Merdeka ke-80: Kampus Unggul, Talenta Tangguh, Indonesia Maju

ke 80

Mata Akademisi – Delapan puluh tahun Indonesia merdeka bukan sekadar angka, tetapi checkpoint, apakah kampus-kampus kita sudah melahirkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri dan siap kerja sejak di wisuda? Di usia ke-80, tema besar nasional menegaskan arah “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Ini bukan hanya urusan upacara, melainkan mandat kerja, termasuk bagi perguruan tinggi untuk mengakselerasi kualitas talenta yang relevan dengan dunia nyata di era digital yang berubah cepat.

Saat ini dunia kerja lagi “di-recode”. Laporan World Economic Forum memotret hampir seperempat pekerjaan global sudah dan terus berubah karena AI, energi hijau, dan digitalisasi. Ada pekerjaan baru tercipta, ada yang hilang, dan mayoritas yang bertahan butuh kompetensi baru seperi, analitik data, AI/ML, literasi digital, problem solving, serta soft skills kolaborasi. Jadi, permasalahan bukan digunakan mesin pekerjaan kita, tetapi ini soal meng-upgrade ketrampilan manusia.

Baca juga: Rayakan Kemerdekaan! Dapatkan Jaket Varsity Cyber University x Dagadu di HUT Ke-80 RI

Kalau kita lihat data BPS, fakta pahit yang kita hadapi adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan universitas tercatat sekitar 5,25% (Februari 2025). Artinya, gelar saja belum otomatis menjadi “tiket kerja”. Kampus perlu memastikan lulusannya siap kerja sekaligus future-ready.

Mandat strategis: Indonesia Emas 2045

Roadmap nasional yang disampaikan melalui Visi Indonesia Emas 2045 dan RPJPN 2025–2045 menempatkan kualitas SDM unggul sebagai prioritas peningkatan human capital, penguasaan teknologi, inovasi, dan produktivitas. Perguruan tinggi adalah garda paling depan untuk mewujudkan aspirasi ini, bukan hanya lewat publikasi dan akreditasi, tapi melalui outcomes lulusan yang relevan, adaptif, dan berkarakter.

Sementara itu, industri kita sedang berlari menuju Making Indonesia 4.0 dibidang otomasi, IoT, manufaktur cerdas, hingga ekonomi digital. Kebutuhan talenta yang paham data, cloud, keamanan siber, dan AI melonjak. Semua ini menuntut kurikulum yang fleksibel, experiential learning, dan sertifikasi industri yang nyata manfaatnya. Kampus Universitas Siber Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Cyber University menggunakan kurikulum CLP 3 + 1 dimana lulusan bukan hanya mahir dalam etika, pengetahuan dan keterampilan tetapi juga mahir soft skill sesuai kebutuhan industry.

Kegiatan Magang di Cyber University yang terkenal sebagai Kampus Fintech Pertama di Indonesia mempertemukan kelas dengan realitas industri. Program Mendiktisaintek terbaru, skema Magang Berdampak 2025 supaya magang bukan sekadar formalitas, tapi juga berdampak dan memberikan batu loncatan karier. Tantangannya yaitu, eksekusi konsisten dan feedback loop dari industri yang ketat agar kualitas meningkat yang berkelanjutan.

Pemerintah melalui Kemendigi juga menanam investasi lewat Digital Talent Scholarship (DTS) dan ekosistem pelatihan bersama raksasa teknologi. Targetnya adalah, puluhan hingga ratusan ribu talenta digital baru setiap tahun, memperkecil skill gap dan mempercepat adopsi teknologi di sektor publik–swasta. Kampus bisa “menjahit” program ini ke kurikulum—integrasi mata kuliah, transfer kredit, rekognisi sertifikat, hingga jalur fast-track menuju profil kompetensi lulusan.

Payung kebijakannya juga sudah ada yakni, Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020–2045 yang menekankan etika & kebijakan, pengembangan talenta, infrastruktur data, serta riset-inovasi lintas sektor. Artinya, literasi AI dan tata kelola data bukan lagi nice-to-have. Ini adalah kompetensi dasar semua prodi, dari teknik sampai sosial-humaniora.

Baca juga: Gandeng MGBK SMA Depok, Cyber University Siap Gelar Talkshow Cyber Freedom

Penciptaan Kampus Unggul untuk Talenta Tangguh, memerlukan:

1) Kurikulum responsif dan stackable

Mata kuliah yang terintegrasi dalam kegiatan tridharma dan kompotensi yang dibutuhkan industri yang punya learning outcomes selaras dengan job roles. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan seperti data analyst, product manager, QA engineer, supply chain planner, security analyst, dan seterusnya. Sertifikasi industri, misalnya cloud, data, keamanan siber kepada dosen dan mahasiswa menjadi bekal penting untuk terhubung ke proyek industri yang nyata.

