Mileninaews.com, Jakarta – Penelitian ilmuwan menunjukkan bahwa sejumlah orang percaya pada teori konspirasi tidak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, ada beragam alasan lain yang mempengaruhi keyakinan mereka.
“Para ahli teori konspirasi tidak semuanya berpikiran sederhana, orang-orang yang tidak sehat secara mental, potret yang secara rutin dilukis dalam budaya populer,” kata psikolog klinis Universitas Emory, Amerika Serikat, Shauna Bowes, dalam Science Alert.
“Sebaliknya, banyak yang beralih ke teori konspirasi untuk memenuhi kebutuhan motivasi yang hilang dan memahami tekanan dan kelemahan,” sambungnya
Baca juga : Captain America 4 Kembali Tuai Kritikan Publik, Dari Judul hingga Teori Konspirasinya
Dengan menganalisis 170 studi, terutama dari Amerika Serikat, Inggris, dan Polandia, Bowes dan timnya mengeksplorasi motivasi di balik keyakinan orang pada teori konspirasi.
Alasan Orang Banyak Percaya Teori Konspirasi
Agar Terasa Aman
Meskipun ada banyak faktor yang berpengaruh, data menunjukkan bahwa orang cenderung mempercayai teori konspirasi untuk merasa aman, memahami lingkungan sekitar mereka, dan mengatasi peningkatan kebutuhan untuk merasa aman secara sosial ketika kebutuhan lainnya tidak terpenuhi. Semuanya terkait dengan persepsi bahwa dunia menjadi lebih berbahaya dan masa depan semakin tidak pasti.
Penelitian menunjukkan bahwa ancaman sosial lebih kuat terkait dengan pemikiran konspirasi daripada jenis ancaman lainnya. Kepercayaan juga berperan penting dalam keyakinan tersebut, yang merupakan kognisi budaya.
Baca juga : Teori Lily Collins yang Pemecahkan Misteri Terbesar Emily Cooper di Emily in Paris
Tidak peduli seberapa tinggi pendidikan seseorang, manusia cenderung lebih mempercayai informasi dari individu yang berasal dari kelompok budaya yang sama. Penelitian juga menemukan bahwa ciri kepribadian tertentu, seperti kemampuan berpikir analitis yang rendah dan tingkat kecemasan yang tinggi, memiliki korelasi yang signifikan namun lemah dengan pemikiran konspirasi.
Selain itu, peran keselamatan dan keamanan juga menjelaskan mengapa pemikiran konspirasi meningkat selama masa krisis, termasuk dalam situasi pandemi. Ketika orang menghadapi kesulitan keuangan dan ketidakpastian kesehatan, mereka cenderung mencari keyakinan yang memberikan rasa aman.
Orang Narsis Sering Percaya Teori Konspirasi
Dalam penelitian sebelumnya, narsisme dan kebutuhan untuk merasa unik dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk memiliki pemikiran konspirasi.
Orang yang merasa terancam secara sosial lebih cenderung mempercayai konspirasi yang berhubungan dengan peristiwa nyata daripada abstrak. Sebagai contoh, ada keyakinan bahwa pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam merencanakan serangan teroris 11 September.
Baca juga : Serial Loki tayang perdana di Disney+, Ini Tanggapan Terkait Teori Mephisto
“Hasil ini sebagian besar memetakan ke dalam kerangka teoritis baru-baru ini bahwa motif identitas sosial dapat menimbulkan ketertarikan pada isi teori konspirasi, sedangkan orang-orang yang termotivasi oleh keinginan untuk merasa unik lebih cenderung percaya pada teori konspirasi umum tentang bagaimana dunia bekerja,” jelas Bowes.
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.