News  

Waspada Chikungunya! Tiongkok Laporkan 7.000 Kasus, Ancaman Meluas Akibat Perubahan Iklim

chikungunya
Severe outbreak of mosquito-borne chikungunya virus infects 8,000 in China (Foto: NewYorkPost)

Milenianews.com, Jakarta – Pemerintah Tiongkok tengah berjibaku menghadapi lonjakan kasus penyakit chikungunya, sebuah virus yang ditularkan oleh nyamuk dan dikenal karena gejala demam tinggi serta nyeri sendi yang menyiksa. Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengan nama yang sama. Pertama kali diidentifikasi pada tahun 1952 dalam wabah di Tanzania, istilah chikungunya berasal dari bahasa Makonde yang berarti “yang membuat tubuh membungkuk,” merujuk pada rasa sakit ekstrem di sendi yang diderita penderitanya.

Baca juga: Kasus Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Masyarakat Diimbau Tetap Tenang

Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejalanya antara lain demam tinggi, nyeri otot, kelelahan, mual, serta ruam pada kulit. Dalam kasus langka, infeksi bisa menyebabkan nyeri sendi kronis yang bertahan hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Risiko komplikasi serius umumnya terjadi pada bayi, lansia, atau mereka yang memiliki penyakit bawaan.

Foshan jadi zona merah wabah nyamuk

Sebagian besar kasus terjadi di kota industri Foshan, wilayah selatan Tiongkok yang dekat dengan Hong Kong. Di Foshan dan wilayah sekitarnya, pemerintah telah memberlakukan aturan ketat untuk menekan perkembangbiakan nyamuk. Situasi semakin buruk akibat kombinasi hujan deras dan suhu tinggi yang tidak biasa tahun ini. Hal ini menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk berkembang biak, memperparah wabah chikungunya di wilayah Guangdong dan sekitarnya.

Kasus chikungunya paling banyak dilaporkan di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dengan epidemi kecil sesekali muncul di Eropa. Negara dengan kasus tertinggi antara lain Brasil, Bolivia, Argentina, dan Peru.

Hingga Rabu (6/8/2025), otoritas kesehatan Tiongkok melaporkan lebih dari 7.000 kasus chikungunya. Hingga Juli 2025, tercatat sekitar 240.000 kasus di 16 negara, termasuk 90 kematian.

Pemerintah Tiongkok bergerak cepat mengambil langkah darurat. Warga Foshan dan sekitarnya menjadi pihak yang paling terdampak. Pemerintah Amerika Serikat bahkan telah mengeluarkan imbauan perjalanan (travel advisory) bagi warganya agar menghindari provinsi Guangdong di Tiongkok, serta beberapa negara lain seperti Bolivia dan beberapa negara kepulauan di Samudera Hindia.

Menurut Robert Jones, asisten profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine, peningkatan wabah penyakit akibat nyamuk termasuk chikungunya, dengue, dan zika sangat berkaitan dengan perubahan iklim dan urbanisasi. Ia mencatat bahwa sejak virus chikungunya pertama kali muncul di Saint Martin pada 2013, virus ini telah menyebar ke hampir 50 negara di kawasan Karibia dan Amerika hanya dalam tiga tahun, dengan lebih dari 1 juta kasus diduga terinfeksi.

Urbanisasi dan iklim ekstrem jadi pemicu utama wabah

Situasi ini mendapat sorotan dunia karena chikungunya, yang sebelumnya lebih umum di wilayah tropis, kini semakin sering muncul di berbagai belahan dunia akibat perubahan iklim dan urbanisasi masif. Menurut Jones, “penyebaran wabah nyamuk ini sangat berkaitan dengan perubahan iklim dan urbanisasi.”

Situasi semakin buruk akibat kombinasi hujan deras dan suhu tinggi yang tidak biasa di Tiongkok tahun ini. Hal ini menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk berkembang biak dengan cepat dan masif.

Lonjakan kasus ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah darurat, termasuk menyemprotkan insektisida di jalanan dan lokasi konstruksi, serta membagikan kelambu kepada warga.

Di Foshan, warga yang tidak membuang air dari pot bunga, botol bekas, atau wadah-wadah lain yang bisa menjadi sarang nyamuk, bisa dikenai denda hingga 10.000 yuan (sekitar Rp 22 juta), bahkan pemutusan aliran listrik.

Baca juga: Kenali Penyakit yang Sering Dibawa oleh Air Banjir

Meskipun belum ada obat spesifik untuk chikungunya, penanganan medis biasanya difokuskan pada pereda gejala seperti pemberian obat penurun demam dan penghilang nyeri. Dua jenis vaksin telah disetujui di beberapa wilayah seperti Inggris, Brasil, Kanada, dan Eropa, namun distribusinya masih terbatas dan belum mencakup negara-negara yang paling terdampak.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *