Karunia Mutiara dan Marjan

Dr. KH. Syamsul Yakin MA. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Pada bagian sebelumnya (terkait tafsir Surat al-Rahman, Red)), al-Zuhaili menulis bahwa air asin menghasilkan mutiara dan marjan. Terkait hal itu, Allah  menegaskan, “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan” (QS. al-Rahman/55: 22). Pengarang Tafsir Jalalain menyebut bahwa marjan adalah batu yang berwarna merah.

Berbeda dengan itu, al-Thabari menulis bahwa disebut al-Lu’lu bagi mutiara yang besar dan di  sebut al-Marjan bagi mutiara yang kecil. Al-Thabari juga mengetengahkan bahwa marjan adalah sejenis batu mutiara yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa logam mulia adalah emas dan batu berharga adalah mutiara dan marjan.

Secara spesifik, al-Thabari mengintroduksi bahwa al-Lu’lu adalah mutiara yang keluar dari rumah kerang (house of shells) yang berbentuk biji. Sedangkan al-Marjan jenis mutiara kecil. Persamaan keduanya adalah sama-sama keluar dari salah satu dari dua laut yang termaktub dalam ayat sebelumnya.

Dengan karunia Allah, mutiara dan marjan sangat berharga di mata manusia, seperti halnya emas dan perak. Dengan berjalannya peradaban, mutiara dan marjan dijadikan benda berharga,  simpanan, perhiasan yang dapat diperjualbelikan dengan harga yang mahal.

Saat ini Mutiara Melo-Melo adalah jenis mutiara yang paling langka di dunia. Selain itu ada juga mutiara super mahal, satu butir mutiara harganya bisa mencapai ratusa juta. Misalnya, Mutiara Tahiti yang berwarna hitam dengan kualitas yang sangat baik harganya  lebih dari Rp  500 juta. Saking mahalnya, mutiara kerap dipakai untuk nama orang, perusahaan, dan kata-kata yang indah (kata mutiara).

Tak hanya manusia yang memberi makna kias bagi mutiara, tapi juga Allah. Allah menyamakan pelayan-pelayan muda di surga laksana mutiara, “Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.” (QS. al-Insan/76: 19).

Menurut Ibnu Katsir, untuk menggambarkan keadaan mereka di surga, tidak ada  perumpamaan yang lebih indah selain dari mutiara yang bertaburan di tempat yang indah. Sekadar info, tulis Ibnu Katsir,  seorang penduduk surga akan dilayani oleh seribu pelayan. Mereka masing-masing  mempunyai tugas tersendiri untuk melayani majikannya.

Sampai di sini, sangat pantas kalau Allah kembali bertanya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 23).

Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA.,  Dai Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota  Depok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *