Terima Kasih kepada Sayyidina Yusuf

Irwan Kelana
Muhammad Akmal Fadlurrahman, Mahasiswa Universitas Bilad asy-Syam cabang Syaikh Ahmad Kaftru, Damaskus Suriah.  (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Tidak dipungkiri lagi peran Al Quran sebagai pedoman hidup umat muslim. Berbagai retorika digunakan untuk menyampaikan pesan dan makna kalam Ilahi membuatnya menarik untuk dikaji dan diteliti. Ada kalanya Al Quran menyampaikan perintah Allah secara eksplisit, ada kalanya melarang dengan bahasa yang lugas, dan ada kalanya menyisipkan norma-norma kehidupan melalui kisah.

Kisah-kisah penuh hikmah terebut sering kali disisipkan di antara pembahasan-pembahasan lain dalam satu surat. Namun ternyata ada yang menarik, dari sekian banyak surat dalam Al-Quran ada satu surat yang dari awal hingga akhirnya mengabadikan perjalanan hidup seorang nabi, ya beliau adalah Nabi Yusuf ‘alaihi as-salam. Istimewa bukan? Ada apa gerangan dengan kisahnya? Hikmah apa yang bisa kita petik?

Suatu ketika penulis mendapat sharing ilmu dari grup whatsapp pengajian di Damaskus, dan di sini penulis mencoba untuk menerjemahkannya dengan harapan ilmu ini dapat menyinari hati penulis maupun kehidupan para pembaca, sebagaimana rembulan yang mengambil cahaya sang mentari untuk menerangi bumi di malam hari.

Tapi tunggu dulu! Jangan coba-coba melirik tulisan ini sebelum Anda membaca surat Yusuf, sehingga Anda tahu apa yang dikatakan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada ayahnya, Nabi Ya’qub;  Anda tahu apa yang dilakukan ratu Mesir ketika menggoda Nabi Yusuf;  Anda tahu kapan baju Nabi Yusuf muncul dalam adegan-adegan kisah;  dan detail-detail lainnya yang akan menjembatani Anda menuju hikmah-hikmah tersebut. Selamat membaca!

Seorang penulis berkebangsaan Palestina Adham Syarqowi berkata: “Beberapa hari yang lalu saya telah menyelesaikan pembacaan buku Riwayat Ana Yusuf (رواية أنا يوسف) karya penulis ternama, Ayman al-Uttum. Bagaimanapun aku menulis, aku tak kan mampu memenuhi haknya.”

Ini adalah riwayat yang berciri khas, di dalamnya terdapat perincian yang sangat detail tentang kisah Sayyidina Yusuf ‘alaihi as-salam, detail yang belum pernah aku ketahui walaupun aku membaca Surat Yusuf berulang kali.

Tidak ada yang bisa aku ungkapkan kecuali untuk mengatakan bahwasanya buku ini mengandung gaya sastra yang mampu menyihir tanpa harus dijelaskan kepada pembaca kitab ini.

Hendaknya pemirsa membaca kutipan ini, berjudul “Terima Kasih kepada Sayyidina Yusuf”

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar bahwa sebagian orang membenci kita karena keistimewaan kita, bukan karena aib kita. Orang-orang membencimu karena engkau tampan, engkau baik, dan engkau tidak seperti mereka. Sedangkan mereka tidak menginginkan seseorang yang mengingatkan kesalahan mereka.

Aku belajar bahwasanya tikaman terkadang datang dari arah yang tak disangka. Engkau ketika selamat dari terkaman serigala, tak selamat dari saudara-saudaramu.

Aku belajar agar tidak menceritakan kepada semua orang setiap kebaikan yang Allah berikan padaku, karena sebagian orang matanya sempit dan hati mereka lebih sempit lagi, mereka melihat kepada apa yang ada pada orang lain lebih banyak daripada melihat kepada apa yang ada pada diri mereka sendiri.

Aku belajar bahwa para penjahat terkadang mengenakan jubah penasihat, sungguh dahulu iblis telah berkata kepada ayahmu Adam:

“Hendakkah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian?” (Q.S. Taha : 120)

Kemudian saudara-saudaramu berkata kepada ayahmu Ya’qub: “Sesungguhnya kami adalah penasihat baginya” yakni bagimu, “sesungguhnya kami adalah penjaganya” yakni penjagamu. (Q.S. Yusuf : 11-12)

Sungguh sebagian kejahatan lebih ringan dari sebagian yang lain. Sebagaimana manusia berbeda-beda level kebaikannya, begitu pula level keburukannya. Saudaramu yang paling sedikit keburukannya telah menyelamatkanmu karena ia berkata: “Janganlah kalian membunuh Yusuf.” (Q.S. Yusuf : 10)

Aku belajar untuk tidak membongkar rahasia tentang ketakutanku, agar orang-orang tidak menyerangku dengan ketakutan tersebut.

