Kesenangan  Penghuni Surga

Dr. KH. Syamsul Yakin MA. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Setelah memberi informasi mengenai nikmat dua surga, pepohonan dan buah-buahnya yang berpasangan, serta dua mata air yang memancar  (Qurat surat al-Rahman), pada ayat berikutnya, Allah memberi informasi tentang kesenangan para penghuni surga. Allah menggambarkan, “Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat” (QS. al-Rahman/55: 54).

Ada beberapa makna  “bersandar” dalam ayat ini. Pertama, Ibnu Katsir mengatakan bahwa mereka duduk bersila. Kedua, al-Thabari memahami bahwa penghuni surga berada dalam kenikmatan dan kesenangan. Ketiga, Syaikh Nawawi menambahkan bahwa mereka bersenang-senang memakan buah-buahan sambil duduk bersandar. Ketiga penafsiran ini, menggambarkan bahwa surga itu materi atau bersifat jasmani.

Sementara pada penggalan ayat berikutnya, digambarkan tentang interior surga yang membuat kagum penghuninya. Misalnya, Allah memperkenalkan “furusy” atau yang di dunia dikenal sebagai alas tidur dan istirahat seperti kasur. Di sini, kata itu diterjemahkan dengan permadani.

Alasannya, karena permadani tersebut berisi sutra tebal. Tujuannya agar terasa nyaman dan empuk. Makna “istabraq” atau sutra di sini, tulis Sayyid Quthb adalah bagian dalam dari sutra yang tebal. Menurutnya, ayat ini hendak menggambarkan kalau bagian dalamnya tebal, pasti bagian luarnya nyaman dan empuk serta memanjakan yang memakainya.

Argumentasi ini didukung  secara teologis oleh firman Allah, “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-Sajdah/32: 17). Di dalam ayat ini yang dimaksud menyenangkan mata adalah menyenangkan hati.

Ayat yang serupa dengan ayat di atas tampaknya dapat menjelaskan apa yang dilakukan penghuni surga di atas permadani, kasur atau ranjang itu. Allah berfirman, “Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bersandaran di atas dipan-dipan.”

“Dipan-dipan” dalam ayat ini dimaknai pengarang Tafsir Jalalain sebagai ranjang. Dalam ayat ini tampaknya berlaku gaya bahasa eufimisme mengenai apa yang dilakukan penghuni surga  dengan istri-istri mereka di atas ranjang.

Selanjutnya, sambil duduk di atas permadani penghuni surga dapat dengan mudah memetik buah-buahan yang ada didekat mereka. Inilah makna frasa, “Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat”. Bagi Syaikh Nawawi, semua keajaiban  ini merupakan karakteristik surga. Seolah pepohonan yang mendekat dan mengelilingi penghuni surga, sementara mereka tetap berada di tempat.

Dalam ayat lain Allah berfirman, “Buah-buahannya dekat.” (QS. al-Haqqah/69: 23). Maksudnya, tulis pengarang Tafsir Jalalain, buah-buahan di surga sangat dekat sehingga dapat direngkuh oleh mereka yang berdiri, mereka yang duduk, bahkan oleh mereka yang berbaring.

Muhammad Yusuf Ali mengatakan bahwa ayat ini memberi informasi bahwa kerja keras, rasa lelah,  dan letih tidak dikenal lagi oleh penghuni surga. Sebenarnya, tulis Syaikh Nawawi, para aulia sudah diberikan keistimewaan seperti di surga pada saat mereka masih ada di dunia. Mereka tidak mencari rezeki, tapi rezeki itu sendiri yang menghampiri mereka.

Lebih dari itu, al-Maraghi menggambarkan buah-buahan itu sendiri yang menunduk di hadapan penghuni surga saat akan dipetik. Begitu juga, kalau di dunia ada buah-buahan berduri, menurut al-Thabari buah-buahan surga semuanya tidak berduri. Setelah penghuni surga memetiknya, Allah segera menggantinya dengan buah yang lebih baik.

Begitu mewah dan megahnya informasi tentang kesenangan penghuni surga nanti, seharusnya membuat para hamba berlomba-lomba meraih karunia agung itu. Untuk itu, Allah kembali mewanti-wanti manusia dan jin, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 55).*

Penulis: Dr. KH.  Syamsul Yakin MA.,  Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *