Milenianews.com, Mata Akademisi – Perkembangan teknologi di era modern membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kebiasaan merokok. Salah satu inovasi yang kini banyak menarik perhatian adalah rokok elektronik. Rokok elektrik merupakan perangkat elektronik yang dirancang untuk menghasilkan uap atau asap yang dihirup oleh penggunanya, menyerupai rokok konvensional. Jenis rokok ini menjadi tren yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan remaja.
Namun, tidak hanya rokok elektronik yang beredar luas. Rokok kretek dan rokok konvensional masih banyak dikonsumsi, terutama oleh orang dewasa. Fenomena ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok belum mengalami penurunan signifikan, bahkan cenderung mengalami pergeseran bentuk seiring perkembangan zaman.
Baca juga: Pentingnya Peduli Terhadap Kesehatan Diri
Indonesia dan Budaya Konsumsi Rokok
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi di dunia. Data menunjukkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia mencapai sekitar 215 miliar batang per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 52,6% dikonsumsi oleh laki-laki dan 47,4% oleh perempuan. Angka ini mencerminkan bahwa rokok telah menjadi bagian dari kebiasaan sosial yang mengakar kuat di masyarakat.
Perilaku merokok sering kali dimulai sejak usia remaja. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Faktor pertama adalah pengetahuan a posteriori, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung, seperti melihat orang tua, teman, atau orang dewasa di sekitar yang merokok. Pengalaman ini secara tidak langsung membentuk anggapan bahwa merokok adalah hal yang wajar.
Faktor Internal dan Eksternal dalam Perilaku Merokok Remaja
Selain pengalaman, faktor internal juga berperan besar dalam mendorong remaja untuk merokok. Rasa ingin tahu, keinginan mencari kesenangan, pelarian dari stres, kecemasan, hingga dorongan untuk terlihat dewasa dan “keren” sering kali menjadi alasan utama. Merokok kemudian dipersepsikan sebagai sarana relaksasi dan pembentuk identitas diri.
Di sisi lain, faktor eksternal seperti pengaruh teman sebaya, keluarga, iklan, serta mudahnya akses terhadap rokok turut memperkuat kebiasaan tersebut. Faktor-faktor ini berinteraksi dengan sifat adiktif nikotin yang akhirnya menciptakan siklus penggunaan rokok secara terus-menerus dan sulit dihentikan.
Minimnya Pengetahuan dan Krisis Nilai
Jika ditelaah lebih jauh, banyak remaja di masa kini yang memiliki pengetahuan sangat terbatas mengenai bahaya rokok. Kurangnya pemahaman ini membuat mereka mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Dalam pandangan Jürgen Habermas, ilmu pengetahuan tidak pernah netral, melainkan selalu dikonstruksi untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman tentang bahaya merokok menjadi sangat penting sebagai bentuk kesadaran kritis.
Ketika remaja jauh dari pengawasan orang tua, pergaulan menjadi semakin bebas. Dampaknya bukan hanya sebatas kebiasaan merokok, tetapi bisa berkembang pada perilaku berisiko lainnya seperti penyalahgunaan narkoba hingga tindakan menyimpang. Semua ini berakar pada lemahnya internalisasi nilai moral dan norma sosial, yang pada akhirnya merugikan diri sendiri, keluarga, sekolah, bahkan masyarakat luas.
Rokok sebagai Gaya Hidup Modern
Di era modern, rokok tidak lagi dipandang sekadar sebagai barang konsumsi, melainkan telah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Tidak sedikit perokok yang mampu menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari atau bahkan lebih. Merokok dianggap sebagai cara untuk menghilangkan rasa bosan, stres, dan kelelahan, serta memberikan sensasi relaksasi dan kepuasan tersendiri.
Namun, kebiasaan ini membawa dampak serius, mulai dari gangguan kesehatan, emosi yang tidak stabil, hingga dampak sosial dan ekonomi. Ironisnya, meskipun sebagian perokok dewasa telah mengetahui risiko yang ditimbulkan, mereka tetap mengabaikannya dan sulit melepaskan diri dari kebiasaan tersebut.
Bahaya Rokok dan Tanggung Jawab Sosial
Maraknya perokok di masyarakat menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari nilai. Data ilmiah secara jelas membuktikan bahwa asap rokok berdampak negatif bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker paru-paru, dan menurunkan kualitas hidup. Oleh karena itu, ilmu tentang bahaya rokok tidak hanya berfungsi sebagai informasi, tetapi juga membawa pesan moral dan sosial.
Dampak rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif, tetapi juga oleh perokok pasif, seperti anak-anak, ibu hamil, dan bayi. Paparan asap rokok secara terus-menerus dapat menyebabkan infeksi telinga, asma, pneumonia, penyakit jantung, hingga kanker paru-paru, bahkan berujung pada kematian. Meskipun berbagai peringatan telah disampaikan melalui iklan dan label kemasan rokok, kesadaran masyarakat masih tergolong rendah.
Upaya Mengatasi Kecanduan Merokok pada Remaja
Berhenti merokok memang tidak mudah, tetapi bukan hal yang mustahil. Salah satu upaya penting adalah peran pengawasan orang tua. Ketegasan orang tua dalam menolak rokok dapat meningkatkan motivasi remaja untuk berhenti merokok atau bahkan mencegahnya sejak awal.
Lingkungan sekolah juga memiliki peran strategis. Sekolah dapat menerapkan kebijakan bebas rokok, memberikan edukasi tentang bahaya merokok, serta menyediakan kegiatan positif yang mencegah perilaku merokok. Program pencegahan yang melibatkan teman sebaya terbukti efektif dalam menurunkan angka perokok remaja.
Baca juga: Kopi Tarik dan Harapan Ekonomi Pancasila
Selain itu, bimbingan konseling dan bantuan psikologis merupakan cara yang sangat efektif untuk mengatasi kecanduan merokok. Melalui konseling, remaja diajak memahami alasan mereka merokok, mengenali pemicu keinginan merokok, serta belajar strategi menghadapi situasi tersebut tanpa rokok. Pendekatan ini sering menggunakan metode seperti terapi perilaku kognitif dan wawancara motivasi.
Pendekatan yang paling efektif adalah mengombinasikan berbagai metode tersebut, seperti konseling, dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah yang tegas terhadap rokok. Namun, semua upaya ini tidak akan berhasil tanpa adanya keinginan dan kesungguhan dari individu itu sendiri, serta dukungan berkelanjutan dari orang-orang terdekat.
Penulis: Faaizah, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













