Milenianews.com, Bogor- Fajar Hidayah meresmikan program kerja sama dengan Allo Bank dan AKSATA Mayestik Buana, di kampus Fajar Hidayah Bogor, Kamis (23/11/2023). Kerja sama itu menyangkut pembangunan lingkungan hijau dan sehat melalui pengolahan plastik.
Fakta menunjukkan bahwa setiap tahun tidak kurang 380 juta metrik ton sampah plastik yang dihasilkan.Namun plastik yang bisa diolah hanya 10% saja dari total sampah plastik tersebut. Nilai kerusakan yang sangat besar yang ditimbulkan oleh sampah plastik, baik di daratan maupun di lautan telah menjadi beban lingkungan dan kerusakan yang luarbiasa, dimana plastik telah menjadi ancaman global dan merusak ekosistem.
Jadi sangat diperlukan adaanya langkah yang kreatif dan berkesinambungan untuk mengatasi problema dan masalah plastik ini. Untuk dipahami bahwa sampah plastik ini ternyata susah sekali diurai di tanah dan amat berbeda dengan sampah lainnya. Para pakar menyatakan perlu 500 tahun untuk terurainya sampah plastik.
Indra Utoyo selaku direktur utama Allo Bank menyatakan kegembiraan dan terima kasihnya kepada Yayasan Fajar Hidayah yang menyambut hangat sekali gerakan mengumpul dan memilah sampah plastik ini atau juga juga lebih dikenal dengan Reduce, Reuse dan Recycle.
“Setelah program ini ditawarkan kepada beberapa sekolah, ternyata Fajar Hidayah terasa sangat berbeda dibanding yang lainnya. Fajar Hidayah memberikan sambutan hangat dan penuh antusias untuk bekerja sama menjalankan program ini. Tidak ada terasa kesan menjadi beban tambahan baik buat para guru maupun para siswa,” kata Indra Utoyo saat memberikan kata sambutan, seperti dikutip dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Baca Juga : Kolaborasi ASEAN: Fajar Hidayah dan Masdar Malaysia
Menanggapi hal tersebut, Mirdas Eka Yora selaku ketua umum Yayasan Fajar Hidayah mengatakan, bagi Sekolah Islam Terpadu Fajar Hidayah yang juga peraih Adiwiyata Nasional, justeru konsep pendidikan yang diterapkan selama ini dikenal dengan Fun Creative Innovative Learning. “Ini sangat menekankan karya dan kreasi siswa dalam semua sisi pembelajaran dengan memanfaatkan dan menggunakan barang-barang bekas dan bahan-bahan dari lingkungan sekitar,” ujarnya.
Rezi dari Tim AKSATA dengan bendera usaha Mayestik Buana menimpali, bahwa aneka jenis sampah plastik bisa menghasilkan aneka pruduk yang bernilai ekonomis yang tinggi bahkan bisa memasuki pasar ekspor. Misalnya tali rapia, karung goni , sapu, paving blok, batu bata plastik, dan lain-lain.
“Jadi sangat banyak variasi yang bisa dihasilkan dari sampah plastik ini. Ternyata dengan kemajuan teknologi dan dipadukan dengan ide-ide kreatif dan dengan tingkat peduli yang tinggi dari masyarakat maka permasalahan plastik bisa kita atasi dengan kreatif dan berdaya guna tinggi,” paparnya.
Mirdas menyatakan, membangun kepedulian terhadap lingkungan sejak usia sekolah adalah langkah yang amat tepat untuk kemudian menjadi sebuah kesadaran dan budaya Masyarakat. “Hal itu penting untuk menghadapi isu global warming atau pemanasan global akibat rusaknya alam dan bumi oleh beragam pencemaran lingkungan yang makin parah terutama akibat ketamakan manusia dan industrialisai yang mengkonsumsi bahan bakar fosil dengan jumlah yang masif dan para kapitalis global yang nyaris lepas kendali,” kata Mirdas.
Kesemuanya itu, ia menambahkan, menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan global yang semakin parah. Hal ini juga ditandai dengan makin meluasnya pencairan es di kutup yang selama ini menjadi katalisator dan penyeimbang alam jagad bumi ini.
Maka dengan adanya kegiatan’Plastic Challenge ‘ yang digagas oleh Fajar Hidayah bersama Allo Bank dan AKSATA, diharapkan akan memancing banyaknya kesadaran yang mendalam dan konkret melalui langkah- langkah nyata di kalangan pelajar , masyarakat dan diharapakan akan menjalar pada semua lapisan komunitas dunia. “Tentu hasil luar biasa diharpkan akan muncul dan lahir dari upaya ini bila terus dihidupkan dan dikembangkan dengan sungguh dalam beragam aksi nyata seperti yang disaksikan kali ini, yaitu peresmian kerja sama Fajar Hidayah dengan Allo Bank Pelita dan AKSATA dengan menggunakan teknologi Mesin Pencacah Plastik ditargetkan akan menjadi trigger memunculkan budaya cinta memelihara lingkungan sehat dan mencegah pencemaran serta budaya tumbuhnya budaya cinta lingkungan yang kuat,” papar Mirdas.
Karenanya, kata dia, sangat tepat dimulai dengan dunia pendidikan yang akan lebih leluasa menenamkan dalam kesadaran pikiran dan jiwa para siswa rasa tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan misi yang amat mulia dan akan memberi pengaruh langsung pada keberlangsungan tatanan kehidupan masyarakat global ke depan.
“Para siswa yang sudah terasah dan terlatih jiwa kepeduliannya akan menjadi pioner penanganan sampah plastik ini ke depan. Di mana masalah akan diubah menjadi solusi dan bahkan sumber income baru dan bahkan inspirasi inovasi baru yang justeru akan menjadi ramah bagi lingkungan,” ujarnya.