2) Proyek riil & portofolio sebelum wisuda

Mahasiswa harus lulus dengan portfolio yang bisa dilihat HR seperti, kode di repository, case study bisnis, dashboard data, design system, atau policy brief. Melalui proyek Capstone idealnya co-supervised dengan mentor industri, mengukur problem framing sampai delivery. Skema Magang Berdampak 2025 bisa jadi poros sebagai, kerja nyata, pembimbing dosen–praktisi, dan evaluasi berbasis luaran.

3) Career services yang proaktif, bukan pasif center

Karier center perlu berubah jadi talent agency kampus yang berperan untuk talent mapping, simulasi wawancara berbasis AI, referral ke perusahaan mitra, dan alumni hiring loop. Selain itu juga, untuk mengintegrasikan dengan platform pemerintah untuk memperluas akses kerja. Objektifnya adalah semakin cepat lulusan terserap, semakin kuat reputasi kampus.

4) Literasi Cyber Security, AI & data untuk semua prodi

Terlepas dari jurusan, semua mahasiswa perlu memahami pengetahuan Cyber Security dan fondasi AI prakis seperti, prompting & automation, analitik dasar, etika & bias, keamanan data, dan regulasi. Ini sejalan dengan strategi nasional AI dan tuntutan dunia kerja karena pergeseran kompetensi dan kebutuhan kerja ke depan.

5) Dosen sebagai industry connector

Mendorong skema kedekatan dosen dengan industri (sabbatical Leave) dan joint appointment praktisi sebagai pengajar. Program Praktisi Mengajar perlu terus dilakukan dan diperluas cakupannya, melalui rubric penilaian yang jelas untuk dampak pembelajaran, bukan hanya jumlah sesi pembelajaran satu arah.

6) Perluasan Tracer study

Tracer study dimanfaatkan untuk mendesain ulang kurikulum tiap tahun, mulai dari mata kuliah yang underused dipangkas, konten in-demand diperdalam, hingga assessment disesuaikan. Kaitkan dengan indikator RPJMN tentang peningkatan kualitas SDM dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, graduate employability adalah KPI strategis.

7) Inovasi & kewirausahaan berbasis tantangan bangsa

Link-kan riset mahasiswa ke prioritas Making Indonesia 4.0 yang berfokus pada ketahanan pangan, kesehatan, mobilitas cerdas, energi bersih, logistik. Inkubator kampus fokus pada problem statements sektor riil dan akses ke pilot bersama pemerintah/industri.

Baca juga: Cyber University Tawarkan Program Unggulan 3 Tahun Kuliah dan 1 Tahun Magang

Mengukur “Lulusan siap kerja” dengan jernih

Kita sering terjebak di indikator masukan yang meliputi jumlah SKS, IPK, jam kuliah. Yang dibutuhkan industri saat ini adalah Dampak seperti, kemampuan menyelesaikan masalah, bekerja lintas disiplin, komunikasi dengan baik dan beradaptasi dengan alat baru (termasuk AI). Kepuasan industri menjadi kunci untuk terus memperbaiki kurikulum agar kampus tidak flying blind. Ini juga respons langsung terhadap sinyal pasar kerja dan data TPT BPS.

Agar proses tridharma berjalan dengan baik dan transformasi berkelanjutan, penjaminan mutu harus menjadi budaya dengan siklus PPEPP berjalan, learning outcomes terukur, dan akreditasi menjadi konsekuensi, bukan tujuan. Tim mutu bekerja bersama prodi, karier center, dan unit kemitraan industri dengan dashboard transparan yang bisa diakses pimpinan. Ini cara praktis menerjemahkan tema HUT ke-80 RI yakni, bersatu (kolaborasi lintas unit), berdaulat (mandiri secara kompetensi), sejahtera & maju (lulusan cepat terserap dan produktif).

Akhirnya Kemerdekan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke 80 ini adalah pengingat untuk kita terus bergerak. Kita sudah punya payung kebijakan, jalur percepatan talenta dan arah besar pembangunan yang jelas. Pekerjaan rumahnya ada di kampus adalah menyulam semua inisiatif itu menjadi pengalaman belajar yang konkret bagi mahasiswa meliputi proyek nyata, portofolio, sertifikasi kompetensi, dan magang bermakna, hingga mereka siap kerja dan siap masa depan.

Kalau 1945 adalah titik awal merdeka dari penjajahan, maka 2025 adalah momentum merdeka dari ketertinggalan kompetensi. Saatnya kampus dan industri co-create kurikulum, co-mentor mahasiswa, dan co-hire talenta. Dengan begitu, delapan puluh tahun merdeka bukan sekadar selebrasi, tapi lompatan nyata menuju Indonesia yang berdaulat dalam pengetahuan, unggul dalam kompetensi, dan maju dalam karya.

Oleh: Gunawan Witjaksono, Ph.D. Rektor Cyber University (The First Fintech University in Indonesia)

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *