News  

Tarif Perdagangan Era Trump: Strategi Gagal dan Dampaknya ke Perdagangan Global dan Indonesia

Tarif Perdagangan Era Trump: Strategi Gagal dan Dampaknya ke Perdagangan Global dan Indonesia

Milenianews.com, Jakarta – Pemerintahan Donald Trump pernah dengan percaya diri menjanjikan “90 kesepakatan dalam 90 hari” sebagai respons atas tarif yang disebutnya sebagai “tarif timbal balik.” Namun, hingga batas waktu awal yang ditetapkan pada 9 Juli, bahkan sembilan kesepakatan pun belum tercapai. Janji tinggal janji. Lebih ironis lagi, tenggat waktu tersebut kini diperpanjang hingga 1 Agustus, dan masih berpotensi mundur lagi. Banyak pihak menilai ini sebagai tanda kelemahan, atau bahkan kegagalan total, dari strategi perdagangan Trump yang konfrontatif.

Baca juga: Trump Umumkan Tarif 100% untuk Film Impor: Industri Perfilman Jadi Medan Baru Perang Dagang

Melansir dari CNN, dalam praktiknya, AS memfokuskan tekanan terhadap 18 negara yang menyumbang 95% dari defisit perdagangannya. Surat-surat peringatan kepada negara-negara mitra dagang termasuk Indonesia yang disebut-sebut terkena tarif hingga 32% menjadi kelanjutan dari pendekatan “America First” yang penuh tekanan dan kalkulasi sepihak.

Sepanjang tahun ini, nilai dolar AS justru melemah sekitar 10% terhadap berbagai mata uang utama dunia. Ini terjadi meskipun Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, berharap kebijakan tarif dapat memperkuat dolar dan mengurangi inflasi. Sementara itu, negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan menjadi target awal, dan menanggapi dengan kemarahan yang semakin terbuka. Jepang, misalnya, mulai menyuarakan kemungkinan memanfaatkan kepemilikannya atas utang pemerintah AS sebagai alat tawar-menawar.

Selain pemerintahan Trump dan negara-negara target tarif seperti Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan, pelaku usaha, konsumen, serta mitra dagang AS juga terdampak secara langsung. Ekspor dari Tiongkok ke AS menurun 9,7%, tapi pengiriman ke negara lain meningkat, seperti ke ASEAN (naik 12,2%), Inggris (naik 7,4%), dan Afrika (naik 18,9%). Dunia mulai meninggalkan ketergantungan terhadap pasar AS, dan memilih memperkuat hubungan antarnegara lain.

Tarif AS meningkat tajam dan membebani ekonomi sendiri

Dalam 40 tahun terakhir, tarif impor AS hanya berkisar antara 2% hingga 4%. Kini, tarif efektif yang diberlakukan terhadap dunia melonjak ke angka sekitar 15%, bahkan sebelum surat-surat baru itu diimplementasikan sepenuhnya. Kenaikan ini memberi tekanan balik terhadap ekonomi dalam negeri AS dan menyebabkan ketegangan dengan negara-negara mitra dagang.

Baca juga: Elon Musk Minta Maaf atas Ucapan Pedasnya terhadap Trump: “Saya Terlalu Jauh”

Meski pasar keuangan belum menunjukkan gejolak besar, ketenangan ini bisa menipu. Realitasnya, beban tarif mulai dirasakan pelaku usaha dan konsumen. Sementara pendapatan tarif mengalir ke kas negara, harga barang naik, dan rak-rak toko mulai kosong. Kegagalan Trump membangun kesepakatan memperlihatkan bahwa pendekatan keras tidak selalu membuahkan hasil. Di sisi lain, dunia mulai menata ulang jaringan perdagangannya, saling memperkuat, dan dalam prosesnya pelan tapi pasti meninggalkan dominasi ekonomi Amerika Serikat.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *