News  

Praktisi Soroti Kesenjangan Kompetensi Guru

Putra Sampoerna Foundation gelar kampanye #StandWithGuru guna peringati Hari Guru pada Kamis (4/12) di Sampoerna Strategic Square.
Putra Sampoerna Foundation gelar kampanye #StandWithGuru guna peringati Hari Guru pada Kamis (4/12) di Sampoerna Strategic Square.

Milenianews.com – Juliana, Head of Program Development dan Guru Binar Putera Sampoerna Foundation tegaskan peran sentral guru dalam gelaran Hari Guru Nasional di Sampoerna Strategic Square pada Kamis (4/12).

Menurutnya, kualitas sebuah negara dimulai dari pendidikan dan guru merupakan tonggak kualitas satuan pendidikan. Oleh sebab itu, semua pihak perlu terlibat karena dibutuhkan upaya kolektif untuk mengakselerasi pendidikan.

Baca juga: Mengenal Kampus Seni di Indonesia: Pilihan Pendidikan Kreatif untuk Generasi Masa Depan

Dikatakan, guru sering dituntut untuk memenuhi banyak kompetensi yang terdiri dari pedagogik, profesional, sosial dan personal. Namun, Julia katakan banyak guru yang hanya berfokus pada pedagogik dan lupa pengembangan kompetensi sosial dan personal.

“Kuatalitas negara dimulai dari pendidikan dan pendidikan yang berkualitas harus inklusif dan merata ke daerah-daerah lain.” imbuh Juliana, Kamis (4/12).

Solusi aksi nyata guru

Selaras dengan itu, Galih Sulistyaningra, Praktisi Pendidikan Dasar dan CEO Smartick Indonesia percaya bahwa guru dapat mengubah kelasnya sendiri meskipun kebijakan berubah di luar kendali guru.

Dikatakan guru perlu untuk melakukan diskusi kepada siswa untuk menguatkan karakter anak. Mesikipun begitu, pendidikan tidak hanya dari guru saja. Dirinya berpendapat, pendidikan adalah tanggung jawab semua orang dewasa.

Rachmad Widdiharto, Direktur Guru Pendidikan Dasar Kemendikdasmen ungkapkan, prioritas pemerintah saat ini ialah pemenuhan kualifikasi S1 dan peningkatan kesetaraan sertifikasi guru yang menjadi arahan Menteri.

Hal itu dikatakan penting sebab terdapat 240ribu guru belum berpendidikan S1. Di ungkapkan juga bahwa guru yang telah memenuhi kualifikasi dan mendapat sertifikasi akan mendapatkan tunjangan dan insentif. Akan tetapi, dikatakan kemendikdasmen tidak bisa berjalan sendiri.

“Kolaborasi adalah kebutuhan dari semua networking yang ada, kita harus jalin kolaborasi itu. Baik itu dari mitra, instansi lain maupun guru itu sendiri,” imbuhnya.

Baca juga: Festival Guru 2025 Sukses Tingkatkan Wawasan Pendidik, IABIE Ajak Guru Siapkan Generasi Era AI

Diluar dari kebijakan, Galih menyebutkan bahwa otonomi pendidikan bagi guru sangat penting. Menurutnya guru memiliki otonomi di kelasnya masing-masing. Selanjutnya, ia smapaikan literasi dan numerasi menjadi fokus.

“Saya percaya saya bisa mengubah kelas saya sendiri. Apa pun kebijakan yang berubah-ubah atau apa pun di luar kendali kita. Hanya saya yang bisa mengatur kondisi kelas,” katanya.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *