News  

Prof Rokhmin Tegaskan Pentingnya Indonesia-Taiwan Tingkatkan Kerja Sama Kelautan Berkelanjutan

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi pembicara kunci (keynote speaker) Seminar Internasional tentang Manajemen Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kantor Balaikota Kaoshiung, Taiwan, Kamis 15 Desember 2022. (Foto-foto: RD Institute)

Milenianews.com, Kaoshiung –  The National Chung Cheng University bekerja sama dengan Taiwan Tun Association (TTA) dan Taiwan Squid and Saury Association (TSSA) menyelenggarakan Seminar Internasional tentang Manajemen Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kantor Balaikota Kaoshiung, Taiwan pada 14 – 15 Desember 2022.

Sebagai pembicara kunci (keynote speaker) adalah Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu menyampaikan keynote berjudul “Enhancing a Mutual Cooperation bewteen Indonesia and Taiwan in Sustainable Marine and Fisheries Development”.  Keynote speaker kedua adalah Dr.  Steven Wilson dari NOAA (National Oseanography and Atmospheric Administration),  Amerika Serikat. Judul keynote speech-nya adalah  “Using Satellite Data in Managing Fisheries: a NOAA Perspective”.

Kerja Sama Indonesia-Taiwan

Prof Rokhmin mengawali pidato kuncinya dengan memaparkan hubungan kerja sama yang telah puluhan  dibina oleh Indonesia dan Taiwan, dua negara yang dipisahkan oleh jarak 2.826,91 km atau 1.756,56 mil. Hubungan kerja sama itu mencakup antara lain bidang teknologi agrikultural, pendidikan dan budaya,  pariwisata dan penerbangan, serta perdagangan dan investasi.

“Di bidang pariwisata, pada tahun 2019 sebanyak 207.490 turis Taiwan berkunjung ke Indonesia. Pada tahun yang sama, sekitar 229.960 wisatawan asal Indonesia mengunjungi Taiwan,” kata Prof Rokhmin.

Hubungan kerja sama investasi, ujar Prof Rokhmin, para pengusaha Taiwan mendirikan Taiwan Business Club di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Cirebon, Batam, Medan dan Bali.

Taiwan dan Indonesia juga meneken persetujuan terkait promosi dan perlindungan investasi (ditandatangani tahun 1990), dan terkait fiskal (ditandatangani tahun 1995). “Indonesia dan Taiwan juga bekerja sama melalui APEC (Asia-Pacific  Economic Cooperation dan WTO (World Trade Organization),” papar Rokhmin.

Ia juga memaparkan statistic ekonomi dan perdagangan kedua negara. Ekspor dari Indonesia ke Taiwan pada tahun 2021 mencapai 7,9 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor Taiwan ke Indonesia pada tahun yang sama mencapai 3,07 miliar dolar AS.

“Neraca perdagangan bilateral antara Indonesia dan Taiwan pada tahun 2021 mencapai 10,9 miliar dolar AS. Dalam hal ini, Indonesia surplus 4,8 miliar dola AS,” ujar Rokhmin.

Khusus bidang kelautan dan perikanan, Rokhmin menambahkan, pada tahun 2004 Taiwan dan Indonesia menandatangani MoU tentang kerja sama di bidang kelautan dan perikanan. “Pada tahun 2018, IPB University meneken kerja sama dengan National Sun Yat-Sen University (NSYU)  Taiwan. MoU itu menyangkut kerja sama penelitian laut dalam,” tuturnya.

Pada tahun 2019, Gubernur Maluku berinisiasi menjalin kerja sama di bidang perikanan dengan Pemerintah Kota Kohsiung.

Pada tahun 2022 Taiwan dan Indonesia menggelar Forum Kerja Sama Industri yang diikuti kalanggan industri, pemerintah, akademi dan peneliti berbagai sector.

“Pada Juni 2022, IETO  Taipei mengunjungi National Taiwan Ocean University untuk menjajaki peluantg kerja sama di bidang Pendidikan teknologi kelautan” papar Rokhmin.

Bidang Potensial Kerja Sama

Rokhmin kemudian membahas tentang pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Taiwan dalam pembangunan kelautan berkelanjutan. Ia menyebutkan sejumlah bidang potensial kerja sama kelautan  antara Indonesia dan Taiwan.

Pertama, pembangunan infrastruktur: pelabuhan; bandara; konektivitas digital; dan pembangkit listrik biru, terutama berbasis laut dan energi terbarukan lainnya termasuk pasang surut, ombak, biofuel dari ganggang laut, angin, matahari, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).

Kedua,  pembangunan ekonomi: perikanan tangkap, budidaya pesisir dan laut, industri pengolahan ikan dan hasil laut, industri bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, industri dan jasa maritim (misalnya galangan kapal, alat tangkap, rekayasa pesisir dan samudera), transportasi laut, dan lain-lain.

Ketiga, pengembangan bersama wisata pesisir dan bahari.

Keempat, perdagangan komoditas, produk, mesin dan peralatan, serta jasa yang berkaitan dengan ekonomi dan industri kelautan. Taiwan harus membantu Indonesia meningkatkan kemampuannya di bidang manufaktur dan proses nilai tambah.

Kelima, program bersama dalam memerangi IUU (Illegal, Unregulated, and Unreported) fishing, perampokan, perompakan, imigran ilegal, perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kegiatan kriminal lainnya di laut.

Keenam, perlindungan lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, dan penerapan Ekonomi Biru untuk memastikan pembangunan maritim yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *