Mata Akademisi, Milenianews.com – Lini masa itu banjir ucapan duka cita. Begitulah jika sebuah bangsa kehilangan patriotnya. Ia yang menjadi pahlawan. Ia yang mewariskan perlawanan dan perjuangan. Melawan jahatnya tradisi KKN Orde Baru, dan berjuang menegakkan tradisi keadilan, kesejahteraan, dan kesentosaan.
Kita tahu, Kwik Kian Gie (KKG) adalah salah satu ekonom terdepan yang kritiknya tajam, substantif, dan arif terhadap kebijakan ekonomi-politik Orde Baru yang mentradisikan monopoli, oligopoli, dan kleptokrasi sehingga menguntungkan segelintir orang: keluarga, kroni, dan gedibalnya. Cara berekonomi yang dulu dikerjakan VOC hingga bangkrut dan dilawan oleh para pendiri republik.
Baca juga: Ekonomi Pancasila? Ingat, Fondasinya Koperasi!
Apa tawaran dari KKG? Ia mendaraskan bahwa pembangunan kita harus berbasis akal sehat dan Pancasila. Pembangunan dan pengembangan ekonomi Indonesia harus berkeadilan serta berorientasi pada kesejahteraan plus kesentosaan. Itu juga cita-cita Republik Indonesia.
Guna menyukseskan program utama itu, KKG menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas ekonomi Indonesia. Pendidikan kita harus diprogram ulang agar menghasilkan manusia merdeka dan mandiri di segala bidang. Tentu pendidikan yang tidak tercerabut dari situasi dan kondisi Indonesia serta budaya luhur bangsanya.
Dengan pendidikan dan kurikulum yang tepat, maka para lulusannya akan jadi manusia unggul, berdikari, dan berdaulat. Dengan model, modul, serta modal seperti itu, ketika jadi politisi dan pejabat, mereka tidak akan jadi penjahat, melainkan jadi pelayan serta panitia kesejahteraan rakyat.
Bahaya Oligarki dan Rupiah Tak Berdaulat
Ada dua lagi pikiran KKG yang sangat penting kita perhatikan. Pertama adalah soal konglomerasi yang bertransformasi jadi oligarki. Kedua adalah soal kurs bebas yang bertransformasi jadi depresiasi rupiah.
Pada kasus konglomerasi dan oligarki, KKG berpendapat bahwa itu harus dihabisi karena anti kemanusiaan. Itu efek dari ekonomi pasar, anti-negara, dan berpijak pada nafsu kuasa yang serakah. Saat kita semua gagal mendelet tradisi oligarki, sesungguhnya kita tak lagi bernegara dan muspro proklamasi kemerdekaannya.
Pada soal depresiasi rupiah, KKG berpendapat bahwa itu adalah penurunan nilai mata uang Rupiah (IDR) terhadap mata uang lain yang disengaja untuk melumpuhkan ekopol Indonesia.
Secara umum, depresiasi rupiah itu karena terjadinya ketidakseimbangan ekonomi (defisit perdagangan, inflasi tinggi, atau ketidakstabilan politik); perubahan suku bunga (selisih kurs dan suku bunga); ketidakstabilan global (krisis ekonomi global, perang dagang, atau konflik asimetris).
Tetapi, hal-hal itu menurut KKG tidak menjelaskan utuh ekonomi kita. Sebab, yang terjadi memang ada agensi dan “tangan gelap” kerja sama asing, aseng, dan asong dalam rantai hit guys dengan menempatkan Indonesia sebagai dapur pencucian uang gelap. Akibatnya, sejak merdeka, rupiah kita terdepresiasi hingga 2.500% sampai kini.
Sebagai contoh saja, depresiasi rupiah terhadap dolar AS di akhir Desember 2024 sebesar 6%. Namun, jika dihitung dari 21 Juni 2023 sampai 21 Juni 2024 (setahun saja), depresiasi rupiah mencapai sekitar 8,45%.
Apa akibat dari depresiasi rupiah itu? Ada banyak sekali. Yang paling utama adalah “rupiah tidak berdaulat”—ia tak menjadi tuan di negerinya sendiri. Lalu terjadi lonjakan TKI/W yang mencari selisih kurs di luar negeri. Harga impor meningkat (harga impor lebih mahal sehingga meningkatkan biaya produksi dan harga jual produk). Ujungnya, inflasi meningkat.
Dua problem dari desain jaringan global di atas sepertinya masih akan terus berlangsung. Kritik KKG tidak membuat elite negara ini bertobat dan mencari terobosan, apalagi antitesis dan kontra skemanya. Hal ini karena cengkeraman pasar masih kuat di istana, kelembagaan keuangan, dan agensinya.
Singkatnya, Indonesia pasca KKG masih dicengkeram ekonomi pasar (baik kelembagaan maupun agensinya). Akibatnya, Indonesia kini menuju negeri miskin, bangsa senjang, warga-negara timpang, produsen babu, dan terjajah secara struktural.
Baca juga: Potensi Besar, Aksi Kecil: Dilema Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tetapi, KKG lumayan beruntung. Ia sempat diuji semesta menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Semua ujian itu dijalani dengan lulus dan nilai baik. Itulah mengapa kita merasa kehilangan besar.
Hebatnya, KKG sempat mendirikan dan mewariskan Institut Bisnis & Informatika Indonesia (IBII) yang sekarang dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business. Tentu ini prestasi dahsyat yang tak banyak orang lain mampu. Selamat jalan, pahlawan. Kami teruskan perjuanganmu.
Penulis: Yudhie Haryono, CEO Nusantara Centre
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.