah tujuh menit) dan tentunya ke depan mereka menjadi dai-daiyah yang memiliki kompetensi yang unggul sehingga dakwahnya semakin meluas dan menyebar tidak hanya di Indonesia, bisa juga nanti ke manca negara,”  papar pria kelahiran Bogor, 43 tahun silam  itu.

”Mendengarkan tausiyah dari para murid menjadi momen penuh berkah dengan penyampaian yang inspiratif selepas shalat Dzuhur berjamaah, menambah ilmu, serta menguatkan iman dan takwa. Semoga Ramadhan ini membawa perubahan yang lebih baik dalam diri kita semua, terwujudnya generasi terdidik dan terbaik,” tutur Ustadz Lukman seraya mengucap aamiin.

”Alhamdulillah setiap murid diberikan kesempatan untuk belajar berbicara di depan menyampaikan materi mengenai kajian keislaman yang bersumber dari setiap buku yang sudah ditulis oleh Tuan Guru Kami, yang juga Ketua Yayasan Dinamika Umat, Dr. H. Hasan Basri Tanjung, MA. Tetap semangat beribadah, tingkatkan keimanan, dan raih keberkahan!” tandas Ustadz Lukman.

Perasaan bahagia terpancar dari raut wajah Faris Arahman (12 th). Murid kelas VII SMP IT Dinamika Umat yang baru saja turun dari mimbar usai menyampaikan tausiyah tampak sumringah. Materi yang disampaikan Faris mengutip dari buku Semua Ada dengan judul “Harga Sebuah Kebodohan”

”Materi yang saya sampaikan dari buku terbaru Pak Tanjung, Semua Ada,  judulnya ‘Harga Sebuah Kebodohan’, bukunya pinjam dari Bu Fitri,”ujarnya polos.

Baca Juga : Pesantren Ramadhan SD IT Dinamika Umat:  Dari Lomba Video sampai Simulasi Zakat

Dirinya mengaku masih grogi saat naik mimbar apalagi waktu persiapan sangat singkat. ”Persiapan sehari, masih deg-degan akhirnya bisa melewati rasa itu (grogi, red) saat menyampaikan materi,” katanya.

Beruntung, Faris sudah terbiasa berpidato saat masih di Sekolah Dasar. ”Pengalaman waktu di SD sering berpidato jadi sudah tidak terlalu gemetar (grogi). Memang ini harus dilatih terus. Modal utama dengan membaca sendiri kemudian latihan di depan kaca di kamar,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *