Milenianews.com, Ponorogo- Di musim kemarau yang kian panjang, warga Bukit Ngemplak di Kecamatan Ngrayun, Ponorogo, masih setia bertahan di balik perbukitan kapur yang tandus.
Akses air bersih sulit, lahan kering, dan jarak yang jauh dari pusat kota membuat wilayah ini seperti terlupa dalam peta bantuan sosial.
Tapi tahun lalu, sebuah momen tak terlupakan hadir. Melalui program qurban, Laznas BMH membawa hewan qurban ke tengah-tengah masyarakat yang jarang sekali menikmati daging. Bagi warga, itu bukan sekadar potongan daging. Tapi simbol kepedulian. Simbol bahwa mereka tidak sendiri.
Royanto, salah satu warga penerima manfaat, masih ingat jelas hari itu. “Kami di sini sangat jarang makan daging, apalagi daging qurban. Jadi waktu BMH datang bawa qurban, itu seperti mimpi,” ujarnya lirih. “Alhamdulillah, keluarga kami bisa merasakan daging, walau hanya setahun sekali,” tuturnya.
Qurban dari BMH menyentuh ruang-ruang yang jarang dijangkau lembaga lain.
Bukit Ngemplak bukan hanya terpencil, tapi juga termasuk kawasan rawan kekeringan dan kemiskinan. Ketergantungan pada musim hujan membuat hidup warga tak pernah mudah. Makanan bergizi, terutama daging, jadi sesuatu yang mewah.
Imam Muslim, kepala Divisi Program dan Pendayagunaan BMH Jawa Timur, menyebut bahwa qurban adalah tentang cinta. “Qurban bukan hanya soal daging, tapi tentang kepedulian. Di wilayah seperti Bukit Ngemplak, kehadiran qurban menjadi simbol kasih sayang umat Islam terhadap sesama,” kata Imam Muslim.
BMH tahun ini kembali menyiapkan penyaluran qurban ke berbagai wilayah pelosok yang minim akses dan rentan secara ekonomi. Termasuk ke Bukit Ngemplak, dan daerah-daerah rawan kekeringan lainnya.
Dalam situasi ekonomi yang belum pulih, banyak orang menahan niat berqurban karena merasa tidak mampu. Tapi justru di tengah kesulitan, qurban adalah momen untuk menunjukkan kepedulian.