Milenianews.com, Jakarta– Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS. mengupas peran penting Blue Economy (Ekonomi Biru) sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Hal itu ia sampaikan saat mengisi Seminar Maritim Nasional “Pengelolaan Dan Pengawasan Pencemaran Laut Guna Mewujudkan Blue Economy Dalam Rangka Pembangunan Yang Berkelanjutan” yang diadakan oleh Seskoal (TNI AL) di Auditorium Jos Soedarso Seskoal, Rabu (27/9/2023).
Menurut Bank Dunia (2016), Blue Economy adalah penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan umat manusia, dan secara simultan menjaga kesehatan serta keberlanjutan ekosistem laut.
“Blue Economy adalah semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan lautan dan pesisir. Ini mencakup berbagai sektor-sektor ekonomi mapan (established sectors) dan sektor-sektor ekonomi yang baru berkembang (emerging sectors).” EC (2020).
“Jika potensi Blue Economy didayagunakan dan dikelola berbasis inovasi Iptek dan manajemen profesional, maka sektor-sektor ekonomi kelautan diyakini akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi segenap permasalahan bangsa, dan mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta Indonesia Emas paling lambat pada 2045,” ujar Prof. Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia.
Ia menyebutkan, total potensi ekonomi sebelas sektor Kelautan Indonesia: US$ 1,348 triliun/tahun atau 5 kali lipat APBN 2021
(Rp 2.400 triliun = US$ 190 miliar) atau 1,3 PDB Nasional saat ini. “Sektor Kelautan mampu menyediakan lapangan kerja untuk 45 juta orang atau 40% total angkatan kerja Indonesia. Pada 2019 kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia sekitar 10,4%. Negara-negara lain dengan potensi kelautan lebih kecil (seperti Thailand, Korsel, Jepang, Maldives, Norwegia, dan Islandia), kontribusinya > 30%,” papar Prof. Rokhmin yang juga ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara), dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Peta Jalan Pembangunan Blue Economy
Prof. Rokhmin menjelaskan Peta Jalan Pembangunan Blue Economy Menuju Indonesia sebagai PMD (Poros Maritim Dunia) 2024. Terkait kebijakan dan program pembangunan sebagai berikut:
- Penegakan kedaulatan wilayah laut NKRI: (1) penyelesaian batas wilayah laut (UNCLOS 1982) dengan 10 negara tetangga; (2) penguatan dan pengembangan sarpras HANKAM laut; dan (3) peningkatan kesejahteraan, etos kerja, dan nasionalisme aparat penegak hukum laut, dan masyarakat pesisir.
- Penguatan dan pengembangan diplomasi maritim.
- Revitalisasi (peningkatan produktivitas, efisiensi, dan sustainability) seluruh sektor dan bisnis Ekonomi Kelautan yang ada sekarang (existing).
- Pengembangan sektor-sektor Ekonomi Kelautan baru, seperti: industri bioteknologi kelautan, shale and hydrate gas, fiber optics, offshore aquaculture, deep sea fishing, deep sea mining, deep sea water industry, dan floating city.
- Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) baru di wilayah pesisir sepanjang ALKI, pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan, dengan model Kawasan Industri Maritim Terpadu berskala besar (big-push development model)
- Penguatan dan pengembangan program tol laut dan digital connectivity, termasuk pengembangan ekonomi dan industri di luar Jawa, khususnya di wilayah KTI dan kawasan tertinggal lainnya (dari Jawa Sentris ke Indonesia Sentris).
- Semua unit usaha sektor Ekonomi Kelautan harus menerapkan: (1) skala ekonomi (Economy of Scale); (2) Integrated Supply Chain Management System; (3) inovasi teknologi mutakhir (Industry 4.0) pada setiap mata rantai suplai, dan (4) Sustainable Development Principles.
- Seluruh proses produksi, pengolahan (manufakturing), dan transportasi di semua Sektor Ekonomi Kelautan harus secara gradual meninggalkan penggunaan energi fosil, dan menggunakan energi terbarukan (Zero Carbon): solar, pasang surut, gelombang, angin, biofuel, dan lainnya.
- Eksplorasi dan eksploitasi ESDM serta SDA non-konvensional harus dilakukan secara ramah lingkungan.
- Implementasi pengelolaan lingkungan: (1) tata ruang, (2) rehabilitasi ekosistem yang rusak, (3) pengendalian pencemaran, dan (4) konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity).
- Mitigasi dan adaptasi terhadap Global Climate Change, tsunami, dan bencana alam lainnya.
- Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan
- Penguatan dan pengembangan R & D (Riset and Development) guna menguasai, menghasilkan, dan menerapkan Iptek.
- Penciptaan iklim investasi dan Ease of Doing Business yang kondusif dan atraktif.
- Peningkatan budaya maritim bangsa.
- Kebijakan politik-ekonomi (fiskal, moneter, otoda, hubungan pemerintah dan DPR, penegakkan hukum, dll) yang kondusif: Policy Banking (Bank Maritim) untuk sektor-sektor ekonomi kelautan.
Peningkatan Peran Penting Seskoal
Dalam makalahnya, Prof. Rokhmin juga menyampaikan sejumlah poin penting terkait peningkatan peran Seskoal dalam pembangunan kemaritiman menuju Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD). Pertama, Seskoal perlu memperbarui dan memperkuat kurikulumnya agar lebih sesuai dengan tuntutan pembangunan kemaritiman, termasuk peningkatan hukum laut internasional, manajemen sumber daya laut, teknologi maritim, keamanan maritim, dan ekonomi kelautan. Kedua, aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak eksternal seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), industri maritim, dan lembaga penelitian maritim.
“Kerja sama ini dapat mencakup pertukaran pengetahuan, SDM, dan dukungan dalam pengembangan proyek-proyek maritim,” ujar Prof. Rokhmin yang membawakan makalah berjudul “Blue Economy Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas”.
Ketiga, memperkuat bagian penelitian dan pengembangan (litbang) yang fokus pada isu-isu maritim khususnya yang relevan dengan pembangunan kemaritiman Indonesia. Hasil riset dan inovasi yang dihasilkan dapat menjadi sumber daya berharga bagi pemerintah dan sektor swasta.
Keempat, memperluas jaringan kerjasama internasional dengan lembaga pendidikan militer dari negara-negara lain yang memiliki kepentingan maritim serupa. “Kelima, Seskoal dapat lebih aktif memanfaatkan jaringan alumni yang luas untuk mendukung pembangunan kemaritiman. Alumni Seskoal yang berkarier di berbagai sektor dapat berperan sebagai duta kemaritiman dan membantu mempromosikan pembangunan kemaritiman di Indonesia,” tuturnya.
Keenam, fokus pada kesiapan strategis, termasuk perencanaan dan simulasi untuk menghadapi situasi darurat maritim, seperti bencana alam atau ancaman keamanan. Ketujuh, menerapkan teknologi terbaru, seperti simulasi komputer dan kecerdasan buatan, dalam pelatihan dan pengembangan strategi maritim.
“Kedelapan, Seskoal dapat memainkan peran aktif dalam edukasi masyarakat tentang pentingnya kemaritiman melalui program-program pendidikan, seminar, lokakarya, dan kampanye informasi yang ditujukan kepada Masyarakat,” papar Prof. Rokhmin Dahuri.