Milenianews.com, Jakarta – Halaman Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini mendadak jadi ruang ekspresi yang penuh energi. Ratusan seniman, musisi, penulis, sampai masyarakat sipil tumpah ruah di acara #SeniLawanTirani, sebuah gerakan solidaritas yang menjadikan seni sebagai bahasa perlawanan terhadap tirani dan kekerasan negara, Senin (1/9).
Seni jadi medium perlawanan damai
Bukan orasi panas atau teriakan marah, tapi mural, puisi, musik, hingga performance art yang jadi senjata utama. Aksi yang digagas Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini digelar sebagai bentuk refleksi atas situasi Indonesia yang makin panas usai demo besar-besaran akhir Agustus lalu yang memakan korban jiwa.
Baca juga: 17+8 Tuntutan Rakyat: Aksi Damai Mahasiswa UNM Guncang Jakarta
Ketua Harian DKJ, Bambang Prihadi, bilang kalau forum ini bukan buat bikin suasana makin keruh, tapi justru untuk ngajak semua pihak mikir bareng. “Ini lahir sebagai refleksi, bukan konfrontasi. Seni itu memperhalus budi pekerti, bukan memecah belah,” ujarnya saat membuka acara.
Salah satu momen paling bikin merinding datang dari Cholil Mahmud (Efek Rumah Kaca). Di atas panggung, ia lantang membacakan nama-nama korban jiwa dari Jakarta, Makassar, Solo, hingga Yogyakarta. Suasana hening, penuh rasa hormat. Pesannya jelas: jangan sampai tragedi ini dilupakan.
Selain Cholil, panggung juga diisi penampilan dari Kunto Aji, Ayu Utami, Reda Gaudiamo, Dea Anugerah, Eka Annash, Irawan Karseno, hingga Bivthri Susanti. Mereka tampil bergantian di mimbar bebas, ada yang membacakan sajak, ada yang orasi, ada juga yang menggelar pertunjukan teatrikal yang penuh sindiran halus.
“Jaga Jakarta”, jaga sesama
Dari awal sampai akhir, satu seruan terus diulang: “Jaga Jakarta.” Bukan cuma sekadar slogan, tapi ajakan untuk saling menjaga di tengah kondisi yang lagi rawan konflik.
Duo Endah & Rhesa ikut bikin suasana syahdu lewat pembacaan sajak bernada ironi, sementara kelompok Sanggar Matahari menghadirkan performance art yang bikin penonton terdiam, memikirkan ulang peran negara dalam kekerasan yang terjadi.
Baca juga: Pelindung Demokrasi Kehilangan Empati, Saatnya Kita Ambil Sikap
Lewat acara ini, seniman menunjukkan kalau seni bukan sekadar hiburan, tapi juga cara paling jernih buat mengingatkan: demokrasi nggak bisa jalan kalau warganya dibungkam.
Di tengah situasi panas, #SeniLawanTirani hadir sebagai oase. Di sini, suara gitar, kata-kata puisi, dan goresan mural jadi bukti bahwa melawan bisa dilakukan dengan cara yang indah, damai, tapi tetap tajam.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.