Ayahmu berkata: “Aku khawatir serigala akan menerkam Yusuf” (Q.S. Yusuf : 13), maka saudara-saudaramu berkata kepadanya bahwa serigala telah menerkammu. (Q.S. Yusuf : 17)

Dan aku belajar bahwasanya tidak ada kejahatan yang sempurna, dan orang jahat terjerat oleh detail kecil yang terlewat untuk mereka perhatikan. Mereka lupa untuk mengoyak bajumu. Serigala macam apa yang menerkam seorang anak kecil dan meninggalkan bajunya dalam keadaan tidak rusak.

Aku belajar bahwa kebaikan dan keburukan tidaklah terletak pada benda, tetapi pada cara kita menggunakan benda tersebut.

Maka bajumu suatu ketika menjadi alat kebohongan (Q.S. Yusuf : 18), di saat yang lain ia menjadi petunjuk bagi keterbebasanmu dari dakwaan (Q.S. Yusuf : 25-29), dan di lain waktu ia menjadi obat kesembuhan ayahmu (Q.S. Yusuf : 93-96).

Aku belajar bahwasanya dunia ini tidak ada kebaikan padanya, ia adalah seburuk-buruknya tempat di mana engkau diperjualbelikan dengan harga murah. (Q.S. Yusuf : 20)

Aku belajar bahwasanya sekolah, kampus dan buku hanyalah fasilitas, dan pengajar yang sebenar-benarnya adalah Allah,

“Agar Kami mengajarkannya takwil mimpi” (Q.S. Yusuf : 21)

“Kami berikan kepadanya kebijaksanaan serta ilmu pengetahuan” (Q.S. Yusuf : 22)

Dan bahwasanya Allah memberikan ilmu berdasarkan kadar ketakwaan

“Bertakwalah kepada Allah, maka Ia akan mengajarkanmu” (Q.S. Al-Baqarah : 282)

Dan permasalahan saat ini bukan lagi permasalahan akal, tetapi permasalahan hati.

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar bahwa orang yang mulia tidak berkhianat, orang baik tidak membalas kebaikan dengan keburukan, dan orang yang berjiwa besar tidak meludah di sumur yang ia minum airnya, betapa indahnya engkau ketika engkau digoda oleh ratumu dan engkau berkata:

“Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” (Q.S. Yusuf : 23)

Aku belajar bahwa orang yang terbebas dari dosa adalah orang yang Allah selamatkan ia dari dosa, dan orang yang terjerat fitnah adalah orang yang Allah biarkan terbelenggu oleh syahwatnya. Barang siapa yang bersama Allah dalam kemudahannya, Allah bersamanya dalam kesulitannya.

Sebagaimana aku belajar bahwa seluruh alam tidak mungkin memaksaku untuk melakukan sesuatu yang aku tidak ingin kerjakan, maka aku akan berhenti menyalahkan kondisi dan situasi.

Ratumu, majikanmu, telah mengunci pintu-pintu dan menggodamu. Pada dirinya terhimpun kecantikan, kekuasaan dan hasrat, tetapi engkau melawan karena engkau tidak menginginkannya. (Q.S. Yusuf : 23-24)

Aku belajar bahwasanya Allah jika hendak menampakkan sesuatu, tidak ada satu pun yang mampu menyembunyikannya.

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar bahwasanya di dalam penjara ada banyak orang yang terzalimi.

Orang-orang terkadang masuk penjara sebagai hukuman karena mereka tidak berbuat dosa, dan bahwasanya kezaliman melekat abadi pada kehidupan manusia.

Aku belajar bahwa manisnya iman mengalahkan pahitnya kehidupan, dan manisnya imanmu membuatmu lupa akan pahitnya penjara, seandainya engkau berkhianat niscaya istana yang luas akan menjadi sempit bagimu.

Aku belajar bahwasanya di setiap tempat ada kesempatan untuk berdakwah, menjadi pelayan di istana engkau berdakwah mengajak pada Allah, dipenjara engkau pun berdakwah mengajak pada Allah, dan menjadi terhormat di atas kursi jabatan engkau tetap berdakwah mengajak pada Allah.

