Final Liga Europa 2025: Dua Tim Terseok, Satu Jalan Menuju Liga Champions

Milenianews.com, Jakarta – Final Liga Europa 2025 menghadirkan sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah kompetisi Eropa: dua tim besar bertemu di partai puncak dengan performa terburuk mereka. Manchester United dan Tottenham Hotspur, dua raksasa Premier League yang kini terdampar di papan bawah klasemen, akan saling sikut di San Mamés, Bilbao, demi satu tiket emas ke Liga Champions musim depan.

Baca juga: Lamine Yamal: Real Madrid Tidak Bisa Mengalahkan Barcelona Musim Ini

Mereka bukan hanya sedang krisis performa, tapi juga krisis identitas. United berada di peringkat ke-16 Premier League, sementara Spurs lebih buruk satu tingkat di bawahnya. Jika ditotal, keduanya telah menelan 39 kekalahan liga musim ini. Sejak awal Februari, mereka hanya mampu mengalahkan tim-tim yang sudah dipastikan degradasi—atau sesama mereka.

Kemenangan di laga final ini tak hanya soal trofi. Bagi Tottenham, ini bisa menjadi pelipur lara atas musim domestik paling buruk mereka sejak tahun 1970-an. Sementara bagi United, ini bukan hanya soal harga diri, tapi soal menyelamatkan finansial klub yang tahun lalu mengumumkan kerugian £113 juta.

KlubPosisi Liga (sementara)Kemenangan Terakhir di Liga (vs)Kekalahan Liga Musim IniTotal Poin*
Manchester United16vs Luton Town (tim degradasi)1938
Tottenham Hotspur17vs Burnley (tim degradasi)2036

Siapa yang Paling Buruk Musim Ini?

Tottenham Hotspur:

  • Mengalami 21 kekalahan di Premier League.

  • Mengakhiri musim dengan performa paling buruk sejak 1970-an.

  • Cedera panjang pada sejumlah pemain kunci, namun tidak menjadi pembenaran mengingat nilai skuat sangat mahal (termasuk Dominic Solanke, £65 juta).

  • Masa depan pelatih Ange Postecoglou diragukan meski baru musim kedua, dan bisa saja hengkang apapun hasil final nanti.

Manchester United:

  • Mengganti manajer dua kali dalam satu musim: Erik ten Hag dipecat setelah 9 pertandingan.

  • Rekrut pelatih baru, Ruben Amorim, secara mendadak dan langsung bertugas tanpa persiapan pramusim.

  • Hanya 1 poin dari 5 pertandingan terakhir di liga.

  • Pengeluaran besar untuk transfer (Matthijs de Ligt, Joshua Zirkzee), namun menghasilkan performa terburuk sejak musim degradasi 1973–74.

  • Kerugian finansial sebesar £113,2 juta diumumkan pada September 2024.

Bukan Sekadar Trofi, Ini Tentang Bertahan Hidup

Pelatih Spurs, Ange Postecoglou, datang dengan janji: selalu memenangkan trofi di musim keduanya. Namun hingga hari ini, janjinya masih sebatas angin lalu. Dengan 21 kekalahan di liga dan posisi hampir terdegradasi, tekanan terhadap pria Australia ini luar biasa besar. Kabar beredar, apapun hasil di Bilbao nanti, masa depannya di klub tidak aman.

“Musim ini bencana. Tapi kalau bisa angkat trofi, sejarah akan melupakan segalanya,” kata jurnalis senior BBC, Sami Mokbel. Namun ia menambahkan, “Kenyataan bahwa Postecoglou bisa dipecat bahkan jika menang, menunjukkan betapa buruknya musim Spurs.”

Di sisi lain, Manchester United justru dianggap lebih buruk karena luka mereka “buatan sendiri.” Setelah tetap mempertahankan Erik ten Hag meski performanya terus menurun, mereka malah memecatnya setelah sembilan pertandingan dan buru-buru menunjuk Ruben Amorim dari Sporting. Tanpa waktu adaptasi, Amorim pun kesulitan membentuk tim.

Secara statistik, United hanya meraih satu poin dari lima laga terakhir Premier League. Di ajang Liga Europa, mereka nyaris disingkirkan Lyon yang bermain dengan 10 orang. Hanya keajaiban yang membawa mereka ke final. Sang kapten, Bruno Fernandes, menjadi satu-satunya cahaya dengan 27 gol dan 19 assist sepanjang kariernya di Liga Europa—rekor tertinggi.

Final Liga Europa Terburuk yang Akan Mengukir Sejarah

Jika menang, salah satu dari mereka akan jadi tim dengan peringkat terendah dalam sejarah yang lolos ke Liga Champions. Sebelumnya, rekor ini dipegang Sevilla yang finis di peringkat ke-12 saat menjuarai Liga Europa 2023. Musim ini, posisi terbaik yang bisa dicapai United dan Spurs hanyalah peringkat 14—jika tim-tim lain terpeleset.

Kemenangan akan menutupi semua cela, kekalahan akan memperparah luka. Seperti kata analis Chris Sutton: “Tak banyak kualitas yang bisa diharapkan, tapi ini mungkin final paling menegangkan dalam sejarah sepak bola Eropa.”

Karena dalam laga ini, yang dipertaruhkan bukan hanya trofi—tetapi masa depan klub, pelatih, dan martabat.

Baca juga: Unik! ASICS Gaet Anabul Jadi Wajah Kampanye Mind’s Best Friend

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *