Milenianews.com, Jakarta – Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa serangan besar-besaran yang dilakukan Israel di Gaza pada Selasa (18/3) hanyalah awal dari tindakan militer mereka. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan terus meningkatkan tekanan terhadap Hamas.
“Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — ini hanyalah permulaan,” ujar Netanyahu, dikutip dari kantor berita AFP pada Rabu (19/3/2025).
Baca juga: Kolombia Putus Hubungan Bilateral dengan Israel Buntut Genosida yang Terjadi di Palestina
Lebih lanjut, Netanyahu menegaskan bahwa negosiasi hanya akan berlangsung di bawah tekanan serangan militer. “Tekanan militer sangat penting untuk pembebasan sandera tambahan,” tambahnya.
Serangan Mematikan Israel dan Reaksi Dunia
Serangan udara Israel pada hari Selasa itu merupakan yang terbesar sejak gencatan senjata di Gaza berlaku pada Januari lalu. Menurut Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, lebih dari 400 orang tewas akibat serangan tersebut.
Israel menyatakan akan terus melanjutkan operasi militernya hingga Hamas membebaskan semua sandera. Dari total 251 orang yang diculik selama serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu, 58 masih berada di Gaza. Militer Israel menyebut 34 di antaranya telah tewas.
Namun, kebijakan Netanyahu mendapat kecaman dari keluarga para sandera. Mereka menuduhnya mengorbankan nyawa orang-orang yang mereka cintai dengan memerintahkan serangan besar-besaran di Gaza. Mantan sandera Yair Horn menyatakan bahwa “Tekanan militer tidak akan menyelamatkan para sandera – kami tahu ini dari pengalaman kami sendiri.”
Baca juga: 500 Porsi Paket Ifthar Implementasi Bosowa Peduli Tiba di Gaza, Palestina
Selain kecaman dari keluarga sandera, serangan Israel di Gaza juga menuai kritik tajam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta berbagai negara di dunia. Banyak pihak mendesak Israel untuk menghentikan eskalasi kekerasan dan mencari solusi diplomatik guna menghindari jatuhnya lebih banyak korban jiwa.
Di tengah tekanan internasional, Netanyahu tetap bersikeras bahwa operasi militer akan terus berlanjut. Situasi ini menimbulkan ketakutan bahwa konflik di Gaza akan semakin meluas dan menambah penderitaan bagi warga sipil di wilayah tersebut.