Milenianews.com, Jeneponto– Mesin bor Donfeng itu seolah kelelahan, putarannya melambat dan suaranya terdengar berat. Para pekerja pun sigap mengambil alih. Batangan mata bor perlahan dibongkar, dan… wow!
Sebuah batu bulat sepanjang 80 cm muncul dari perut bumi. Ternyata, medan yang keras di area Pondok Pesantren Tahfidz Cilik Al-Auladi Hidayatullah Jeneponto, Sulawesi Selatan, membuat proses pengeboran di hari pertama berjalan lambat. Bayangkan, setelah seharian penuh bekerja, kedalaman yang dicapai baru 9 meter dari target 60-80 meter!
“Insya Allah, di titik ini ada sumber air. Hasil geolistrik dan pengamatan kami menunjukkan hal itu,” ujar Daeng Bana meyakinkan.
“Tapi, memang ada sedikit tantangan, karena di bawah permukaan tanah terdapat bebatuan. Butuh pekerjaan ekstra,” tegasnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Ia menambahkan, jika semua lancar, proses pengeboran akan selesai dalam waktu seminggu.
Ustadz Armin Karim, pembina di pondok tersebut mengungkapkan, musim kemarau di Jeneponto relatif lebih panjang dan intensitas panas yang cukup tinggi, belum lagi ditambah angin laut yang kencang.
“Pesantren terasa lebih gersang jika memasuki musim kemarau. Dengan adanya sumur ini, harapan kami kebutuhan santri dan warga dapat terpenuhi, begitu juga minimal pohon-pohon dapat disiran sehingga dapat meredam panas,” ungkapnya saat proses pengeboran.
Baca Juga : Sejuta Harapan pada Sumur Bor BMH Ke-172 di Tuban
Pesantren yang berada di Dusun Bulu-bulu, Pallantikang, Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan itu memiliki luas lahan 10.000 meter persegi, dengan program utama tahfidz Al-quran yang bersifat boarding school, dan Sekolah Dasar full day yang banyak diisi oleh warga sekitar pesantren. Adapun total santrinya sebanyak 188 orang.
Aktivitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) ataupun bersuci untuk keperluan ibadah selama ini sangat terbatas pengunaan air, dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengisi gentong. Jika itu terjadi, maka faktor kebersihan dan ibadah adik-adik santri terganggu.
Program sumur dan instalasi air bersih yang diinisiasi oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pesantren dan masyarakat di pedalaman yang kesulitan air.
“Masya Allah, berkat infak dan sedekah dari para muzakki, program ini hadir membawa manfaat yang berlimpah! Tak hanya memudahkan akses air bersih, kehadiran sumur bor ini juga turut menjaga lingkungan tetap hijau dan udara tetap segar. Kebaikan yang terus mengalir, pahala yang tak pernah putus, semua berkat kedermawanan Anda, para donatur BMH,” tutup Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Sulsel, Basori Shobirin.