Milenianews.com – Tidak dapat dipungkiri, masa pandemi ini telah membawa dampak yang buruk bagi nasib para buruh. Baik itu yang dirumahkan sementara tanpa upah atau yang di PHK karena perusahaan sudah tidak mampu lagi membayar biaya tenaga kerja.
Dalam data pekerja/buruh terdampak COVID-19 tahap-1 yang ditutup pada 4 April 2020 terdapat 162.416 pekerja/buruh telah dilaporkan di PHK dan dirumahkan. Dengan rinciannya 30.137 orang dari 3.348 perusahaan di PHK dan 132.279 orang dari 14.897 perusahaan dirumahkan tanpa upah.
Sedangkan dampak COVID-19 tahap-2 Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta, per 9 April 2020 ada 94. 334 pekerja yang dilaporkan telah di PHK dan dirumahkan. Dengan rincian, 76. 613 orang dari 12. 768 perusahaan dirumahkan tanpa upah dan 17.721 orang dari 2.953 perusahaan di PHK.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan ada dua ancaman serius bagi para buruh. Pertama, potensi kehilangan nyawa karena diharuskan bekerja di tengah masa pandemi. Kedua, ancaman PHK bagi para buruh karena beberapa perusahaan terpaksa mengambil keputusan tersebut.
Perusahaan terpaksa mengambil kebijakan PHK terhadap karyawannya dikarenakan sudah tidak mampu lagi membayar biaya tenaga kerja. Disisi lain, mereka harus membayar hutang-hutang usaha yang sudah jatuh tempo.
Tidak Hanya Buruh Pabrik, Nasib Buruh Tani Indonesia di Masa Pandemi Juga Harus Diperhatikan
Dilansir dari mediaindonesia(1/5), ANGGOTA Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan meminta pemerintah untuk lebih spesifik memberi perhatian kepada nasib seluruh buruh tani di Indonesia pada masa pandemi Covid-19 ini. Seruan ini juga sehubungan dengan adanya momentum hari Buruh Internasional pada hari ini, Jum’at, 1 Mei 2020.
“Pemerintah harus lebih peduli terhadap kondisi buruh tani kita, sebab selama ini mereka termarginalkan di negeri ini. Pendidikan mereka rata-rata masih rendah, tidak memiliki kemampuan berserikat seperti buruh pabrik lainnya dan tidak punya posisi tawar yang kuat untuk menuntut kenaikan upah,” papar Johan dikutip dari media indonesia pada Jumat (1/5).
Baca Juga : Sejarah Hari Buruh Internasional (May Day)
Pada Momentum Hari Buruh ini, Johan mengajak semua pihak untuk ikut memperjuangkan tuntutan perbaikan kesejahteraan dan nasib buruh tani di Indonesia.
“Buruh tani dan keluarganya merupakan penduduk miskin yang berjumlah lebih dari 5 juta orang, yang banyak tinggal di desa dan menggantungkan hidup pada sektor Pertanian. Saat ini mayoritas dari jumlah total penduduk miskin itu berada di pedesaan dengan persentase mencapai 62,6%,” jelasnya.
Selain pemberian insentif, Johan juga berharap pemerintah dapat berupaya memberi lahan garapan untuk pertanian demi meningkatkan taraf usaha tani mereka.