Milenianews.com – Perubahan iklim, termasuk permasalahan global akan terus berlanjut seiring dengan aktivitas umat manusia yang tidak ramah iklim.
Krisis iklim terjadi lagi pada tahun 2022. Perubahan iklim tersebut tidak dapat dianggap remeh karena dampaknya jelas akan memengaruhi pertanian.
Hal itu akan membahayakan ketahanan pangan, hingga kenaikan permukaan laut dan percepatan erosi wilayah pesisir yang meningkatkan intensitas bencana alam, kepunahan spesies serta penyebaran penyakit.
Baca Juga : BIC Ciptakan Iklim Inovasi di Lingkungan Kampus
Rentetan bencana alam, penularan penyakit mematikan dari hewan ke manusia, hingga kenaikan harga pangan yang terjadi, menunjukkan kerentanan kita yang semakin besar terhadap perubahan iklim. Di Indonesia, gerakan anak muda dalam menanggulangi perubahan iklim sangat berpengaruh.
Riset yang dilakukan di Indonesia oleh Remotivi juga mengonfirmasi tren positif bahwa anak muda tidak hanya sadar iklim, namun juga bertindak untuk mitigasinya. Riset ini menunjukkan bahwa partisipasi anak muda dilakukan lewat dua jalan.
Jalan pertama, dan yang paling dominan, melalui konsumsi ramah lingkungan. Ini merupakan aksi individu untuk mempertimbangkan dampak pola konsumsi mereka bagi lingkungan.
Perlu lebih banyak anak muda untuk sukseskan gerakan perubahan iklim
Hasil survei mereka menunjukkan rata-rata 70% responden telah berpartisipasi dalam berbagai praktik konsumsi ramah lingkungan. Terutama mengurangi konsumsi energi dan sampah, serta memilih produk ramah lingkungan. Rata-rata responden pun telah melakukannya secara rutin.
Jalan kedua, aktivisme lingkungan, merupakan aksi kolektif di ruang publik yang sifatnya menuntut perubahan kebijakan. Partisipasi ini menyasar pejabat atau institusi pemerintah. Berangkat dari kuasa individu, sebagai warga untuk mendorong perubahan lewat intervensi ke negara.
Survei mereka menunjukkan bahwa partisipasi melalui aktivisme lingkungan telah dilakukan lebih dari 50% responden dalam bentuk mengikuti kampanye, menandatangani petisi, dan memberikan donasi.
Dalam dua bentuk aktivisme lainnya (protes dan audiensi), partisipasi anak muda masih kurang dari 30%. Namun, setidaknya sekitar 40% menyatakan kesediaan melakukannya di masa depan.
Baca Juga : Hujan Lebat akan terjadi di Beberapa Wilayah Indonesia
Komitmen generasi muda untuk berpartisipasi ternyata lebih banyak lewat jalan konsumsi ramah lingkungan, ketimbang aktivisme lingkungan. Meski pola konsumsi ramah lingkungan itu penting, studi telah menunjukkan bahwa ini kurang berdampak dalam mendorong komitmen pemerintah mengatasi krisis iklim.
Gerakan konsumsi ramah lingkungan tampaknya perlu tersebar agar lebih banyak orang ikut melakukannya. Hal tersebut bisa lewat kampanye masal maupun sosialisasi antar individu.
Selain itu, gerakan aktivisme lingkungan juga perlu tersebar lewat berbagai bentuk kampanye dan sosialiasi, agar lebih banyak orang yang berpartisipasi dan melahirkan kekuatan yang lebih besar dalam mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro terhadap lingkungan.
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.