Aku belajar bahwasanya logam yang autentik tempat apa pun tidak akan mengubahnya, di penjara dikatakan kepadamu “kami melihatmu sebagai orang yang baik.” (Q.S. Yusuf : 36) di atas kursi kerajaan mereka memohon maaf darimu karena mereka menilaimu sebagai orang yang baik. (Q.S. Yusuf : 78)

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar bahwasanya kedengkian ada di balik segala keburukan, maka itu adalah dosa pertama ketika Allah didurhakai di langit; tidaklah iblis menolak untuk bersujud kepada Adam kecuali karena kedengkian, dia itu pula dosa pertama ketika Allah didurhakai di bumi;  tidaklah Qobil membunuh saudaranya kecuali karena kedengkian, dan tidaklah engkau dilemparkan ke dalam sumur kecuali karena kedengkian.

Dan aku belajar bahwasanya kebanyakan kerusakan disebabkan karena buruknya manajemen, bukan karena sedikitnya sumber daya, dan sesungguhnya engkau ketika selamat bersama penduduk Mesir dari paceklik tidaklah engkau datang kepada mereka dengan sumber daya yang baru, tetapi dengan kepandaian manajemen baru dalam mengelola sumber daya yang lama.

Dan aku belajar bahwasanya dunia adalah peperangan yang terus berkobar antara hak dan batil, tidak akan mereda hingga tiba hari kiamat, hanya saja tentaranya yang silih berganti.

Pertarunganmu dengan ratumu adalah pertarungan antara kesucian dan nafsu di setiap zaman, dan pertarunganmu dengan saudara-saudaramu adalah pertarungan antara cinta dan kebencian di setiap zaman.

Aku belajar untuk membuat perencanaan dan manajemen, karena manusia tidak akan memperoleh kebutuhannya kecuali dengan kedua hal tersebut. keselamatanmu dari paceklik itu karena ada perencanaan dan manajemen, menjaga saudaramu, Bunyamin di sisimu juga karena ada perencanaan dan manajemen.

Aku belajar bahwasanya Allah senantiasa memilih senjata yang tidak terpikirkan oleh seorang pun. Sebenarnya bisa saja Ia mengirimkan malaikat untuk merobohkan tembok penjara dan mengeluarkanmu, tetapi Ia mengirimkan (senjata-Nya) kepada raja berupa mimpi.

Aku belajar bahwasanya jabatan adalah tanggung jawab bukan pemuliaan, dan engkau tidaklah meminta dijadikan bendaharawan negara untuk menguasainya, melainkan untuk mengaturnya, seandainya engkau mengetahui seseorang yang lebih mampu dari dirimu dalam hal ini tentu engkau tidak akan meminta jabatan tersebut. (Q.S. Yusuf : 55)

Dan aku mengetahui bahwasanya cinta memiliki aroma yang tidak terhirup kecuali oleh para pecinta, karenanya ayahmu telah mencium wangimu sebelum sampai bajumu kepadanya. (Q.S. Yusuf 94)

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar agar aku tidak mengadukan kesusahan dan kesedihan kecuali kepada Allah, sebab manusia kalau tidak mencintai, ya membenci. Yang mencintai akan ikut sedih karenaku, dan yang membenci akan gembira dengan kemalanganku, dan keduanya sama-sama tidak mampu mengubah kesedihanku, maka mengapa aku tidak mengadukan kesusahanku kepada Sang Pemilik segala urusan?

Terima kasih kepada Sayyidina Yusuf, dari kisahmu aku belajar bersikap acuh tak acuh untuk menjaga cinta, dan bersikap seakan aku tak tahu permasalahan demi menjaga hubungan.

Engkau telah merahasiakan perkara saudara-saudaramu kepada ayahmu dalam dirimu sedangkan engkau mampu untuk tidak merahasiakannya, tetapi memang orang yang berjiwa besar tidak menghiraukan hal semacam itu, dan pepatah Arab mengatakan:

“Pemimpin suatu kaum adalah yang berpura-pura tidak tahu.”

Ya Allah berikan kami taufik untuk hal yang Engkau cintai dan Engkau ridhoi.

Penulis: Muhammad Akmal Fadlurrahman, Mahasiswa Universitas Bilad asy-Syam cabang Syaikh Ahmad Kaftru, Damaskus Suriah,  Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ushuluddin. (Foto: Istimewa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *