Kisah Khalid  bin Walid  yang Mendapat Julukan ‘Si Pedang Allah yang Selalu Terhunus’

Irwan Kelana
Nengsih Agustin, Mahasiswa STEI SEBI, Depok. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Abu Sulaiman Khalid bin al-Walid, sahabat Rasulullah SAW yang di beri julukan oleh Rasulullah SAW dengan sebutan  “Si Pedang Allah yang selalu Terhunus”, lahir pada tahun 592 M di Mekkah, Arab Saudi dan meninggal pada tahun 642 M. Khalid bin Walid merupakan sahabat Nabi yang menjadi panglima perang dan terlibat lebih dari 100 pertempuran dan tidak pernah kalah sekalipun.

Sebelum memeluk agama Islam, Khalid bin Walid merupakan pahlawan kaum Quraisy yang paling ditakuti. Pertempuran pertama yang ia ikuti bersama kaum Quraisy dalam memerangi kaum muslimin adalah Perang Uhud. Perang Uhud merupakan serangan balas dendam terhadap kaum muslim karena kalah nya kaum Quraisy dalam perang Badar.

Pada perang Uhud ini,  Khalid bin Walid ditunjuk untuk memimpin pasukan kanan, pasukan kiri dipimpin oleh Krimah bin Abu Jahal. Dan Abdullah bin Abu Rab’iah ditunjuk untuk memimpin pasukan pemanah dengan total ada 3.000 orang ada di pasukan kaum Quraisy. Perang Uhud ini dimenangkan oleh kaum Quraisy, karena ada pengkhianatan yang dilakukan oleh kaum muslimin dan akhirnya menjadi penyebab kekalahan kaum muslimin.

Setelah dimenangkannya Perang Uhud, selang waktu beberapa tahun yaitu di tahun 8 Hijriyah Khalid termenung memikirkan agama baru yang kian hari kian berkibar. Ia selalu berharap agar mendapatkan petunjuk, hingga akhirnya hatinya merasa mantap dengan agama itu. Khalid pun berkata “Demi Tuhan, tanda-tandanya sudah jelas. Dia adalah utusan Tuhan. Sampai kapan aku terus seperti ini? Aku akan menemuinya dan masuk Islam.”

Ketika sudah bulat dengan tekad yang sudah dibuatnya, Khalid memutuskan untuk bertemu Rasulullah SAW, namun ia ingin ada yang menemaninya. Lalu ia pun menemui Utsman bin Thalhah untuk menemaninya, ia juga ,menceritakan kepada Utsman mengenai maksud dan tujuan nya, dan ternyata Utsman lansung setuju.

Mereka berangkat bersama-sama sebelum Shubuh. Ketika sedang melewati suatu lembah, mereka bertemu dengan Amru bin ‘Ash, Amru bin ‘Ash pun menyapa dan bertanya “ Kalian mau kemana?” Khalid dan Utsman pun memberitahu tujuan mereka. Dan ternyata, Amru bin ‘Ash pun mempunyai tujuan yang sama dengan mereka, yaitu ingin bertemu dengan Rasulullah untuk masuk Islam.

Lalu, merekapun meneruskan perjalanannya bersama-sama sampai ke kota Madinah. Tepat tanggal 1 Shafar 8 Hijriyah, ketika Khalid, Utsman dan Amru bertemu dengan Rasulullah SAW, Khalid terlebih dahulu mengucapkan salam, dan Rasulullah SAW  menjawabnya dengan wajah yang ceria, lalu Khalid pun masuk Islam. Rasulullah bersabda “Sejak dulu aku mengetahui bahwa engkau memiliki kecerdasan, dan aku selalu berharap kecerdasanmu itu hanya digunakan untuk kebaikan.”

Khalid pun berjanji/berbaiat kepada Rasulullah, lalu berkata “Ya Rasul, mohonkan ampunan untukku atas semua tindakan masa laluku yang menghalangi jalan Allah.”  Rasul menjawab,  “Sesungguhnya, keislaman itu menghapuskan segala perbuatan (buruk) di masa lalu.” Khalid berkata “Meskipun demikian ya Rasulullah…” . Maka Rasul berdo’a “ Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid atas tindakannya menghalangi jalan-Mu dimasa lalu.”

Setelah itu, Amru bin ‘Ash dan Utsman bin Thalhah juga menghadap kepada Rasulullah dan menyatakan keislamannya.

Pada saat perang Mu’tah, Khalid bin Walid ikut terjun menjadi prajurit biasa. Sementara yang menjadi panglima perang adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib dan Abdullah ibnu Rawahah yang gugur sebagai syahid secara bergantian.

Setelah gugurnya ketiga panglima perang pada perang itu, Tsabit bin Arkam meraih bendera pasukan dan ia kibarkan setinggi-tingginya untuk menjaga kesatuan pasukan. Lalu dengan cepat Tsabit membawa bendera tersebut kepada Khalid dan berkata “ Ambillah bendera ini, wahai Abu Sulaiman.”

Sementara itu, Khalid merasa tidak berhak untuk memimpin perang pasukan islam yang didalamnya terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, karena ia belum lama masuk agama Islam. Lalu Khalid pun berkata “Tidak! Aku tidak akan mengambil bendera ini. Engkau lebih berhak memegangnya. Engkau lebih tua dan pernah ikut di Perang Badar.”

Tsabit berkata “ Ambillah! Engkau lebih mengetahui muslihat perang daripada aku. Demi Allah, tadi aku mengambilnya untuk kuberikan kepadamu.” Lalu Tsabit berseru kepada seluruh pasukan Islam, “Setujukah kalian dipimpin Khalid?” dan mereka menjawab,  “Setuju.”

Khalid memegang bendera pasukan  pada saat pasukan Islam sudah banyak yang berjatuhan, sementara pasukan Romawi masih dengan jumlah pasukan yang lebih besar dan terus maju seperti banjir yang menyapu medan.

Dalam kondisi seperti ini mundur dari medan perang seakan  mustahil. Namun, bagi Khalid bin Walid tidak ada yang mustahil. Bagaikan elang, mata Khalid menyorot tajam ke  semua sudut medan perang. Lalu, Khalid membagi pesukan nya menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok memiliki tugasnya masing-masing. Khalid mempergunakan siasat perang yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya pasukan Islam berhasil lolos dengan selamat dari pengepungan terbuka yang dilakukan oleh pasukan Romawi.

Pada pertempuran inilah Khalid mendapat gelar, ‘Si Pedang Allah yang selalu Terhunus’ dari Rasulullah SAW.

Penulis: Nengsih Agustin, Mahasiswa STEI SEBI, Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *