Mata Akademisi, Milenianews.com – Jangan biarkan ibu pertiwi menangis kembali karena sakit yang diderita saat ini. Biarkan ia hanya menangis dan menderita sekali dalam seumur hidupnya yaitu pada zaman penjajah.
Bumi Pertiwi telah dijajah ratusan tahun lamanya. Itu merupakan waktu yang sangat lama. Berjuta-juta warga menderita. Terhitung banyaknya berapa jumlah harta yang mereka keluarkan. Jiwa raga mereka korbankan. Tinggalkan anak dan istri serta keluarga demi sebuah kata “Merdeka”.
Baca Juga : Bahagia dan Cemas dalam Bingkai Corona
Kini cobaan silih berganti. Mulai dari pemberontakan rakyat kepada penguasa, berbagai macam bencana hingga penyebaran virus Corona.
Di tahun ini, virus Corona atau yang biasa disebut Covid-19. Yang katanya virus ini berasal dari Wuhan, China. Beberapa ada yang mengatakan karena bocornya pipa laboratorium kimia, dan ada juga karena makanan yang berasal dari hewan yang dimasak tidak higienis dan tidak biasa dimakan oleh kebanyakan orang.
Jutaan nyawa orang melayang, baik dunia maupun di negeri ini yang mencapai ratusan orang meninggal. Penyebarannya cukup cepat dan pesat. Gejala yang diderita hampir sama dengan penyakit biasa, demam tinggi, pilek, batuk, sakit tenggorokan dan sesak nafas.
Pemerintah pun menerapkan social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kita dituntut untuk belajar, bekerja dan beribadah dirumah.
Apalagi di bulan yang penuh berkah ini yaitu bulan Ramadhan, bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim untuk bisa mudik lebaran bersama keluarga di kampung, tetapi tahun ini harus ditunda, para perantau pun dilarang untuk mudik ke kampung halaman masing-masing dan harus tetap di perantauan. Untuk mengindari penyebaran virus corona ke daerah masing-masing.
Namun, kita masih ngeyel, masih keluar rumah dan masih ada yang mudik atau pulang kampung. Dengan berbagai alasan keluarga harus disejahterakan dan kangen keluarga di kampung ataupun keluarga menunggu kedatangan kita dikampung, karena ini menjadi tradisi yang dilakukan sekali dalam setahun sekali, saat Idul Fitri.
Sedangkan para medis saling bahu membahu merawat pasien positif corona. Hingga mereka kehilangan nyawanya. Jangan biarkan ibu pertiwi menangis karena semua ini. Mari kita terapkan peraturan dari pemerintah.
Baca Juga : Pertarungan Ekonomi Global dan Usaha Manusia Mematikan Tuhan
Jangan biarkan ibu pertiwi menangis kembali seperti halnya puisi dari Ibu Sukma yang berjudul Ibu Pertiwi :
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa
Mari kita jangan berlarut dalam kesedihan. Semoga virus corona cepat menghilang dan ibu pertiwi kembali seperti sedia kala.