Milenianews.com, Canberra- Peningkatan kerja sama internasional antara perguruan tinggi Indonesia dengan perguruan tinggi dari manca negara sudah menjadi agenda yang harus dilakukan saat ini. Bahkan kerja sama internasional sudah masuk dalam salah satu indikator kinerja utama sebuah program studi, termasuk program studi manajemen dan bisnis.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi “Sharing session peningkatan kerja sama internasional” yang diselenggarakan oleh Aliansi Program Studi Manajemen dan Bisnis Indonesia (APSMBI), Senin (10/4/2023). Acara yang berlangsung secara daring ini menghadirkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, Prof. Dr. Mukhamad Najib, sebagai nara sumber.
Menurut Ketua Dewan Pengurus Nasional APSMBI, Dr. Ulil Hartono, SE., M.Si., saat ini setiap program studi harus melakukan kegiatan kerja sama internasional, baik dalam bidang pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat. “Untuk mendapatkan akreditasi unggul, sebuah program studi harus memiliki aktivitas kerja sama internasional, oleh karena itu kerjasama internasional menjadi indikator kinerja utama dari program studi di Indonesia,” jelas Ulil.
Ulil yang juga dosen program studi manajemen Universitas Negeri Surabaya ini menjelaskan bahwa tujuan kegiatan diskusi ini ingin mendapatkan informasi dan peluang-peluang bagi anggota APSMBI untuk bisa mengembangkan kerja sama dengan universitas-universitas di Australia. APSMBI sendiri merupakan organisasi yang menghimpun program studi manajemen dan bisnis dari kampus-kampus negeri di Indonesia.
Dalam paparannya, Atdikbud Najib mengungkapkan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kerja sama internasional dengan Australia. Terdapat beberapa alasan mengenai hal tersebut, di antaranya dukungan pemerintah kedua negara sangat kuat untuk meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan.
“Saat ini Indonesia dan Australia memiliki perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), di mana salah satu hal penting dalam perjanjian tersebut adalah peningkatan kapasitas melalui kerja sama pendidikan. Selain itu juga kita harus mengakui bahwa sistem pendidikan di Australia termasuk universitas di Australia memiliki kualitas yang diakui dunia, sehingga sangat tepat kalau anggota APSMBI ingin bekerja sama dengan universitas di Australia,” ungkap Najib.
Pendekatan People to People
Menurut Atdikbud Najib, kerja sama dengan universitas di Australia bisa melalui pendekatan people to people, di mana antardosen bisa memulai komunikasi dan inisiasi kerja sama. Bisa juga melalui pendekatan kelembagaan, seperti antarfakultas maupun antaruniversitas. Namun, tambah Najib, universitas di Australia umumnya lebih mengutamakan adanya kegiatan terlebih dahulu sebelum adanya MoU.
“Banyak universitas di Indonesia ingin cepat-cepat membuat MoU dengan universitas di Australia, namun universitas di Australia justru lebih suka jika sudah ada aktivitas bersama dulu yang konsisten dan berkelanjutan. Jika dari aktivitas tersebut membutuhkan ikatan yang lebih kuat, barulah dibicarakan MoU,” jelas Atdikbud yang juga dosen di IPB University ini. Selain itu, Najib juga mengingatkan agar tujuan dari kerjasama ini bukan sekedar ingin ada kerja sama untuk memenuhi indikator kinerja, tetapi harus ditujukan untuk peningkatan kualitas universitas di Indonesia.
Diskusi yang dipandu oleh Dr. Heny Hendrayati, dosen program studi manajemen Universitas Pendidikan Indonesia ini berlangsung hangat. Sementara peserta mencapai 98 orang yang terdiri dari para pengelola program studi manajemen dan bisnis perguruan tinggi negeri dari Sabang sampai Merauke dan undangan dari program studi nonmanajemen. Para peserta banyak menanyakan seputar tahapan dan hal-hal yang diperlukan untuk bisa memulai kerja sama dengan universitas di Australia. Mereka bersemangat untuk meningkatkan kerja sama internasional guna meningkatkan kualitas program studi masing-masing.